Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ayo Kita Bantu Lionel Messi, Argentina!

25 Juni 2016   23:50 Diperbarui: 26 Juni 2016   00:04 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: radarpekalongan.com

Setahun setelahnya Messi sudah mempersembahkan gelar juara Piala Dunia Yunior untuk Argentina. Ia juga dianugerahi penghargaan Golden Ball sebagai pemain terbaik turnamen, sekaligus pencetak gol terbanyak.

Debutnya bersama timnas senior memang terbilang buruk. Ia mendapat kartu merah karena dianggap mengasari pemain Hungaria dalam sebuah laga persahabatan. Namun ia memberi kontribusi besar bagi Argentina sepanjang Prakualifikasi Piala Dunia 2006. Ini membuat Jose Pekerman, pelatih timnas Argentina waktu itu, memujinya sebagai permata alias pemain masa depan La Albiceleste.

Nama Messi kemudian tercatat sebagai pemain termuda yang pernah membela Argentina di pentas Piala Dunia saat Pekerman menurunkannya dalam pertandingan melawan Serbia-Montenegro. Hanya butuh waktu satu menit sejak memasuki lapangan, Messi memberi asis yang berujung gol keempat timnya. Seolah belum cukup menebar pesona, Messi menutup pesta Argentina lewat golnya yang menjadikan laga berakhir dengan skor 6-0.

Sayang, Argentina gagal total di Jerman 2006 setelah kalah adu penalti dari tuan rumah di perempatfinal. Messi tak dimainkan dalam pertandingan tersebut, mungkin Pekerman merasa belum waktunya memberi panggung bagi remaja tersebut. Keputusan ini membuat Pekerman mendapat banjir kritik dari pers dan pengamat dalam negeri.

Foto: radarpekalongan.com
Foto: radarpekalongan.com
Kebijakan berbeda diambil Alfio "Coco" Basile, penganti Pekerman. Coco memasukkan nama Messi dalam skuat Argentina untuk Copa America 2007. Kepercayaan yang dibalas tuntas dengan performa apik. Messi selalu terlibat dalam setidaknya satu gol di setiap pertandingan yang dimainkan. Setelah serangkaian asis, Messi mencetak gol pertamanya di turnamen ini saat menghadapi Peru di perempatfinal.

Gol keduanya lahir di semifinal ketika mengalahkan Meksiko. Sayang, Argentina kalah telak 0-3 dari Brasil di final. Messi harus mengakhiri final pertamanya dengan kekalahan. Seolah ingin membalas dendam, Messi membawa Argentina U-23 menjuarai cabang sepakbola Olimpiade 2008. Gol-gol dan asis-asisnya jadi penentu keberhasilan Albiceleste di Beijing. 

Lalu Diego Maradona menjadi pelatih Argentina. Messi dimainkan tidak pada posisi favoritnya oleh sang legenda hidup. Toh, tetap saja Messi memberikan penampilan terbaiknya setiap kali dimainkan. Tendangan, asis dan gol ia berikan. Walaupun Argentina tampil buruk, nama Messi masuk dalam daftar 10 pemain terbaik Piala Dunia 2010 pilihan FIFA.

Menyadari potensi Messi, Sergio Batista yang bersama-sama Messi memenangi medali emas Olimpiade 2008 bertekad membangun tim di sekeliling si pemain ketika dipercaya menggantikan Maradona. Secara terang-terangan Batista berkata akan mereplika strategi Barcelona yang terbukti ampuh mengeluarkan kemampuan terbaik Messi di atas lapangan. Hanya satu hal yang tidak diperhitungkan Batista, Messi tak cocok berpartner dengan Carlos Tevez.

Copa America 2011 jadi penampilan terburuk Messi bersama Argentina. Ia sepertinya memang tak pas dimainkan bersama Tevez. Tak ada gol maupun asis yang ia berikan di bawah asuhan Batista. Barulah ketika Tevez dicadangkan, Messi tampil apik. Ini dicatat baik-baik oleh Alejandro Sabella yang menggantikan Batista. Keputusan berat harus diambil. Tevez ia singkirkan demi membangun sebuah tim di sekeliling Messi.

Bukan itu saja, Sabella juga memberikan ban kapten pada Messi. Mungkin ia bukan tipikal yang cocok untuk memimpin Argentina. Tapi bersama Javier Mascherano sebagai leader dan motivator di atas lapangan, Messi memimpin dengan permainannya yang selalu maksimal bagi timnas. Hasilnya, Messi mulai produktif mencetak gol lagi.

Singkat cerita, Messi membawa Argentina ke final Piala Dunia 2014. Media dan pengamat melabeli laga antara Tim Tango melawan Jerman kala itu sebagai Lionel Messi vs Jerman, pemain terbaik dunia melawan tim terbaik dunia. Tentu saja Messi tak bisa sendirian menghadapi sebuah tim. Argentina pun kalah. Kegagalan ini berulang setahun berselang di final Copa America 2015 melawan Chile.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun