Sejak kerja sama tersebut diteken, pada bagian dada jersey Eintracht Braunschweig terdapat logo/merek Jagermeister. Jagermeister  sendiri merupakan merek minuman beralkohol yang jadi produk utama dari perusahaan milik Gunter, Mast-Jagermeister AG.
Sejak itu klub-klub sepak bola lain di Jerman mengikuti langkah Eintracht Braunschweig. Sponsor pada bagian dada jersey yang dikenakan pemain menjadi hal lumrah.
Meski demikian, tidak semua klub di Eropa melakukan hal yang sama. Bahkan di Inggris sempat ada pelarangan memasang sponsor di jersey klub. Hanya boleh ada nama dan logo klub itu sendiri di tiap-tiap jersey. Plus, nomor punggung tentu saja.
Namun ketika cerita-cerita manis mengenai uang sponsor yang diperoleh klub-klub Jerman merebak ke mana-mana, klub ramai-ramai menjual spot di dada jersey kepada perusahan-perusahaan. Pada akhirnya pengelola liga dan otoritas sepak bola setempat mengalah.
Empat tahun setelah umum berlaku di Jerman, pengelola Liga Inggris akhirnya membolehkan klub-klub peserta memasang logo sponsor di dada jersey. Dunia sepak bola pun semakin bergairah setelahnya.
Kini, sejalan dengan perkembangan industrialisasi sepak bola yang semakin menjadi-jadi, nilai bisnis olah raga ini sungguh luar biasa. Tak hanya dari penjualan tiket, sebuah klub juga bisa menghasilkan uang dari sehelai jersey. Baik itu dalam bentuk kontrak sponsor, hingga jalinan kerja sama dengan apparel.
Nilai kontrak untuk sponsor pada kaos jersey bola pada umumnya memang sangat besar. Tak jarang pos ini menjadi pendapatan utama sebuah klub atau setidak-tidaknya pendapatan terbesar.
Jika pada awal-awalnya hanya memajang merek bir atau merek cat, seperti pada jersey Liverpool FC era 1980-an, yang terlihat hari ini adalah nama atau logo dari berbagai perusahaan besar dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI