Kembali ke program naturalisasi, hendaknya ini jangan kebiasaan terus-menerus. Alih-alih memantau dan kemudian membujuk pemain-pemain keturunan Indonesia di negara-negara lain bergabung ke timnas, pengurus PSSI sebaiknya lebih memusatkan perhatian pada pembinaan pemain muda dan pembenahan liga domestik.
Okelah kalau kemampuan para pemain naturalisasi tersebut jauh di atas pemain lokal. Pada kenyataannya skill mereka, meminjam istilah Bambang Nurdiansyah di salah satu stasiun televisi ketika itu, hanya rata-rata air alias tidak terlalu istimewa. Iklim kompetisi dan fasilitas pendukung yang lebih memadai sajalah yang membuat mereka terlihat berbeda kelas dibanding pemain asli Indonesia.
Percayalah, naturalisasi bukan solusi. Kalau pun kelak memberi prestasi, itu tidak bisa jangka panjang. Untuk jangka pendek bolehlah PSSI mengandalkan ini. Sudah lama sekali prestasi Indonesia terpuruk, mengakibatkan mental pemain timnas lemah. Masuknya pemain naturalisasi yang disusul dengan prestasi gemilang diharapkan dapat mengangkat moral awak timnas.
Tapi PSSI harus terus mengingat fungsinya sebagai pembina sepak bola di tanah air. Penyebab mundurnya prestasi timnas selama ini adalah buruknya kompetisi dan sistem pembinaan. Akibatnya pemain-pemain yang dihasilkan untuk timnas berkualitas jelek.
Tidak usah muluk-muluk, kalau saja PSSI mampu menciptakan liga domestik seperti Eredivisie, saya rasa tidak perlu lagi pengurus PSSI susah-susah keliling dunia mencari pemain keturunan Indonesia untuk dinaturaliasi.
Untuk masalah pembinaan pemain muda, PSSI sangat dianjurkan belajar pada Barcelona dengan La Masia-nya. Atau jika dirasa kurang jauh bisa sekalian saja ke Islandia. Negara es satu ini mencuri perhatian dunia dalam dua tahun terakhir. Mereka membuat gebrakan di Euro 2016 dan kemudian kesuksesan lolos ke putaran final Piala Dunia 2018.
Kalau pembinaan pemain sudah terorganisasi dengan baik, kemudian liga domestik ditingkatkan kualitasnya, saya yakin timnas Indonesia tidak bakal pernah kehabisan stok pemain berkualitas.
Pemalang, 24 Juli 2018
CATATAN: Tulisan ini pernah dimuat dalam rubrik 'Oposan' tabloid BOLA edisi 2.186, Kamis-Jumat 16-17 Desember 2010, dengan judul Naturalisasi Bukan Solusi. Ditulis ulang dengan banyak sekali pengembangan dan pembaruan karena dirasa masih sangat relevan dengan kondisi persepak-bolaan nasional saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H