Sabtu. . . ( 5 Nov 2011 )
" Plak . . ."
Tangan Maskolis mendarat ke pipi Istrinya. Zeela seperti tersambar petir, laki-laki yang sepuluh tahun lalu menikahinya sekarang tega menampar wajahnya.
" Apa salahku , apa yang kurang dariku, kenapa mas tega menamparku, ini pasti gara-gara wanita nakal itu, Mas menjijikkan ...."
" Plak... Plak..."
Tangan Maskolis yang kekar kembali menampar pipi istrinya. Darah segar mengalir dari sudut bibir munggil  wanita cantik itu.
" Semua kebutuhanmu terpenuhi, kebutuhan anak-anak semua tersedia, hanya masalah perempuan kamu teriak-teriak padaku " suara mas kolis garang.
" Kalau kamu mengungkit masalah ini lagi, kuusir kamu dari rumah...". Gubraaak  !!!  Maskolis menbanting pintu pergi dari rumah, tanpa peduli istrinya yang kesakitan.
Zeela mengambil tas, memasukkan pakaiannya juga pakaian Bunga dan Alia dua putri mereka. Hatinya sangat hancur, suaminya telah menamparnya berkali-kali gara-gara perempuan itu.
Empat tahun lalu, Suaminya hanyalah seorang karyawan kantor biasa. Tetapi sejak terjun ke dunia politik dan ambisinya  menjadi Anggota Dewan tercapai, perilakunya sedikit demi sedikit berubah.
Untuk menjadi Anggota Dewan, Zeelalah orang yang sangat membantunya. Dia harus rela melepaskan perhiasan juga tanah warisan orang tuanya untuk mendukung kampanye sang suami.
Zeela benar-benar tidak tahan, Semua ambisi suaminya telah terkabul, seperti inikah perlakuannya. Dia dan kedua orang putrinya , malam itu juga pulang kerumah orang tuanya.
***
Senin  ( 14 Nov 2011 )
Ibu Purwati sangat prihatin dengan keadaan rumah tangga putrinya. Bukan sekali dua kali Beliau dengar tentang perilaku menantunya yang berubah beberapa bulan ini. Menantunya juga mulai main tangan dengan memukuli putrinya.
Seperti biasa, setiap Senin dan Kamis ibu Purwati menjalankan puasa. Puasa ini dijalaninya sejak dari muda semata-mata selain untuk menjaga kadar gula darahnya, juga untuk menata hatinya.
Mobil Maskolis parkir didepan halaman rumah tua yang masih terlihat megah itu.
" Ibu, saya akan menjemput Zee, Bunga dan Alia "
" Apa yang telah terjadi sebenarnya, wajah anakku Zee bengkak dan bibirnya juga sobek ? ".
" Saya berani bersumpah BU, tidak terjadi apa-apa , Zee terjatuh kemarin . . ."
" Benarkah kamu berani bersumpah pada ibu. . . tidak menyakiti Zee demi perempuan lain ?? "
" Iya Bu, saya berani bersumpah atas nama keluarga saya . . ."
Zeela tidak mau pulang, tetapi karena bujukan ibundanya, diapun pulang bersama suaminya.
***
Kamis  ( 24 Nov 2011 )
Telapon berdering, Maskolis sedang berdua dengan Eva , kekasih gelapnya.
" Dari siapa Sayang . . ." suara Eva manja.
" Bukan siapa-siapa, Sayang " ucap Maskolis setelah tau dari istrinya.
Telepon kembali berdering, Maskolispun sangat geram. Telepon itu dimatikan dan dilemparnya. Dia kembali bercumbu dengan Eva.
***
Jumat  ( 25 Nov 2011 )
Rumah sangat sepi.
" Mereka minggat lagi . . ." guman Maskolis.
Maskolis sedang memakai Jasnya untuk menghadiri rapat siang nanti, ketika telepon rumahnya berdering.
" Kolis dari mana saja kamu. . . ." suara kakaknya Yuly yang di Jogja sambil menangis.
" Bapak sedho, kemarin siang kecelakaan , dan semua pemakaman sudah siap tinggal nunggu kamu . . ."
Maskolis terduduk lemas, kemarin siang  saat dia bersama Eva , Bapak masih  penelponnya, menanyakan kabar Zeela dan anak-anaknya.
Inikah akibat Sumpah Palsunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H