Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang belajar berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet, juga menulis cerita silat di aplikasi novel online.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ini Alasan Samsung Galaxy S7 Bakal Bikin Kita Jadi "Better Kompasianer"

6 April 2016   14:28 Diperbarui: 6 April 2016   14:48 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge. (FOTO: GSMArena.com)"][/caption]

"BARANG siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia termasuk golongan orang-orang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin, ia termasuk golongan orang-orang merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, sungguh mereka merupakan orang-orang yang celaka."

Bukan, ini bukan khotbah Jumat. Lagipula sekarang masih hari Rabu. Petikan yang saya pakai sebagai pembuka di atas juga belakangan diduga bukan hadis sahih dari mulut Rasulullah Muhammad SAW. Sanadnya lemah, kata beberapa ahli. Meski demikian pesan yang disampaikan ucapan bijak tersebut sangat layak dijadikan pedoman bagi siapapun yang ingin hidupnya lebih baik dari hari ke hari.

Kata "siapapun" di sini tentu saja termasuk Kompasianer seperti saya dan teman-teman semua. Sebagai Kompasianer kita bertindak sebagai jurnalis warga yang menuliskan laporan-laporan atau tulisan lain mengenai tema tertentu, maka frasa "lebih baik" di sini mengacu pada kualitas tulisan kita. Tulisan yang akan dibaca oleh sesama Kompasianer dan seluruh pengunjung Kompasiana.

Siapa sih yang tidak ingin tulisannya dibaca banyak orang, lalu ramai diberi rating sehingga nongol di bagian Nilai Tertinggi? Siapa sih yang tidak ngiler melihat ramainya komentar di posting-posting yang masuk kategori Terpopuler? Ya setidak-tidaknya buah karya kita itu menarik perhatian admin sehingga diberi label Pilihan, syukur-syukur malah Headline. Iya kan?

Saya tentu saja mau begitu. Hal pertama yang saya lakukan setiap kali login ke Kompasiana adalah membuka menu Headline. Saya lihat judul dan tema apa saja yang menjadi pilihan redaksi, lalu membacai beberapa yang membuat saya tertarik.

Ini saya lakukan karena dua alasan. Pertama, ingin tahu ada topik menarik apa yang sedang hangat; kedua, sebagai materi pembelajaran agar saya juga bisa menghasilkan tulisan-tulisan keren nan bermanfaat sehingga mejeng di Headline. Akhir tahun lalu saya malah pernah menargetkan setiap tulisan saya setidak-tidaknya menjadi Pilihan. Bukan perkara ambisi, pengen disebut Kompasianer keren atau super, tapi lebih ke soal meningkatkan kualitas tulisan menjadi lebih baik.

Catat ya, kata kuncinya adalah lebih baik. :)

Peralatan Tempur Tak Memadai

Sayangnya, sebagai Kompasianer saya masih punya satu kekurangan: belum bisa menghasilkan gambar yang bagus. Karenanya seringkali saya lebih pede melampirkan foto-foto yang mencomot dari situs lain sebagai pengaya posting. Kalau lupa mencantumkan kredit, admin tanpa ampun bakal menghapus foto tersebut dan konten saya tanpa gambar. Nasib.

Di era sekarang, konten tak melulu berisi teks tulisan. Gambar juga diperlukan untuk memperkaya sebuah konten, bahkan fungsinya bisa lebih dari itu. Seringkali kita menangkap momen yang tidak bisa diungkapkan, dideskripsikan secara baik dengan kata-kata. Di sinilah foto mengambil peran penting untuk menyampaikannya secara lebih baik.

Itulah sebabnya ada ungkapan, satu gambar bisa bermakna seribu kata. Sayang, peralatan tempur saya untuk urusan menghasilkan gambar sangat tidak memadai. Boro-boro kamera DSLR, saya bahkan tak punya kamera digital alias kamera saku. Yang ada hanya kamera bawaan sebuah smartphone yang nasib perusahaan pembuatnya bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. (Nggak boleh sebut merek lain kan ya? Hehehe)

Kalau sekedar menjepret sih bisa, tapi menghasilkan foto yang berkualitas baik untuk keperluan blogging ya sangat tidak memadai. Tidak tajam, tidak fokus. Kalau dibuka di perangkat bermonitor besar gambarnya pecah. Maklum, pikselasi kameranya hanya 320 x 240 px.

Yang paling tidak enak kalau ikut acara di dalam ruangan. Saya pernah mengikuti sebuah event blogger di Goethe Institut, Menteng, Jakarta. Acaranya baru dimulai jelang magrib, di dalam ruangan tanpa sumber cahaya apapun selain lampu. Saya coba mengabadikan momen tersebut dengan smartphone saya. Cekrek, cekrek. Dilihat di layar smartphone yang hanya selebar 2.44 inci sih oke. Tapi begitu diunggah ke blog, alamak!

Jangan tanya bagaimana hasil fotonya kalau saya melakukan zooming. Hancur. Padahal ruangannya diset sedemikian rupa sehingga penonton berada jauh dari panggung. Jadi kalau mau ambil foto performance bintang tamu di panggung mau tidak mau ya nge-zoom.

Demikian pula sewaktu ikut acara nonton bareng. Seseruan di lokasi nobar tidak bisa saya abadikan dengan baik karena kamera smartphone milik saya tidak memadai untuk mengambil gambar di malam hari. Inilah sebabnya saya tidak punya dokumentasi apapun saat menyaksikan Liverpool FC bertanding melawan tim Indonesia XI di Stadion Utama Gelora Bung Karno, medio 2013 lalu. 

Harap dicatat, ini tidak bermaksud menjelek-jelekkan smartphone saya sendiri lhoya. Ini adalah gambaran kalau kita, atau lebih tepatnya saya, tidak bisa menghasilkan foto berkualitas dengan kamera alakadarnya.

Jujur saja timbul rasa iri kalau melihat kawan-kawan Kompasianer yang datang ke even-even membawa smartphone keren, juga tablet high-end, malah ada pula yang menenteng kamera DSLR. Hasil fotonya tentu saja keren-keren. Reportase mereka terasa lebih menarik dibaca karena ditambahi foto-foto berkualitas bagus.

Berbekal smartphone keren tadi, rekan-rekan Kompasianer tersebut bisa melakukan live tweet atau live reporting sepanjang acara. Tentu saja dilengkapi foto-foto yang menyajikan momen menarik. Tak cuma di Twitter, mereka juga update di Instagram dan Facebook. Lalu yang punya akun YouTube membuat vlog. Kemudian di akhir acara mereka saling berkenalan dan ditutup dengan foto selfie atau wefie.

Ugh, kapan ya saya bisa seperti itu?

[caption caption="Contoh hasil bidikan kamera Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge. (FOTO: Samsung.com)"]

[/caption]

Lebih Baik Bersama Samsung Galaxy S7

Jadi, menurut saya seorang Kompasianer tak cukup hanya piawai melahirkan tulisan ciamik. Ia juga harus bisa menjadi fotografer handal sehingga dapat melengkapi kontennya dengan foto-foto terkait. Untuk itulah Kompasianer tersebut butuh perangkat memadai demi mendukung kinerjanya.

Menyinggung soal perangkat memadai, saya sangat antusias sekali menyaksikan semaraknya rilis resmi Samsung Galaxy S7 dan Samsung Galaxy S7 Edge pada Februari lalu. Digelar di gedung Centre de Convencions Internacional de Barcelona, Spanyol, perusahaan teknologi asal Korea Selatan ini mengajak pengguna smartphone untuk memikirkan ulang apa yang bisa dilakukan sebuah gawai bagi kehidupan si pemilik.

Ketika DJ Koh, President Mobile's Division Samsung, naik panggung dan berulang kali mengatakan "Rethink what a phone can do," saya membatin, "Sepertinya saya nih yang harus rethink what phone should I have."

Menurut saya, produk terbaru Samsung ini merupakan gabungan dari dua perangkat penting yang vital sekali bagi seorang Kompasianer: laptop dan kamera berkemampuan tinggi. Memegang perangkat ini dalam genggaman seolah membawa laptop dan kamera DSLR sekaligus. Begitu dapat momen bagus, cekrek. Ingin menulis reportase tinggal buka fiturnya.

Setelah membaca-baca referensi sana-sini, juga tentu saja melongok halaman resmi Samsung Indonesia di sini, saya menyimpulkan setidaknya ada 5 alasan yang membuat Samsung Galaxy S7 bakal membuat kita jadi Kompasianer yang lebih baik. Istilah saya, Better Kompasianer.

Apa saja?

1. Kameranya Keren

Ini jadi topik bahasan kita sejak tadi. Foto yang bagus bakal membuat konten posting kita lebih baik, lebih menarik, lebih enak dibaca. Pembaca bisa mendapat gambaran suasana yang sebenarnya dari sebuah acara atau kejadian (misalkan kita melakukan reportase) dengan melihat foto-foto yang dilampirkan dalam posting.

Samsung Galaxy S7 memperkenalkan kamera dengan lensa F1.7 yang dapat menangkap gambar secara jernih sekalipun dalam kondisi minim cahaya, termasuk di malam hari. Lensa model ini memungkinkan kamera menerima lebih banyak cahaya sehingga menghasilkan gambar lebih detil.

Kita sama-sama tahu, momen bagus itu datangnya tidak pandang tempat tidak pandang waktu. Malah lebih sering kita alami momen-momen terbaik datang saat kita tidak siap. Katakanlah di malam hari, atau di dalam ruangan. Dalam situasi begini, biasanya saya hanya bisa mengelus dada sembari tersenyum hambar melihat kawan-kawan lain dengan leluasa mengambil gambar.

Tambahan lagi, Samsung menyediakan fitur Optical Image Stabilization. Ini berfungsi agar sensor kamera lebih fleksibel dan tepat mengarah ke objek foto meski ada objek lain yang dapat mengganggu fokus. Kamera Samsung Galaxy S7 juga dapat menangkap objek dengan baik dan fokus sekalipun objek foto kita sedang bergerak. Tidak ada blur.

Mau selfie pakai kamera depan atau belakang sama-sama oke. Kamera belakang berkekuatan 12 megapiksel dengan dual pixel menggunakan teknologi britecell. Sementara kamera depan 5 megapiksel, lebih dari cukup untuk ber-selfie ria.

Bagi yang suka membuat video blog, kalian bakal sangat dimanjakan dengan kemampuan kamera S7 merekam video berkualitas 4K UHD. Memang masih sebatas 30 frame per second sih, tapi ini sudah bagus sekali kalau tidak sering-sering bermain slow motion. Kalau mau menaikkan fps-nya, cukup ubah setelan kualitas video ke level 1080p (60 fps) atau 720p (240 fps).

[caption caption="Slot SIM Card dan microSD Card Samsung Galaxy S7. (FOTO: Samsung.com)"]

[/caption]

2. Kapasitas Penyimpanan Super Besar

Berbeda dengan tipe-tipe Galaxy sebelumnya, S7 dilengkapi dengan slot kartu memori eksternal. Ini berita baik bagi penggila selfie maupun para video blogger. Karenanya seluruh hadirin yang mengikuti acara peluncuran resmi di Barcelona memberikan aplaus saat hal ini diumumkan dari atas panggung.

Ya, kemampuan canggih dalam menangkap foto dan merekam video resolusi tinggi membuat file yang dihasilkan S7 berukuran besar. Karenanya dibutuhkan kapasitas penyimpanan besar pula.

Di seri-seri sebelumnya Samsung tak memberi ruang bagi pengguna Galaxy untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan perangkat mereka, sekalipun hanya satu bit. Mau ditambah bagaimana, wong nggak ada slot kartu memori eksternal yang diberikan. Mendengarkan aspirasi pengguna, pada seri S7 disediakan slot multiguna yang bisa digunakan untuk menambah memori eksternal atau kartu SIM kedua.

Slot memori eksternal S7 meminta penggunanya memilih: Mau memakai dual SIM atau menambah kapasitas penyimpanan. Kalau opsi pertama yang diambil, slot tersebut bisa diisi dua kartu GSM sekaligus. Tapi jika lebih suka memiliki memori lega, slot dapat memuat satu kartu GSM dan slot satunya untuk kartu memori eksternal.

Kalau saya sih pilih memori lebih besar supaya kemampuan super kamera S7 dapat saya nikmati dan eksplorasi lebih maksimal. Apalagi S7 mendukung penambahan memori hingga 200GB. Bayangkan berapa juta foto dan berapa ratus ribu video yang bisa kita simpan dengan kapasitas sebesar itu.

3. Jago Multitasking

Ini penting untuk Kompasianer yang sering mendapat undangan menghadiri acara ini-itu. Biasanya kan sembari menyimak materi dari pembicara kita memberikan live tweet lewat media-media sosial yang dimiliki. Ya, tak cukup satu. Ada Twitter, Facebook, Instagram, atau Path. 

Belum lagi mengambil foto, yang membuat aplikasi harus cepat berpindah dari media sosial ke kamera, lalu balik lagi ke media sosial untuk mengunggah foto terbaru. Kompasianer yang malas membawa alat tulis membutuhkan satu fitur lagi untuk mencatat poin-poin penting dari pembicara. Atau malah menyicil artikel untuk diposting di Kompasiana.

Coba hitung ada berapa aplikasi yang kita gunakan untuk memberikan update dalam satu acara. Setidak-tidaknya empat media sosial, ditambah kamera, terkadang hasil jepretan masih harus dipoles sehingga membutuhkan aplikasi pengolah foto. Belum lagi untuk mencatat. Totalnya ada 6-7 aplikasi yang digunakan secara bergantian dan terus-menerus sepanjang acara.

Smartphone dengan kemampuan biasa tentu bakal ngos-ngosan diajak multitasking seperti ini. Tapi S7 dirancang khusus bagi kita yang memang hidup penuh aktivitas sehingga sangat mendukung multitasking. Mau buka beberapa aplikasi sekaligus untuk keperluan live reporting mah ayo aja.

Performa ini didukung oleh jeroan mentereng. Dibekali prosesor Snapdragon 820/Exynos 8890, kemampuan S7 dan S7 Edge dalam memproses perintah 30% lebih cepat dari pendulunya: S6. Sedangkan kinerja graphic processing unit (GPU) lebih cepat 64% dari seri sebelumnya, dan RAM-nya ditambah menjadi 4GB.

Tidak ada lagi cerita hang atau nge-lag saat asyik melakukan live tweet.

[caption caption="Samsung Galaxy S7 wireless charging. (FOTO: Samsung.com)"]

[/caption]

4. Kapasitas Baterainya Jumbo

Poin ini biasanya pertama kali dilirik setiap kali ingin membeli gawai baru. Sudah jadi rahasia umum kalau smartphone itu boros baterai, jadi calon pembeli akan sangat mempertimbangkan kemampuan serta kapasitas baterai. Termasuk juga kecepatan pengisian ulang baterai tersebut.

Di sini pengguna S7 kembali dimanjakan. Samsung memberi baterai berkapasitas 3000 mAh untuk seri S7 dan 3600 mAh untuk S7 Edge. Ini besar, Bung. Sangat besar malah. Samsung menjanjikan dengan baterai berkapasitas sebesar ini pengguna cukup melakukan charging sekali dalam sehari.

Artinya, pengguna S7 tak perlu lagi repot-repot bawa power bank. Tas jadi lebih enteng dibuatnya. Atau pernah sibuk mencari colokan listrik untuk mengecas smartphone yang sudah mulai sekarat baterainya begitu tiba di tempat acara? Saya sih pernah.

Ah, kalau baterai besar pasti ngecas-nya lama. Jangan salah, baterai S7 hanya membutuhkan waktu selama 90 menit alias 1,5 jam untuk diisi ulang hingga penuh. Sedangkan baterai S7 Edge membutuhkan 10 menit lebih lama. Tapi uji coba yang dilakukan CNN Money malah menunjukkan proses charging tipe Edge hanya berlangsung kurang dari 80 menit. Silakan baca laporannya di laman ini.

Satu lagi, S7 mendukung wireless charging alias proses isi ulang tanpa menghubungkan gawai dengan colokan listrik. Cukup letakkan perangkat di sebuah dudukan khusus yang terhubung dengan sumber daya, baterai akan terisi dengan sendiri. Samsung mengklaim pengisian ulang begini malah jauh lebih cepat.

[caption caption="Samsung Galaxy S7, tahan air dan debut. (FOTO: Samsung.com)"]

[/caption]

5. Tahan Air dan Debu

Air dan debu adalah musuh utama perangkat elektronik. Karenanya penjualan asesoris pelindung smartphone seperti casing laris manis. Pendek kata, jauhkan smartphone dari debu dan lebih-lebih air kalau mau awet.

Tapi kan ada momen ketika kita tak bisa menghindari debu. Misalkan diajak mengunjungi peresmian jalan tol baru di mana masih ada pekerjaan di sana-sini, debu beterbangan tanpa bisa dikontrol mau nemplok ke mana. Atau diajak ke pasar tradisional yang masih agak kumuh. Sekalipun sudah diberi casing tetap saja debu bisa masuk melalui celah-celah kecil.

Demikian pula air. Dibawa mengunjungi lokasi wisata permainan air tentu mau tak mau kita harus mengeluarkan perangkat untuk mengambil foto atau merekam video. Cipratan air di mana-mana, atau saking aktifnya bergerak perangkat terlepas dari genggaman sehingga masuk ke dalam air. Tamat.

Dengan S7 kekhawatiran tersebut sirna. Perangkat ini dirancang tahan air. Tak cuma sekedar terkena cipratan air atau dipakai sembari hujan-hujanan, dibawa menyelam pun S7 masih tetap berfungsi dengan baik. Hal ini dibuktikan oleh Samuel Burke, koresponden CNN, yang membawa S7 dan S7 Edge berenang. Di tengah kolam ia merekam video dan mengambil foto, lalu menelepon seseorang.

Saksikan video Samuel Burke berenang sembari menggunakan Samsung Galaxy S7 di video ini. Dengan kemampuan ini, S7 menyamai fungsi action camera yang bisa dibawa berenang dan menyelam dalam air.

*****

Sebenarnya masih banyak lagi fitur dan kecanggihan yang diusung Samsung Galaxy S7. Tapi khusus untuk Kompasianer menurut saya lima itulah yang terpenting. Menurut saya ya.

Beberapa fitur lain yang perlu disebut adalah kemampuan konektivitas internet dengan jaringan 4G LTE, yang memungkinkan gawai satu ini melakukan upload-download hingga kecepatan 300 Mbps. Wuss! Lalu desainnya yang ergonomis, pas dalam genggaman pas pula di saku. Ada pula fitur always on display, yang memungkinkan kita melihat jam atau notifikasi tanpa perlu mengaktifkan layar dan bahkan tanpa perlu menyentuh gawai.

Bagi saya pribadi, lima poin di atas adalah headline S7 yang kesemuanya bakal menunjang aktivitas kita sebagai Kompasianer. Membantu kita menjadi Better Kompasianer, Kompasianer yang lebih baik. Sebab, dengan menggenggam S7 kita memiliki satu perangkat canggih yang bisa melalukan dua-tiga fungsi sekaligus. Membawa S7 sama seperti membawa laptop, kamera DSLR dan action camera sekaligus, tapi dengan ukuran lebih kecil dan lebih ringan.

Saya rasa Kompasianer yang sering diajak melakukan kunjungan ke sana-sini, atau terpilih mengikuti blogtrip ke luar kota selama berhari-hari, bakal senang dengan kemampuan multifungsi S7 ini. Iya nggak sih? :)

Rethink what phone should Kompasianer have.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun