Nomor punggung 1 selalu menjadi milik kiper. Lalu nomor 2, 3, 4 untuk bek. Selanjutnya nomor 5, 6, 7, 8, 9 untuk pemain tengah. Sedangkan para penyerang sebagai pemain terdepan umumnya mengenakan nomor 10-11.
Demikian berulang pada tim kedua, di mana nomor punggung 12 selalu jadi milik penjaga gawang. Terus diurutkan sampai ke depan, para penyerang memakai nomor punggung 21-22.
Lihat, dari nomor punggungnya saja dapat langsung dikenali si pemain posisinya apa. Masa itu pemain yang bertanding tidak boleh memilih nomor punggung selain 1 sampai 11 untuk tim pertama. Harus urut dan harus sesuai posisinya di tim.
Di Inggris, pemakaian nomor punggung pertama kali diperkenalkan pada partai final Piala FA 1933 antara Manchester City vs Everton. Saat itu pemain Everton memakai nomor punggung 1-11, sedangkan para pemain City memakai nomor punggung 12-22.
Awalnya penambahan nomor punggung ini ada yang menentang, sebab dianggap merusak warna jersey. Namun karena dirasa bermanfaat, salah satunya membantu wasit mengidentifikasi pemain, perubahan ini dipertahankan sampai sekarang.
Sponsor Mulai Masuk
Memasuki separuh akhir abad 20, yang diiringi dengan semakin suburnya komersialisasi sepak bola, jersey kembali mengalami perkembangan. Mulailah ditambahkan logo-logo sponsor pada bagian dada.
Konsep sponsor pada jersey sepak bola mulai dikenal pada tahun 1950-an. Pada era ini, Austria, Denmark, dan Prancis adalah beberapa negara yang klub-klub sepak bolanya mulai menampilkan sponsor pada kaos jersey.
Hal ini kemudian berdampak pada pendapatan klub. Wajar, sponsor tersebut tidak ditempatkan secara pro bono. Tentu klub mendapatkan kompensasi sejumlah tertentu dari perusahaan yang logonya dipajang.
Adalah Mast Gunter sosok yang merupakan pioner dalam hal mensponsori klub sepak bola. Pada tahun 1973, Gunter menjalin kerja sama sponsorship dengan sebuah klub bernama Eintracht Braunschweig di Liga Jerman.