Senja telah tampakkan wajah indahnya, dengan semilir angin yang menyisir lembut rambut seorang wanita yang sedang duduk di taman kampus. Terdengar bunyi tombol keyboard yang ditekan dengan lembut dan bertempo, ternyata jari-jarinya sedang menari riang untuk menuliskan apa yang tak mampu ia lisankan. Rachma, nama wanita itu yang sedari tadi sore tetap bertahan duduk dengan nyamannya menghadap sebuah netbook. Menulis salah satu hobi yang dimiliki wanita ini, walau masih belum sempurna untuk dipublikasikan namun tetap terus berlatih untuk menulis. Tak hanya itu, lewat tulisan ia mampu mencurahkan segala yang ia rasakan tanpa takut dan khawatir jika ada ada orang yang tak mampu ia percayai tuk menjaga rahasianya.
"Hey, ngapain disini sendirian Bunda?" sapaan akrab dikampus dari adik kelasnya, Ivan. "Lagi nulis, dek. Kamu gak pulang ta? Udah sore gini? jawabnya. "Humm, nulis apa ini Bunda? Hayo, galau ya? goda Ivan. "Hahaaa.. Kamu itu, dek. Siapa yang galau? Bunda cuma ingin menulis saja apa yang tak mampu diucapkan." jawab wanita itu dengan tawa. "Oh gitu, ya jangan sampai galau dunk Bundaku dan teman-teman ini. Hehee.. Oke, aku pulang dulu ya Bunda" pamitnya.
Masih bertahan wanita ini ditemani semilir angin senja yang mulai terasa dingin. Ia menuliskan apa yang tak mampu ia ucapkan. Rachma notes :
"Hai notes, aku ingin sedikit bercerita padamu. Ingin tahu tentang apa? Banyak sekali sebenarnya. Pertama tentang cinta, entah mengapa masih saja susah untuk mengungkapkan rasa kepada seseorang bukan karena gengsi tapi takut nantinya akan berdampak buruk pada hubungan pertemanan ataupun persaudaraan yang ada. Aku hanya mampu untuk menyimpan rasa itu sendiri didalam hati dan tetap bahagia melihat seseorang itu bahagia dengan ataupun tanpa diriku. Disisi lain memang banyak yang mendekatiku, namun memang belum ada yang cocok. Bukan karena tampan atau tidaknya, pintar atau tidaknya tetapi karena belum ada rasa nyaman yang timbul. Terkadang hingga muncul do'ku :
Tuhan, siapakah sih seorang laki-laki baik dan sholeh yang Engkau siapkan bagi hambamu ini? Yang hingga kesekian kalinya hambamu ini sendiri lagi karena disakiti. Mungkin memang belum waktunya, yang terpenting selalu dekatkanlah hamba pada seseorang laki-laki yang mampu membuatku lebih mencintai-Mu, Tuhan.
Kedua tentang kuliah, tak terasa memang sudah menginjak semester atas, yah semester 6 lebih tepatnya. Tinggal dua semester lagi yang harus dilalui untuk mencapai kelulusan dan wisuda. Semakin banyak saja tugas, observasi dan lain sebagainya yang diembankan pada para mahasiswa semester 6 khususnya mahasiswa konsentrasi Marketing. Dengan dalih untuk meningkatkan pengetahuan para mahasiswa para Dosen memberikan berbagai jenis tugas itu pada mahasiswanya. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan metode pembelajaran yang mereka berikan. Ada dosen yang memang proporsional antara pemberian tugas dan penyampaian materinya. Ada yang berat sebelah, ada yang tak bisa diharapkan. Lucu memang dinamikanya, tapi sampai kapan para generasi muda ini tumbuh dengan cerdasnya jika para pengajar yang sudah "sekolah tinggi" dahulu itu tak punya niat tulus dan maksimal dalam mengamalkan ilmunya. Hingga mahasiswa pada era ini tak hanya dituntut untuk aktif dikelas perkuliahan saja, namun harulah aktif diluar untuk mencari ilmu pengetahuan lainnya yang mampu mengembangkan potensi dalam dirinya. Jika tidak begitu, akan jadi apa mahasiswa era ini?
Mungkin yang bisa aku lakukan secara pribadi adalah dengan selau aktif dalam dunia maya khususnya media online yang aku gemari sepert www.the-marketeers.com; www.kompasiana.com; www.linkedIn.com; www.prezi.com; www.twitter.com dan masih banyak yang lainnya. Dimana disitulah aku mampu mengembangkan apa yang ku punya, baik bidang marketing, menulis/ jurnalis, search beasiswa S2, bersosialisasi dan lain-lain. Ingatlah juga, bahwa Generasi Emas 2035 itu takkan terwujud jika semua elemen tak saling mendukung baik dari segi Pemerintahan, Pendidik, Pemilik Usaha dan tentunya diri kita sendiri. Karena diri kita lah yang menjadi penentu masa depan kita. Harapku, ingin sekali aku bisa mendapatkan beasiswa S2 di luar negeri. Amin.
Ketiga tentang organisasi/ sosialisasi, sudah hampir tiga (3) tahun lebih diriku berproses dalam organisasi tepatnya sejak SMK dulu menjadi Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas), hingga sekarang memiliki beberapa amanah baik di BEM FE, Karang Taruna, Akademi Berbagi Surabaya, dan Indonesian Leaders of Change. Dimana dikeempatnya memiliki bidang yang berbeda namun tetap ada sedikit hubungannya. Mungkin jika dilihat terlalu banyak yang diikuti, dan hal itu terkesan "serakah". Namun, aku menampik anggapan-anggapan tersebut, karena tentunya keempat hal tersebut ada tingkatan prioritasnya. Sehingga dapat berjalan secara seimbang dan harmonis. Bahkan bisa dihubungkan/ dikolaborasikan dari organisasi tersebut. Dan itu masih dalam perencanaanku hingga nanti muncul pada Gong nya.
Jujur saja memang cukup berat menjalaninya, harus pandai mengatur waktu, pola makan, pola istirahat dll. Karena selain keempat organisasi tersebut juga ada hal yang sangat prioritas yakni kuliah bersama tugas-tugasnya. Sempat kesemuanya itu membuat kepalaku hampir pecah (stress) dan menangis. Betapa tidak, kesemuanya sangat membutuhkan peranku secara langsung dan tidak semua bisa terwakilkan oleh orang lain. Namun aku yakin, Tuhan seperti ini pasti ada tujuannya dan dengan seperti ini aku mampu belajar banyak hal dari keempat organisasi tersebut. Pasti Tuhan pun akan memberikan kekuatan istimewanya, karena tak mungkin Tuhan memberikan amanah ataupun cobaan kepada umatnya melebihi kapasitas umatnya sendiri.
Keep moving.. Stay Focus and Let it flow..
Keempat ini tentang keluarga, meraka yang sangat menyayangiku dengan cara mereka sendiri. Bersyukur selalu kulantunkan pada Tuhan, telah diberikan keluarga yang istimewa hatinya. Ayahku Bapak Wajib, seseorang yang duluanya terkenal agak"playboy" walaupun dulu beliau merupakan anak santri di Ponorogo. Tetapi sekarang menjelma menjadi seorang Ayah yang luar biasa bijaksana dan sabarnya. Beliau lah yang selalu mengajarkan tentang makna agama dan kehidupan kepadaku. Walaupun beliau tak banyak omong, tapi sekali berbicara sungguh kharismatik dan menentramkan. Oleh karenanya tak heran jika dulu walaupun Ayah sudah menikahi Ibuku, ada saja wanita yang mengejar beliau sampai pada akhirnya wanita tersebut menyerah. Karena Ayahku ini ternyata tipe orang yang setia, ketika ia telah menjatuhkan pilihan pada seseorang dan serius maka ia akan selalu menjaga wanita tersebut hingga Tuhan yang memisahkan.
Sedangkan Ibuku, Supiati adalah wanita kartini dalam rumahnya. Seorang wanita yang juga tak kalah menginspirasinya diantara beribu wanita lainnya, hehe. Beliau tak henti-hentinya bercerewet ria tentang bagaimana seorang wanita yang baik bagi keluarganya. Berbagai hal telah diajarkan kepadaku, baik mencuci baju, memasak, membersihkan rumah, dll yang berhubungan dengan rumah tangga. Beliau selalu mengingatkan bahwa nantinya aku ini Ibu Rumah Tangga, jadi mulai dini harus tau bagaimana "soro" (b.jawa : susah) nya menjadi Ibu Rumah Tangga. Disisi lain dari cerewet beliau, selalu ia selipkan bagaimana dalam memaknai dan mensyukuri kehidupan. Karena masih ada yang lebih sulit kehidupannya daripada kehidupan kita ini, bersyukurlah dengan kemudahan hidup ini.
Dan adikku, Annisa' seorang gadis SMP kelas satu ini juga cukup istimewa disamping badannya yang gemuk dan sifat kerasnya. Ternyata adikku ini adalah anak yang cukup rajin dalam belajar dan menjadi salah satu murid kesayangan Guru nya. Hingga ia sering mewakili sekolah dalam beberapa kompetisi, seperti halnya kemarin ia usai mengikuti lomba KIR (Karya Ilmiah Remaja) di salah satu sekolah menengah kejuruan negeri di Surabaya. Walaupun tak menang, tapi ia tetap semangat dan mengevaluasi apa yang menjadi kekurangannya. Sebagai bentuk banggaku padanya, aku pun membelikannya jam tangan digital yang sporty karena jam tangannya telah lama rusak. Begitu senang melihatnya, dan kubisikkan nasihat padanya :
Dek, dengan jam tangan ini jangan pernah lupa untuk tingkatkan prestasimu disekolah, jangan pernah lupa dengan ibadah, jangan pernah lupa tuk banggakan Ayah dan Ibu, jangan pernah lupa ada Kakakmu yang selalu mendampingimu serta jangan pernah lupa tuk selalu ikhlas dalam berbagi pada orang lain.
"SIAP, KAK!!!" jawabnya
Sampai disini dulu ceritaku padamu, notes. Tulisan ini sebagai bentuk kesyukuranku pada Tuhan Yang Maha Terkasih pada setiap umatnya. Aku sangat bersyukur dengan apa yang ada pada diriku hingga detik ini ku bernafas. Terima kasih TUHAN.. ^_^ "
Terdengarlah kumandang adzan Maghrib, tepat ketika tarian jemari wanita itu terhenti. Dan senyum anggunnya masih tetap tersungging dengan sapaan cahaya bulan. Seketika ia menyimpan tulisannya dalam folder pribadinya tuk dijadikan catatan sejarah dikemudian hari. Akhirnya beranjaklah ia pada Rumah Tuhannya, tuk beribadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H