Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Hai PSSI, Naturalisasi Pemain Bukan Solusi

24 Juli 2018   04:51 Diperbarui: 24 Juli 2018   20:12 2637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cristian Gonzales, membuka kran naturalisasi pemain pada November 2010. FOTO: tribunnews.com

Langkah Indonesia lancar hingga final. Meski hanya mampu menang masing-masing 1-0 di dua leg semifinal melawan Filipina, permainan timnas mengundang decak kagum. Optimisme membuncah jelang laga puncak melawan Malaysia. Asa untuk menjadi juara Piala AFF untuk kali pertama pun melambung tinggi. Publik berharap banyak pada Gonzales, juga Irfan.

Sampai di situ sepertinya proyek naturalisasi pemain sukses besar. Banyak kalangan berseloroh, kalau cuma mengimpor dua pemain saja hasilnya bisa begini hebat, apalagi 3, 4, atau 5 sekaligus. Toh, stok calon pemain timnas dari jalur naturalisasi ada banyak. Banyak sekali. Kita semua menjadi saksinya kemudian. Sampai-sampai terapung harapan tinggi melihat Indonesia tampil di putaran final Piala Dunia 2018 bermodal pemain naturalisasi.

Hasilnya? ZONK!

Jangankan lolos ke putaran final Piala Dunia 2018, gelar juara Piala AFF 2010 saja tak mampu diraih. Ironisnya, di final saat itu Indonesia tumbang dari seteru abadi, Malaysia, yang hingga detik ini percaya naturalisasi bukanlah solusi menuju prestasi.

Contoh Gagal

PSSI sebenarnya sudah diberi contoh gagal proyek naturalisasi saat Indonesia menghadapi Filipina di semifinal. Negara yang sempat dibantai 13-1 oleh Indonesia di Piala Tiger 2002 itu punya delapan pemain naturalisasi dalam daftar starting line-up. Enam di antaranya merumput di liga Eropa dan Amerika Serikat.

Memang itu kemudian membawa Pinoy untuk pertama kali dalam sejarahnya lolos ke semifinal Piala AFF. Sebuah loncatan besar mengingat dua tahun sebelumnya Filipina bahkan tidak lolos babak play off. Tapi seiring menuanya pemain-pemain naturalisasi tersebut, Filipina pun kembali menjadi anak bawang di pentas Asia Tenggara.

Pengurus PSSI saat itu mungkin berkaca pada Singapura. Negeri Singa dua kali menggondol trofi Piala AFF (dulu bernama Piala Tiger) berbekal pemain naturalisasi. Pada 2004, ada duo Nigeria bernama Itimi Dickson dan Agu Casmir ditambah Daniel Bennett yang aslinya orang Inggris.

Lalu pada 2007, selain Dickson dan Bennett yang masih masuk skuat, ada tambahan tiga pemain naturalisasi lain dalam timnas Singapura. Ketiganya adalah Precious Emuejeraye (Nigeria), Shi Jiayi (Cina), dan Fahrudin Mustafic (Serbia). Jiayi, Bennett, dan Mustafic kembali mengantar Singapura menjadi juara pada 2012. Dan kembali ada pemain naturalisasi dalam skuat The Lions: Aleksandar Duric (Serbia) dan Qiu Li (Cina).

Tapi apa yang terjadi dalam dua edisi Piala AFF berikutnya? Bertindak sebagai tuan rumah pada Piala AFF 2014, nyatanya Singapura tak mampu lolos dari fase grup karena hanya menempati peringkat tiga Grup B. Dua tahun berselang pencapaian Negeri Singa tambah jelek: jadi juru kunci grup!

Ketika Bennett, Dickson, Casmir, Duric, Mustafic, dan pemain naturalisasi lainnya kian menua, Singapura yang memilih kembali hanya mengandalkan pemain lokal kembali tersuruk. Menarik ditunggu sejauh apa pencapaian mereka di Piala AFF 2018 nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun