Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuan Guru, Putera Tidore yang Diagungkan di Afrika Selatan

22 Juni 2022   17:34 Diperbarui: 22 Juni 2022   17:47 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdullah dijebloskan ke ruang tahanan. Selama di sana beliau menyibukkan diri dengan menulis buku. Satu kitab kemudian berhasil beliau rampungkan, yakni berjudul Ma'rifat Al-Islam Wal Iman.

Dari hanya hukum buang selama 14 tahun, Abdullah dikurung sampai tahun 1793. Tanpa terasa sudah 30 tahun Abdullah menetap di Robben Island. Selama menjalani hukuman, beliau juga aktif mengajarkan agama Islam pada orang-orang setempat.

Makam Tuan Guru di Cape Town, Afrika Selatan. FOTO: detikNews 
Makam Tuan Guru di Cape Town, Afrika Selatan. FOTO: detikNews 

Mengembangkan Islam

Aktivitasnya sebagai pengajar dan pendakwah Islam inilah yang lantas melahirkan panggilan Tuan Guru. Sekeluar dari tahanan, beliau memilih menetap di Afrika Selatan, tidak ingin kembali lagi ke Tidore.

Hari-hari Tuan Guru lantas diisi dengan mengajar dan mengajar, menuntun ummat yang sedang berkembang. Saat itu di Cape Town belum ada masjid, sehingga Tuan Guru yang juga dipanggil dengan sebutan Imam Abdullah melakukan salat di bekas penggalian batu bangunan bersama-sama jemaahnya.

Kemudian, salah satu pengikut Imam Abdullah bernama Achmad van Bongalen menghibahkan bangunan milik peninggalan mertuanya untuk dijadikan masjid. Atas persetujuan istri dan keluarga sang donatur, masjid pertama di Cape Town pun didirikan. Tepatnya di Dorp Street.

Masjid tersebut dinamakan "Auwal Mosque" yang berarti Masjid Awal. Tuan Guru didaulat sebagai imam pertama masjid tersebut. Pengajaran dan penyebaran Islam kian mengalami perkembangan pesat semenjak itu, dengan Masjid Awal sebagai pusat kebudayaan Islam di Cape Town.

Selain mengajar dan berdakwah, Tuan Guru juga menulis buku. Buku-buku karya beliau kemudian memberi pengaruh besar dalam pendidikan Islam di Afrika Selatan. Salah satunya yang diterjemahkan dalam judul Rational Traditional Theology Filosofis.

Tidak ada referensi apakah Tuan Guru membawa istri pada saat dibuang ke Afrika Selatan. Namun setelahnya beliau menurunkan beberapa orang anak di sana. Putera-puteri beliau pun beranak-pinak, sehingga kini menjadi satu puak besar yang terus mengagung-agungkan serta bangga dengan kiprah leluhur mereka.

Jika Amien Faroek adalah keturunan Tuan Guru juga, maka dugaan saya beliau sudah beristri dan mempunyai anak pada saat ditangkap serdadu VOC. Bisa jadi istri dan anaknya ini tetap tinggal di Tidore, sehingga menurunkan cabang keturunan pula.

Dengan demikian ada dua cabang keturunan Tuan Guru. Cabang pertama berada di Tidore yang salah satunya adalah Amien Faroek. Lalu cabang satunya lagi di Cape Town, terpisah puluhan kilometer jauhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun