Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ayo Kita Bantu Lionel Messi, Argentina!

25 Juni 2016   23:50 Diperbarui: 26 Juni 2016   00:04 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi merayakan golnya ke gawang Panama di fase grup Copa America 2016. Foto: www.thequint.com

Jangan tanyakan apa yang negara ini telah berikan padamu, tapi tanyakanlah apa yang telah kamu berikan pada negara ini. Sepotong kalimat ini disampaikan oleh John F. Kennedy dalam satu pidato sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 1961. Sebuah pernyataan bernada menggugat yang sudah terlebih dahulu dicetuskan oleh Marcus Tullius Cicero, orator dan negarawan Romawi Kuno yang hidup wafat 7 Desember 43 SM.

Sebagai pesepakbola, sudah banyak yang diberikan Lionel Messi bagi negaranya. Bukan dalam bentuk gelar juara bagi Argentina memang, tapi lewat kecemerlangannya di lapangan hijau sebagai seorang profesional. Kiprah gemilangnya bersama Barcelona ikut mengharumkan nama Argentina, sama halnya kita percaya keikut-sertaan Rio Haryanto di Formula 1 membawa nama Indonesia ke pentas dunia.

Bergabung dengan La Masia di usia 14 tahun, Messi membuat Barcelona rela berkorban banyak untuk mengatasi kelainan hormonal yang dideritanya. Pengorbanan yang tak sia-sia, sebab sejauh ini Messi telah memberi total 28 trofi mayor bagi El Barca. Rinciannya 8 gelar juara La Liga, 4 trofi Copa del Rey, 6 trofi Supercopa de Espana, 4 trofi Liga Champion, 3 trofi Piala Super Eropa, dan 3 trofi Piala Dunia Antarklub.

Belum lagi gelar individu yang kesemuanya diperoleh sebagai pemain Barcelona. Terlalu panjang untuk ditulis seluruh rekor dan penghargaan pribadi yang didapat Messi hingga saat ini. Dan setiap kali  membahas sosoknya secara otomatis kita akan menyinggung Argentina, negara kelahiran sekaligus negara yang ia pilih di level internasional.

Berbanding terbalik dengan di klub, Messi baru menyumbang dua trofi bagi Argentina. Keduanya di level yunior, yakni Piala Dunia Yunior 2015 dan medali emas Olimpiade 2008 sebagai timnas U-23. Di level senior Messi baru bisa membawa La Albiceleste ke tiga final yang seluruhnya gagal berbuah gelar juara: runner-up Copa America 2007 dan 2015, serta finalis Piala Dunia 2014.

Kita akan mudah saja mengatakan Messi belum memberikan apa-apa bagi Argentina. Tapi lihatlah sumbangsihnya kala ia mengenakan seragam biru-putih di atas lapangan hijau. Maka kita akan bersepakat Messi selalu memberikan segala kemampuannya bagi timnas. Kemampuan terbaiknya.

Foto: india.com
Foto: india.com
Abaikan Timnas Spanyol

Totalitas Messi terhadap Argentina sudah ia tunjukkan sejak remaja. Diboyong ke Spanyol dan dipersiapkan sebagai seorang bintang oleh klub raksasa La Liga, Messi dengan tegas menolak tawaran Federasi Sepakbola Spanyol (RFFF) untuk bergabung dengan La Furia Roja. Tim seleksi Spanyol U-17 sudah coba mendekatinya sejak tahun 2003, alias hanya dua tahun dari saat Messi bergabung ke Barcelona, tapi Messi menolak.

Ah, kita tentu dibuat berandai-andai. Kalau saja waktu itu Messi mengiyakan tawaran RFFF, tentu ia sudah merasakan gelar juara dunia di tahun 2010. Dua gelar Euro juga sudah masuk dalam curriculum vitae-nya. Apakah Messi menyesal? Tidak sama sekali. Messi secara terbuka mengatakan membela timnas Argentina adalah impian dan hasratnya sejak kecil.

Argentina menjawab sinyal ini. AFA kemudian menggelar dua pertandingan ujicoba untuk Argentina U-20 pada Juni 2004, di mana Messi masuk dalam daftar pemain. Uruguay dan Paraguay dipilih sebagai lawan tanding. Tujuan dari semua ini adalah penegasan pada FIFA bahwa Lionel Messi adalah pemain Argentina dan akan membela Argentina di level internasional.

Messi diturunkan dalam pertandingan melawan Paraguay pada 29 Juni 2004, lima hari setelah ulang tahun ke-17. Sebuah debut menawan. Messi mencetak satu gol dan memberi dua asis dalam kemenangan 8-0. Sejak saat itu RFFF tak pernah lagi membujuk Messi bergabung dengan timnas Spanyol.

Setahun setelahnya Messi sudah mempersembahkan gelar juara Piala Dunia Yunior untuk Argentina. Ia juga dianugerahi penghargaan Golden Ball sebagai pemain terbaik turnamen, sekaligus pencetak gol terbanyak.

Debutnya bersama timnas senior memang terbilang buruk. Ia mendapat kartu merah karena dianggap mengasari pemain Hungaria dalam sebuah laga persahabatan. Namun ia memberi kontribusi besar bagi Argentina sepanjang Prakualifikasi Piala Dunia 2006. Ini membuat Jose Pekerman, pelatih timnas Argentina waktu itu, memujinya sebagai permata alias pemain masa depan La Albiceleste.

Nama Messi kemudian tercatat sebagai pemain termuda yang pernah membela Argentina di pentas Piala Dunia saat Pekerman menurunkannya dalam pertandingan melawan Serbia-Montenegro. Hanya butuh waktu satu menit sejak memasuki lapangan, Messi memberi asis yang berujung gol keempat timnya. Seolah belum cukup menebar pesona, Messi menutup pesta Argentina lewat golnya yang menjadikan laga berakhir dengan skor 6-0.

Sayang, Argentina gagal total di Jerman 2006 setelah kalah adu penalti dari tuan rumah di perempatfinal. Messi tak dimainkan dalam pertandingan tersebut, mungkin Pekerman merasa belum waktunya memberi panggung bagi remaja tersebut. Keputusan ini membuat Pekerman mendapat banjir kritik dari pers dan pengamat dalam negeri.

Foto: radarpekalongan.com
Foto: radarpekalongan.com
Kebijakan berbeda diambil Alfio "Coco" Basile, penganti Pekerman. Coco memasukkan nama Messi dalam skuat Argentina untuk Copa America 2007. Kepercayaan yang dibalas tuntas dengan performa apik. Messi selalu terlibat dalam setidaknya satu gol di setiap pertandingan yang dimainkan. Setelah serangkaian asis, Messi mencetak gol pertamanya di turnamen ini saat menghadapi Peru di perempatfinal.

Gol keduanya lahir di semifinal ketika mengalahkan Meksiko. Sayang, Argentina kalah telak 0-3 dari Brasil di final. Messi harus mengakhiri final pertamanya dengan kekalahan. Seolah ingin membalas dendam, Messi membawa Argentina U-23 menjuarai cabang sepakbola Olimpiade 2008. Gol-gol dan asis-asisnya jadi penentu keberhasilan Albiceleste di Beijing. 

Lalu Diego Maradona menjadi pelatih Argentina. Messi dimainkan tidak pada posisi favoritnya oleh sang legenda hidup. Toh, tetap saja Messi memberikan penampilan terbaiknya setiap kali dimainkan. Tendangan, asis dan gol ia berikan. Walaupun Argentina tampil buruk, nama Messi masuk dalam daftar 10 pemain terbaik Piala Dunia 2010 pilihan FIFA.

Menyadari potensi Messi, Sergio Batista yang bersama-sama Messi memenangi medali emas Olimpiade 2008 bertekad membangun tim di sekeliling si pemain ketika dipercaya menggantikan Maradona. Secara terang-terangan Batista berkata akan mereplika strategi Barcelona yang terbukti ampuh mengeluarkan kemampuan terbaik Messi di atas lapangan. Hanya satu hal yang tidak diperhitungkan Batista, Messi tak cocok berpartner dengan Carlos Tevez.

Copa America 2011 jadi penampilan terburuk Messi bersama Argentina. Ia sepertinya memang tak pas dimainkan bersama Tevez. Tak ada gol maupun asis yang ia berikan di bawah asuhan Batista. Barulah ketika Tevez dicadangkan, Messi tampil apik. Ini dicatat baik-baik oleh Alejandro Sabella yang menggantikan Batista. Keputusan berat harus diambil. Tevez ia singkirkan demi membangun sebuah tim di sekeliling Messi.

Bukan itu saja, Sabella juga memberikan ban kapten pada Messi. Mungkin ia bukan tipikal yang cocok untuk memimpin Argentina. Tapi bersama Javier Mascherano sebagai leader dan motivator di atas lapangan, Messi memimpin dengan permainannya yang selalu maksimal bagi timnas. Hasilnya, Messi mulai produktif mencetak gol lagi.

Singkat cerita, Messi membawa Argentina ke final Piala Dunia 2014. Media dan pengamat melabeli laga antara Tim Tango melawan Jerman kala itu sebagai Lionel Messi vs Jerman, pemain terbaik dunia melawan tim terbaik dunia. Tentu saja Messi tak bisa sendirian menghadapi sebuah tim. Argentina pun kalah. Kegagalan ini berulang setahun berselang di final Copa America 2015 melawan Chile.

Foto: tensports.com
Foto: tensports.com
Dua kegagalan tersebut membuat Messi dibanjiri hujatan dan kritik dari publik Argentina. Gampang saja. Publik menilai Messi tak pernah bisa memberi trofi, maka ia gagal. Padahal jika melihat apa yang ia lakukan di atas lapangan, Messi sudah memberikan segalanya. Ia mencetak gol di final Piala Dunia 2014, tapi dianulir. Ia juga jadi satu-satunya pemain Argentina yang sukses mengeksekusi penalti melawan Chile di final Copa America 2015. Itu hanya sebagai contoh.

Harapan tinggi publik Argentina tentu kembali membumbung tinggi jelang final melawan Chile di Copa America 2016 ini. Alih-alih menimpakan semua beban pada Messi, fan Argentina mustinya memberi bantuan dengan cara membesarkan hati pemain terbaiknya tersebut. Biarkan ia bermain lepas tanpa tekanan sedikitpun. Buat Messi bersenang-senang di atas lapangan, tanpa memberi tuntutan ketika pertandingan bahkan belum dimulai.

Kekompakan sudah terlihat di tim Argentina. Friksi antarpemain tak terlihat, wibawa pelatih pun terjaga penuh di bawah Geraldo Martino. Tinggal kini mereka bermain sepenuh hati, bahu-membahu membantu Messi memenangkan turnamen ini. Setelah semua yang diberikan Messi pada timnas selama ini, kini saatnya pemain-pemain timnas yang memberikan kemampuan terbaik mereka seperti yang diperlihatkan Messi.

Ayo buat Messi mengangkat trofi Copa America di MetLife Stadium!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun