Dibaca seperempat, atau beberapa bahkan hanya beberapa lembar, lalu dilupakan begitu saja. Hingga 2019, buku terakhir yang saya baca habis adalah Pemberontakan Nuku karya alm. Prof. Muridan Satrio Widjojo.
Saya pernah berkali-kali mencoba menamatkan Polisi Zaman Hindia Belanda karya Marieke Bloombergen, atau seri Sejarah Kecil-nya Rosihan Anwar yang sudah komplit saya kumpulkan dari Buku 1 - Â Buku 7, tapi hanya sedikit saja dibaca dan hingga saat ini belum tuntas juga.
Buku Islamku, Islammu, Islam Kita karya Edi AH Iyubenu, alias Edi Mulyono bos besar Diva Group, juga belum selesai saya baca sejak dibeli pertengahan 2018 lalu. Padahal, meski isinya 'daging' semua, ini terhitung buku pop nan ringan yang dapat dibaca sambil lalu.
Baca Juga: Budaya Baca Rendah, Ini 3 Cara Memperbaikinya
Pendek kata, saya ingin sekali mengembalikan kebiasaan membaca. Selain untuk kebaikan diri sendiri--salah satu manfaat membaca adalah membuat panjang umur, saya juga ingin memberi contoh bagi anak-anak.Â
Di era digital di mana anak-anak lebih mudah akrab dengan gadget dan game, saya ingin mencontohkan bahwa membaca buku juga sesuatu yang sangat mengasyikkan.
Jadi, begitulah, saya pun memasukkan target receh membaca satu judul buku per bulan. Setidaknya, dengan memenuhi target tersebut saya sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu tak pernah membaca habis satu buku pun.
Di bulan-bulan awal memang terasa sangat berat. Saya sampai harus memaksa diri untuk menghabiskan 5-10 halaman dalam sehari. Ada satu buku yang begitu susah saya kunyah dan nyaris saya tinggal di tengah-tengah. Tapi tetap saya paksakan baca sampai habis, karena kalau dibiarkan bakal menjadi kebiasaan.
Ketika bulan berganti bulan dan saya terus memaksakan diri hingga bulan keenam, barulah terasa kembali nikmatnya membaca buku. Saya kembali keranjingan.Â
Jika pada paruh pertama tahun 2020 hanya membaca 6 buku, maka pada paruh kedua berpuluh-puluh buku. Mulai dari biografi, buku populer, buku sejarah, sampai buku-buku pertanian koleksi adik saya.
Lalu saya juga sempat mudik ke Jambi, bertemu kembali dengan koleksi cerita-cerita silat yang saya kumpulkan semasa SMP-SMA. Entah berapa puluh judul Wiro Sableng dan Pendekar Slebor yang saya lahap. Belum lagi webnovel di berbagai platform.
Syukurlah, 2020 ini pun jadi tahun kembalinya gairah membaca saya yang sudah hilang begitu lama. Mungkin hanya sebuah pencapaian receh bagi orang lain. Tapi, bagi saya ini sebuah pencapaian yang bakal mengubah jalan kehidupan saya di tahun-tahun mendatang. Semoga. :)