Lini depan Italia saat itu merupakan perpaduan antara generasi muda yang diisi Antonio Cassano (21 tahun), dengan generasi gaek yang diisi nama-nama top: Cristian Vieri (30), Alessandro del Piero (29), Bernardo Corradi (28), dan Francesco Totti (27).
Sayang, sepanjang turnamen mereka hanya mampu mencetak tiga gol. Tiga gol dari tiga pertandingan, berarti rataan satu gol per pertandingan. Rinciannya, 2 gol disumbang Cassano (masing-masing ke gawang Swedia dan Bulgaria) dan satu lagi dicetak Simone Perrotta.
Pada akhirnya, ketumpulan inilah yang kemudian menghukum Italia.
Mirip Timnas Kemarin
Kondisi yang dihadapi Italia jelang laga terakhir babak grup Euro 2004 mirip dengan situasi timnas di Kualifikasi III Piala Asia 2023. Sebelum menghadapi Nepal, peluang timnas memang masih terbuka. Syarat utamanya menang di partai pamungkas. Tidak boleh kalah.
Akan tetapi kemenangan atas Nepal tidak menjamin 100%. Sekalipun menang 100-0, Indonesia tetap harus tersingkir jika partai Yordania vs Kuwait berakhir dengan skor lebih dari 1-0.
Waktu itu, satu-satunya kemungkinan yang bakal menutup peluang Indonesia menjadi runner-up Grup A adalah Kuwait mengalahkan Yordania dengan skor 2-1 atau 3-1 atau 3-2 atau 4-2 atau 4-3, dst.
Jika skor tersebut benar-benar tercipta, maka ada tiga tim di Grup A yang sama-sama memiliki 6 poin. Dan Indonesia hanya akan menempati urutan ketiga di grup karena kalah produktivitas gol dari Kuwait dan Yordania.
Jujur saja, waktu itu saya bahkan sempat berpikiran buruk, lo.
Bagaimana kalau Kuwait mengajak Yordania "main mata" dengan menggunakan sentimen sesama Arab? Bagaimana kalau Kuwait menawarkan sesuatu yang tidak mungkin ditolak Yordania sehingga tergoda mengalah?
Pikiran buruk yang menurut saya ada landasannya. Sebab sebagai salah satu raja minyak dunia, uang Kuwait tidak berseri.
Namun saya jadi malu sendiri ketika kemudian menyaksikan para pemain Yordania tampil beringas. Gawang Kuwait mereka jebol 3 kali tanpa balas. Mereka lolos ke Piala Asia 2023 sebagai pemuncak grup dengan poin sempurna.