Sistem irigasi ini adalah sebuah sistem pemberian air pada lahan padi sawah dengan terus menerus, yaitu air dari saluran distribusi mengaliri seluruh petak sawah di area irigasi secara terus menerus. Selanjutnya, air mengalir dari satu petak ke petak lainnya hingga semua petak terisi, dan apabila air kelebihan, akan dialirkan melalui saluran pembuangan. Sistem irigasi ini baik digunakan untuk menekan pertumbuhan gulma, namun dinilai boros air pemakaian pupuk dan pestisida kurang efisien (Sumadiyono, 2012).
Â
1.2 Irigasi Bergilir (Rotational Irrigation)
Sistem irigasi bergilir ini adalah cara pemberian air irigasi yang dilakukan untuk periode waktu tertentu di suatu lahan. Dengan demikian, pada lahan tersebut bisa menyimpan air yang digunakan sampai irigasi periode berikutnya. Sistem irigasi ini baik digunakan karena dapat menghemat tenaga dan waktu.
1.3 Irigasi Berselang (Intermittent Irrigation)
Irigasi berselang adalah merupakan  sistem pemberian air irigasi pada kondisi kering dan tergenang secara berselang atau bergantian pada jangka waktu tertentu. Pada waktu tertentu, kandungan air pada  permukaan tanah dibiarkan turun hingga genangannya habis, kemudian sawah digenangi kembali, lalu lahan digenangi kembali. Namun, batas kadar air yang dapat mengurangi produksi tetap diperhatikan agar tanah tetap dalam kondisi cukup lembab. Cara ini disarankan karena dapat meningkatkan produksi, memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, serta menghemat penggunaan air (Sumadiyono, 2012).
Hama yang biasanya menyerang padi sawah meliputi, penggerek batang, wereng, walang sangit, hama putih palsu, keong mas, dan burung. Sedangkan, penyakit yang sering menginfeksi tanaman padi sawah antara lain, hawar daun bakteri, penyakit blas, busuk batang, tungro, dan bercak daun. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT diatas, antara lain pengendalian secara mekanis, fisika, kimiawi, biologi, dan kultur teknis.
Metode pengendalian gulma yang sering digunakan oleh petani ialah pengendalian gulma secara mekanis dan  kimiawi. Metode pngendalian gulma secara mekanis, atau biasa disebut penyiangan merupakan kegiatan untuk menghilangkan gulma dengan memotong, mencabut, atau membongkar sampai ke akarnya. Waktu yang tepat untuk melakukan pengendalian gulma yaitu pada saat periode kritis pertumbuhan. Waktu tersebut dianggap tepat, karena gulma dan tanaman secara aktif bersaing dalam memperoleh sarana tumbuh (Zimdahl 1980). Periode kritis ini adalah momen yang ideal untuk mengendalikan gulma, dalam artian melakukan pengendalian secara efektif dan efisien untuk menghemat biaya, tenaga, dan waktu (Sukman dan Yakup 2002).
Sedangkan untuk metode pengendalian hama dan penyakit yang sering digunakan petani ialah pengendalian secara kimiawi dengan pengapikasian insektisida dan fungisida. Metode ini dinilai efektif, namun cara dan waktu harus dilakukan dengan tepat. Pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan apabila populasi keberadaan hama atau tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit sudah menunjukkan potensi terjadinya kerugian atau penurunan produksi. Pemakaian pestisida adalah salah satu langkah pengendalian yang diambil ketika keberadaan hama sudah melebihi jumlah musuh alami, yang mengakibatkan tidak efektif lagi dalam menekan populasi hama. Selain itu, metode pengendalian lain juga tidak bisa berguna dengan baik, lalu  keberadaan hama sudah mencapai ambang batas ekonomi, dimana kerusakan yang ditimbulkan lebih dominan dibandingkan dengan biaya untuk pengendalian (Soejitno dan Edi, 1993).
3. Pemupukan