Pupuk adalah sarana produksi yang berperan sangat penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman, terutama padi sawah dikarenakan pupuk mempunyai kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Teknik pemupukan tanaman padi sangat bervariasi, tidak ada ukuran waktu dan dosis yang pasti, karena ada banyak faktor yang perlu diperhatikan. Struktur tanah yang memiliki kondisi unsur hara yang berbeda di setiap lokasi tentunya memerlukan teknik pemupukan yang bervariasi. Waktu pemupukan disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan dan tahap pertumbuhan tanaman, guna memastikan penyerapan unsur hara berlangsung secara optimal.
Pupuk TSP atau SP-36 biasanya diaplikasikan secara bersamaan dengan penanaman, sementara urea diaplikasikan dalam dua tahap: setengah dosis pada satu minggu setelah tanam, dan setengah dosis lagi 35 hari setelah tanam, yaitu pada saat tanaman berada dalam fase aktif. Pengaplikasian pupuk KCL sebaiknya dilakukan dengan jumlah sedikit namun sering, dibandingkan dengan memberikan sekaligus dalam jumlah banyak. Supaya penyerapan unsur hara dapat berlangsung efektif, pemberiannya disesuaikan dengan tahap pertumbuhan tanaman padi: 1/3 dosis diberikan satu minggu setelah tanam, 1/3 dosis pada saat 35 hari setelah tanam, dan 1/3 dosis lagi pada 55 hari setelah tanam (Wahid, A, 2000).
Balitbang Pertanian (2020) menyusun panduan perkiraan dosis untuk pupuk
Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Anjuran pengaplikasian pupuk N dilandaskan untuk taraf atau tingkat kondisi produktivitas atau kesuburan lahan. Untuk lahan dengan produktivitas yang kecil, atau <5 ton/ha, diperlukan urea sebanyak 200 kg/ha. Untuk level produktivitas yang sedang atau kisaran 5--6 ton/ha, diperlukan urea sebesar 250--300 kg/ha. Sedangkan untuk tingkat produktivitas tinggi yaitu > 6 ton/ha, diperlukan urea antara 300 sampai 400 kg/ha. Anjuran ini selanjutnya dituangkan untuk dosis perkiraan pupuk urea atau ZA sesuai dengan produktivitasnya sendiri-sendiri.
Sedangkan untuk perkiraan dosis pupuk P dan K dilandaskan dari peta kandungan hara P dan K dengan skala 1:250.000. Penyusunan rekomendasi acuan pupuk N, P, dan K digunakan bagi setiap kecamatan yang ada di Indonesia. Untuk padi sawah, anjuran pemberian pupuk P dan K dirancang menurut kondisi P dan K lahan sawah. Penentuan kondisi P didasarkan pada kandungan hara P yang diekstraksi menggunakan HCl 25%, dan dibagi menjadi tiga kategori: tinggi (> 40 mg P2O5/100g), sedang (20--40 mg P2O5/100g), dan rendah (< 20 mg P2O5/100g). Sedangkan S penentuan kondisi K tanah didasarkan pada kandungan hara K yang diekstraksi menggunakan HCl 25%, dan juga dikelompokkan menjadi tiga kategori : tinggi (> 40 mg K2O/100g), sedang (20--40 mg K2O/100g), dan rendah (< 20 mg K2O /100g) (Balitbang Pertanian 2020).
Kesimpulan
Berdasarkan isi karya tulis diatas, dapat disimpulkan bahwasannya teknik pemeliharaan tanaman memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan budidaya tanaman padi sawah. Tahapan pemeliharaan yang meliputi irigasi, pengendalian OPT, dan pemupukan harus selalu dilakukan dan diperhatikan pada setiap proses budidaya tanaman. Teknik pemeliharaan tanaman berpengaruh besar terhadap tinggi atau rendahnya jumlah produksi. Apabila teknik pemeliharaan dengan cara-cara diatas, diharapkan produksi padi akan meningkat dan dapat menunjang ketahanan pangan nasional.
Karya tulis ini adalah modifikasi dari sebagian konten praktik umum mahasiswa dengan Bahasa populer. Karya tulis ini telah diuji kemiripannya dengan “Turnitin Similarity Index” yaitu 10 %. Data Daftar Pustaka dan Turnitin tersedia. Konten video praktik umum ditayangkan disini.