Bagi saya, jawaban ini mempunyai dasar kuat. Setidaknya sependek apa-apa yang saya ketahui. Bukan jawaban asal bunyi, asal kelihatan paham sepak bola.
Satu hal yang tidak saya sangka-sangka sama sekali, ternyata jawaban tersebut ditelan bulat-bulat oleh tamu tadi. Begitu masuk kamar, ia merogoh kantong. Dari sana dikeluarkannya handphone, yang kalau saya tak salah lihat Nokia Communicator, lalu menelepon seseorang entah siapa.
"Gue pasang Jepang, ya. Sepuluh juta," ucapnya di telepon.
Tentu saja saya kaget. Benar-benar langsung tertegun dibuatnya.
Saya pikir tadi kami hanya ngobrol biasa sebagai sesama penggemar sepak bola. Rupanya si tamu ini meminta semacam petunjuk untuk pasang taruhan.
Saya lantas jadi teringat, sepanjang kami mengobrol sejak memasuki lift hingga saya pamit meninggalkan kamarnya tadi, tamu saya tersebut bahkan tidak kenal seorang pun pemain Turki maupun Jepang.
Jadi, kuat dugaan dia bukan penggemar sepak bola. Dia hanya menjadikan sepak bola sebagai ajang taruhan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pertandingan Jepang vs Turki memang berlangsung sangat sengit. Saya tidak salah. Namun Jepang sudah kecolongan satu gol pada menit ke-12.
Kiper Seigo Narazaki melakukan kesalahan positioning ketika Ergun Penbe mengambil sepak pojok di sisi kiri pertahanan Jepang. Akibatnya, Umit Davala yang juga luput dari kawalan bek tuan rumah, dapat dengan mudah menceploskan bola ke gawang kosong dengan sundulannya.
Jepang tak pernah bisa membalas hingga pertandingan usai. Turki melaju ke babak 8 besar. Tamu saya tadi kehilangan Rp 10 juta.