Menyambung Dua Cabang
Saya lupa-lupa ingat waktunya, tetapi antara akhir 2017 atau awal 2018 diadakan sebuah simposium di Cape Town untuk mengenang kiprah Tuan Guru. Senyampang itu, ada inisiatif dari pihak Tidore untuk menyambungkan tali silaturahim antara dua cabang keluarga Tuan Guru yang selama ini tak saling kenal.
Maka, setelah diupayakan sedemikian rupa, berangkatlah Amien Faroek sebagai perwakilan keturunan Tuan Guru dari Tidore ke Cape Town. Bersama beliau, panitia simposium juga mengundang Sultan Tidore, Hi. Husain Syah, beserta istri.
Sebetulnya rombongan yang ingin diberangkatkan lebih banyak lagi. Namun sejumlah kendala, salah satunya biaya, membuat hanya ada satu tambahan undangan lagi. Anita Gathmir, sosok yang sejak beberapa tahun berupaya mengangkat pesona Tidore di level nasional, Â turut mendampingi rombongan dalam event tersebut.
Peristiwa ini menjadi pemberitaan besar di Tidore. Hari demi hari yang dijalani Sultan Tidore beserta rombongan selama di sana, selalu mendapat tempat di laman-laman berita lokal Maluku Utara. Termasuk terutama rangkaian acara simposium yang menapak-tilas kiprah Tuan Guru di Cape Town.
Selama di sana para undangan dibawa menapak-tilasi tempat-tempat yang merupakan jejak perjuangan Tuan Guru. Para undangan juga diperkenalkan pada sejumlah anggota dewan (DPR kalau di sini), bahkan sempat pula mengikuti sidang. Lalu bertemu beberapa pejabat  negara tersebut, utamanya yang konon masih memiliki darah Nusantara.
Rombongan dari Tidore tentu saja mendapat sambutan hangat dari para keturunan Tuan Guru di Cape Town. Sejarah pun tercipta ketika dua cabang keturunan Tuan Guru yang sekian ratus tahun terpisah dan tidak saling kenal, akhirnya berkumpul dalam satu tempat.
Sayang sekali simposium tersebut luput dari amatan media nasional. Padahal yang diangkat di event tersebut adalah kiprah anak negeri ini. Sosok yang tidak hanya oleh para keturunannya, tetapi juga oleh bangsa Afrika Selatan diakui sangat berjasa.
Jika kita selalu membangga-banggakan buah karya serta kiprah Syekh Yusuf al-Makassari selama masa pembuangan di Afrika Selatan, maka menurut saya Tuan Guru dari Tidore layak mendapat penghargaan serupa.
Setelah itu jalinan silaturahim antara kedua cabang keluarga semakin erat, thanks to Facebook. Di laman Facebook Bunda Permaisuri Kesultanan Tidore dan Ci Anita, sering ditemui komentar-komentar berbahasa Inggris dari para keturunan Tuan Guru.