Mohon tunggu...
Bunga Satari
Bunga Satari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Aktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai-nilai Moral Dalam Etnis Baduy

5 Januari 2023   20:41 Diperbarui: 5 Januari 2023   20:56 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

4. Konservasi dan pelestarian lingkungan

Cara hidup tradisional masyarakat baduy yang sederhana dan penuh toleransi lebih melihat kehidupan jauh kedepan, sehingga tetap menjaga keberlanjutan hidupnya. Proteksi terhadap lingkungan ditujukan untuk mempertahankan kehidupan mereka supaya tetap utuh dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Pandangan mereka dalam kelestarian lingkungan, sama dengan pemikiran dalam pembangunan berkelanjutan dimana mereka beranggapan bahwa kerusakan lingkungan atau perubahan terhadap bentuk lingkungan akan mengancam sumber kehidupan mereka yang berakibat dengan kelaparan dan kekurangan secara ekonomi lainnya. Kehancuran kehidupan akibat kerusakan lingkungan akan memicu kepunahan suku Baduy. Oleh sebab itu mereka juga melarang bahkan melawan pihak luar yang berusaha merusak lingkungan mereka.

Bentuk perilaku pelestarian lingkungan dan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat Baduy, tercermin dalam kehidupan keseharian mereka. Praktik konservasi diwujudkan dalam : 

1. Bagi masyarakat Baduy, hutan dianggap sakral sehingga masyarakat adat menghormati kawasan hutan mereka

2. Konsep pengelolaan lingkungan dengan sistem zonasi telah dikenal dan dipraktikkan masyarakat Baduy secara turun temurun. Sistem zonasi tersebut adalah

  • Daerah Baduy Dalam analog dengan zona inti;
  • Daerah Baduy Luar analog dengan zona pemanfaatan intensif;
  • Daerah Dangka analog dengan zona penyangga

5. Bercocok tanam

Sejalan dengan ajaran agama atau kepercayaan masyarakat Baduy yaitu Sunda Wiwitan, berocok tanam mereka anggap sebagai sebuah kewajiban dalam agama mereka. Dalam bercocok tanam, mereka memiliki berbagai pantangan yang mereka terapkan selama menggarap ladang. Diantaranya, pantang menggunakan benih padi modern, pantang menggunakan pupuk yang anorganik/sintesis, pantang untuk menggunakan pestisida pabrikan, dan mereka pantang untuk memperjual-belikan hasil ladang mereka. Namun, hal tersebut memiliki pengaruh positif seperti para petani yang sangat berhati-hati dalam mengelola ladang, sehingga terjadinya kerusakan pada lingkungan, yaitu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pestisida tidak terjadi. Tentunya hal tersebut sangat baik, karena keseimbangan ekosistem ladang dan sawah dapat tetap terjaga dengan baik.

6. Disiplin

Sikap displin masyarakat baduy yaitu tercipta dari taat dan patuh terhadap aturan adat leluhur yang selalu dipegang teguh oleh oleh masyarakat baduy. Walaupun sudah banyak alat teknologi dan barang-barang modern, masyarakat baduy selalu menaati peraturan adat yang ada yaitu seperti tidak boleh menggunakan alat elektronik seperti handphon, lampu dan alat elekronik lainnya bahkan masyarakat baduy tidak menggunakan sabun mandi atau deterjen untuk kebersihannya dan tidak menggunakan pestisa untuk bahan berladangnya yang merupakan alat atau bahan tadi termasuk sebagai salah satu arus globalisasi.

7. Sederhana dan hemat

Masyarakat baduy terutama baduy dalam memiliki rumah yang sama satu dengan yang lainnya rumah yang sederhana berupa panggung ini didominasi dengan kayu, bambu, dan atap ijuk atau rumba bahan untuk membangun rumah ini diambil dari alam mereka sendiri, rumah adat ini disebut dengan sulah nyanda. Bagian dari rumah ini terdiri dari 3 yaitu yang pertama adalah bagian sosoro atau bagian depan yang berfungsi sebagai teras untuk menerima tamu hingga kegiatan menenun bagi kaum perempuan baduy, bagian kedua dari rumah adat ini adalah tepas atau ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang inti keluarga yang digunakan untuk berkumpul keluarga hingga tidur. Bagian terakhir dari rumah adat baduy ini adalah ipah yang berfungsikan sebagai dapur atau tempat penyimpanan alat berladang dan tempat menyimpan hasil lading tersebut.

Tidak hanya rumah adat baduy yang sederhana tetapi pakaian dari adat baduy ini pun sangat sederhana yaitu kutung atau jamang sangsang yang merupakan nama dari baju atasan dan sarung yaitu bagian bawahan, pakaian adat ini hanya terdiri dari bagian ikat kepala atau lomar, baju atau yang sering disebut dengan jamang, dan kain sarung atau celana komprang. Pakaian adat baduy luar adalah mengunakan pakaian yang berwana hitam. Selain warna hitam yang mendominasi, baduy luar juga memiliki warna khas lain yakni biru tua motif batik. Warna biru ini biasanya terdapat pada ikat kepala atau sarung yang dikenakan oleh kaum perempuan. Baju ini selalu dikenakan baik untuk aktivitas sehari-hari hingga acara tertentu. Pakaian adat baduy dalam juga sama dengan baduy luar tetapi pakaian adat baduy dalam memiliki warna yang identik dengan warna putih, dan bagian ikat kepala atau telekung bagi kaum laki-laki yeng berwarna putih kecoklatan, namun kadang juga menggunakan pakaian berwarna hitam tanda kancing.

Sikap hemat dari masyarakat baduy ini yaitu masyarakat baduy sering berpergian jauh entah untuk berladang atau berpergian keluar kota hanya menggunnakan kaki atau hanya berjalan kaki tanpa menggunakan alat transportasi tujuan dari berpergian hanya dengan berjalan kaki ini yaitu menghemat bbm, menjaga badan agar tetap sehat dan mengurangi polusi udara.

KESIMPULAN
Baduy  merupakan  salah   satu  desa  yang terdapat di  Indonesia  serta  mempunyai keunikan  dalam  kehidupannya. Baduy sendiri merupakan desa  tradisional  atau  pra desa  yang dimana  tipe  desa  di masyarakatnya  adalah  suku terasing   yang   keseluruhan   kehidupan   masyarakatnya   masih   sangat   bergantung   pada   alam disekitarnya. Suku Baduy merupakan sekelompok masyarakat yang memang tinggal di pedalaman Banten yang mana mereka biasanya menyebut dirinya itu sebagai urang Kenakes. Suku yang berada di Desa Kenakes, Leuwidar, Lebak, Banten. Mempunyai kearifan local yaitu nilai moral yang bisa direpakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu ngaji diri atau intropeksi diri, gotong royong terdiri dari nyambungan, liliuran, dugdug rempug dan tunggu lembur, Manusia lintas waktu yaitu manusia yang tidak megikuti arus globalisasi, konservasi dan pelestarian lingkungan, bercocok tanam, displin dan taat terhadap aturan, dan hidup sederhana dan hemat.


DAFTAR PUSTAKA
BELAJAR 'HIDUP BENAR' DARI MASYARAKAT BADUY. (2019). [online] tersedia di http://pendidikan-sosiologi.fis.uny.ac.id/id/berita/belajar-hidup-benar-dari-masyarakat-baduy.html diakses pada 4 Januari 2023.


Dinda Maryam Salima, Dinie Anggraeni Dewi, & Yayang Furi Furnamasari. (2021). Implementasi Nilai--nilai Pancasila pada Kearifan Lokal Masyarakat Baduy. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 7158--7163. [online] tersedia di https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/2105 diakses pada 4 Januari 2023.


Dita Kameswari, & Muhamad Yusup. (2020). KEARIFAN LOKAL BERCOCOK TANAM PADA MASYARAKAT PEDALAMAN SUKU BADUY. SINASIS (Seminar Nasional Sains), 1(1). [online] tersedia di http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/sinasis/article/view/3993 diakses pada 4 Januari 2023.


Media, K. C. (2021, October 29). Mengenal Perbedaan Pakaian Adat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar di Banten Halaman all. KOMPAS.com. [online] tersedia di https://regional.kompas.com/read/2021/10/29/073000578/mengenal-perbedaan-pakaian-adat-suku-baduy-dalam-dan-baduy-luar-di-banten?page=all#:~:text=Pakaian%20adat%20Baduy%20Dalam&text=Serupa%20dengan%20Baduy%20Luar%2C%20pakaian diakses pada 4 Januari 2023.


Media, K. C. (2021, October 31). Mengenal Rumah Adat Suku Baduy, Dibangun Tanpa Paku, Bertahan hingga Ratusan Tahun Halaman all. KOMPAS.com. [online] tersedia di  https://regional.kompas.com/read/2021/10/31/180000778/mengenal-rumah-adat-suku-baduy-dibangun-tanpa-paku-bertahan-hingga-ratusan?page=all diakses pada 4 Januari 2023.


Somantri, R. A. (2012). SISTEM GOTONG ROYONG PADA MASYARAKAT BADUY DI DESA KANEKES PROVINSI BANTEN. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 4(1), 137. [online] tersedia di  https://doi.org/10.30959/patanjala.v4i1.128 diakses pada 4 Januari 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun