Yang nyata-nyata sadar hidup dengan hina
Tetapi tetap saja nikmat duniawi yang kudamba
Aku adalah pendosa
Aku sadar tempatku dineraka...
***
Angin berhembus menerpa wajahku, semilir, sejuk, hembusannya menerbangkan helaian rambutku ke udara. Sore yang sangat indah, seindah warna langit diatasku. Biru, putih berpadu sangat serasi membentuk lukisan -lukisan awan . Dan lukisan itu pelan berganti karena awan yang bergerak perlahan.
Aku membayangkan diriku terbang  diawan, merebahkan diri diatasnya. Sangat lembut, sunguh indah ciptaan Tuhan yang tiada tara, lukisan awan yang bisa membawaku melayang.
Kenapa semua ini baru kusadari sekarang. Waktuku memang sudah banyak terbuang, aku bahkan telah mencap diriku sebagai pendosa yang tak terampuni. Tetapi Tuhanku Yang Maha Kasih sepertinya tak mengijinkan itu.
Satu tahun yang lalu, aku masih seorang gadis bertopeng. Bekerja menghabiskan uangku untuk foya-foya dan berbuat maksiat. Tetapi disisi lain aku adalah gadis kebanggaan orangtuaku, pekerja keras dan anak yang berbakti.
Masa mudaku penuh kebahagiaan, aku bekerja dengan penghasilan yang besar. Bukan karena kemampuanku ditempat kerja, tetapi karena kemampuanku diranjang dan tentu saja karena sibosku menikmatinya bersamaku.
Aku bukan pelacur,tetapi yang kulakukan tak beda dengan pelacur, sama-sama tidur dengan banyak laki-laki. Yang membedakan adalah, aku melakukan dengan kesenangan bukan suatu pekerjaan. Walau begitu aku tidak menolak segepok uang hadiah untukku.