Kepercayaan diri Aditya kembali pulih. Dia bisa memainkan olah raga panggilan jiwanya lagi, sepak bola. Ketika kemudian INAF/PSAI mengadakan seleksi timnas sepak bola amputasi, Aditya turut serta dan dinyatakan lolos.
Pada perjalanannya, Aditya dipercaya memegang ban kapten timnas amputasi. Dunia yang semula telah dia anggap runtuh, kembali memberikan harapan pada Aditya. Bunga-bunga dalam impiannya kembali bermekaran.
Lolos Piala Dunia
Timnas PSAI mengikuti Kualifikasi Piala Dunia Amputasi 2022 Zona Asia Timur di Dhaka, Bangladesh, pada Maret lalu. Meski berangkat dalam kondisi penuh kekurangan, utamanya perkara dana, Aditya dan kawan-kawan tetap menunjukkan permainan terbaik. Semangat mereka tidak patah.
Hasilnya, tim tuan rumah Bangladesh mereka bantai dengan skor telak: 8-0. Aditya, dkk. seolah tidak mau kalah dengan timnas asuhan Shin Tae-yong yang menggebuk Nepal 7-0 di Kualifikasi III Piala Asia 2023.
Tak hanya atas Bangladesh, kemenangan juga diraih kala meladeni tetangga sebelah rumah, Malaysia. Skor 3-0 tercipta bagi kemenangan Indonesia. Dua kemenangan ini cukup untuk mengamankan satu tiket ke putaran final yang akan digelar di Turki, Oktober mendatang.
Bagi Aditya, tampil di Piala Dunia jelas sebuah impian besar yang tak disangka-sangka dapat menjadi kenyataan. Sesuatu yang bahkan tidak berani dia bayangkan saat masih merintis karier di sepak bola non-disabilitas.
Namun Aditya tidak ingin cepat berpuas diri. Bersama rekan-rekannya yang lain di timnas Garuda Inaf, dia bertekad memberikan penampilan terbaik di Turki. Mereka ingin mengulangi kesuburan saat melakoni kualifikasi.
Selain itu Aditya punya impian lain yang tak kalah besar. Dia bercita-cita mendirikan sekolah sepak bola amputasi. Baginya, sepak bola adalah olah raga bagi semua kalangan tanpa batasan apa pun. Siapa saja, kondisi apa pun harus bisa bermain.
"Sepak bola itu untuk semua, enggak ada itu diskriminasi dan perbedaan," ujar Aditya, seperti dikutip dari BBC Indonesia.
***