Namaku Istanti , punya pekerjaan yang bagus, punya keluarga yang bahagia dengan suami dan sepasang anak yang sangat cerdas dan sehat. Aku menjalani hari-hariku dengan sangat bahagia. Suamiku sangat perhatian padaku juga pada anak-anak kami.
Sebagai keluarga muda, kami terbilang mapan. Tetapi semuanya tiba-tiba berubah begitu saja setelah perempuan itu datang.
Suamiku mempunyai seorang adik laki-laki yang bekerja di Jakarta, namanya Deni, sedang kami sendiri tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Aku tidak tau awal mulanya, tetapi adik iparku mengenalkan kekasihnya pada kami dan meminta agar kami mengijinkan dia tinggal bersama kami, karena kebetulan dia diterima bekerja di kota tempat kami tinggal.
Tanpa pikir panjang aku menyetujuinya, karena kebetulan rumah kami cukup besar dan tak ada salahnya menampung calon adik ipar sembari mengawasinya. Namanya Rosida, sederhana, semampai, cukup manis, kubilang begitu karena Rosida mempunyai kulit yang agak gelap. Aku menyukainya karena dia gadis yang rajin dan cepat beradaptasi dengan anak-anak kami.
Karena tempat kerja yang sejalan, Rosida setiap pagi menumpang mobil suamiku, sedang aku sendiri ke kantor naik motor karena arah kami yang berlawanan. Beberapa kali teman mengadu padaku kalau melihat suamiku semobil dengan seorang perempuan dengan mesranya. Aku cuma tersenyum.
Aku tidak pernah berfikir negatif, perempuan itu adalah calon istri adik laki-laki suamiku.
" Mereka berkata begitu karena mereka tidak tau " pikirku dalam hati.
Sudah 6 bulan Rosida tinggal bersama kami, aku senang karena suamiku, anak-anakku semuanya akrab dengannya. Sudah 3 hari Deni pulang ke tempatku.
" Kamu berubah, kamu tidak seperti dulu lagi , " suara Deni.
" Aku mau pindah , aku tidak kerasan disini , " kudengar suara Rosida.
Terus terang aku sedikit terkejut, Rosida tidak kerasan . Dia baik-baik saja. Dia malah tampak bahagia, badannya sedikit gemuk sekarang. Â Kenapa dia berkata begitu ? ? Apa karena mereka sedang bertengkar ??.
Aku pura-pura tidak tau pertengkaran mereka. Yang pasti beberapa hari kemudian Rosida pamit untuk pindah Kost. Kami tidak bisa membujuknya lagi.
" Mba Tanti, tadi pagi aku liat suamimu berduaan di mobil sama cewek lho ?? " , Â ucap Dewi teman sekantorku.
" Tadi pagi ?? ", Suaraku sedikit bergetar.
Apa mungkin Rosida, tetapi katanya tempat  kost  sekarang dekat dengan tempat kerjanya. Aku mulai merasa  tidak  nyaman. Sebagai seorang istri aku merasa ada yang tidak beres.
bersambung....
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/03/15/kau-tetap-suamiku-2/
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/03/16/kau-tetap-suamiku-3/