Masih ingat saat Maudy Ayunda sempat bingung memilih antara Harvard atau Stanford untuk kelanjutan studinya? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan Kubala ketika mendapat tawaran dari Barcelona dan Real Madrid sekaligus.
Pikir punya pikir, Kubala lantas memilih Barcelona. Sejak Juni 1950, Kubala resmi menjadi pemain klub Catalan tersebut. Namun ternyata dia harus bersabar nyaris setahun untuk dapat mengenakan seragam biru-merah.
Kubala baru dipercaya bermain oleh pelatih Barcelona pada 29 April 1951, yaitu saat melawan Sevilla di ajang Copa del Rey. Setelah itu kariernya perlahan menanjak dan menjadi salah satu andalan Barcelona.
Sebagaimana saat masih tinggal di Cekoslovakia, bakat besar Kubala bersama Barcelona membuat pelatih timnas Spanyol terpikat. Dia pun terpilih sebagai anggota skuat Tim Matador. Tentu saja ini tawaran yang tidak disia-siakan Kubala.
Begitulah, Kubala membela negara ketiganya. Debut bersama Spanyol dia dapatkan pada 5 Juli 1953, ketika menghadapi Argentina dalam sebuah partai uji coba.
Setelah itu Kubala bermain sebanyak total 19 kali bersama Spanyol dengan torehan 11 gol. Rinciannya, 9 partai berakhir dengan kemenangan, 6 lainnya seri, dan kalah sebanyak 4 kali.
Satu highlight dari penampilan Kubala bersama Spanyol adalah saat mencetak hattrick dalam pertandingan melawan Turki, November 1957. Kubala menjadi satu-satunya pencetak gol dalam partai yang berakhir 3-0 untuk kemenangan Tim Matador itu.
Tak Boleh Lagi
Kisah petualangan Kubala bersama tiga timnas berbeda tidak akan pernah bisa disamai oleh pemain lain. Sampai kapan pun. Pasalnya, FIFA kemudian meluncurkan regulasi terkait status pemain tim nasional.
Jika Kubala bisa enak saja membela Hongaria, Cekoslovakia dan terakhir Spanyol, maka sejak regulasi tersebut di atas diluncurkan seorang pemain yang telah memperkuat timnas senior suatu negara tidak boleh membela negara lain lagi.
Inilah yang membuat pemain senior tidak bisa seenaknya pindah ke negara lain apabila karirnya di negara asal meredup. Ini pula yang mengharuskan seorang pesepak bola dengan kemungkinan membela beberapa timnas, seperti Elkan Baggott, berpikir keras dalam menentukan negara mana yang bakal dia bela.
Sebelum memutuskan membela Indonesia (negara asal ibu), Baggott bisa saja memilih Thailand (negara kelahiran) atau Inggris (negara asal ayah). Pemain-pemain seperti Baggott musti menimbang masak-masak sebelum memutuskan negara mana yang jadi pilihan.