Mohon tunggu...
Bunga Puspitasari
Bunga Puspitasari Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Menulis itu perihal rasa dan cinta

nutritionist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Esensi Kehidupan

18 Maret 2020   10:21 Diperbarui: 18 Maret 2020   10:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Munir merogoh kantong baju koko bewarna putih, lebih tepatnya agak kekuningan. Dikeluarkannya, amplop putih dan selembar kertas untuk diberikan kepada istrinya serta menyampaikan niatnya untuk mengikuti lomba Hafidz Qur'an yang diselenggarakan 2 hari lagi.

            " Umi, ini hasil ngaji tadi. Memang hasilnya tidak seberapa. Tapi cukup untuk makan kita selama 2 hari kedepan." Kata Munir dengan bernada memelas.

            Senyum tipis mengembang dari bibir Anisa. Namun, ia juga tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Tak tertahan, air matanya melintas di pipi.            "Terima kasih abi, umi bersyukur kita masih diberikan rezeki. Insyaa Allah jika kita bersyukur, ada rezeki yang Allah simpan untuk kita dan entah kapan datangnya." Seru Anisa dengan mengusap air mata di pipi yang masih basah.

            "Itu kertas apa bi?." Anisa penasaran dengan selembar kertas yang di pegang oleh suaminya. Munir maju mundur ingin cerita. Karena biaya pendaftarannya berbayar. Takut, gelisah. Karena hanya uang dari amplop yang dapat diandalkan untuk saat ini. Sedangkan, makelaran tanah masih sepi. Panggilan ngaji juga baru 3 hari lagi. Munir bingung mengutarakan isi hatinya. Pikirannya kacau. 

            "Abi, kenapa bengong?". Pungkas istrinya yang sedari tadi tak di gubris oleh Munir.

            " Aaaaabi... aa...bi". Munir terbata-bata, bingung apa yang harus ia katakan. Menarik napas panjang. Menghembuskannya perlahan. Suasana menegang.Hanya suara kipas angin tua yang memenuhi suara di ruang tamu. Munir sedang menata kata-kata yang akan ia katakan pada istrinya.

            "Bismillah....". Lirih Munir

            "Begini umi, tadi sewaktu abi ngaji, Mas Abdi nyamperin menyodorkan kertas pendaftaran lomba menghafal qur'an yang akan diselenggarakan 2 hari lagi. Jadi besok pendaftarannya terakhir. Niatnya, abi mau ikut, besok abi mau daftar sekalian ke kajiannya Ustad Rohman. Kendalanya, lomba tersebut harus membayar sebesar 50 ribu". Kata Munir. 

            " Nah, terus apa yang menjadi peghambat abi?umi mendukung 100%, dan berada di garis depan sebagai pendukung setia.Heheheh" Sambil mengepalkan kedua  tangan ke atas layaknya para pahlawan yang menang di medan peperangan.

            " Masalahnya adalah, uang yang di pakai untuk daftar tidak ada umi. Itu amlop isinya hanya 100ribu. Besok dan lusa kita makan apa. Umi juga tau, kalau kerjaan abi masih sepi." Ungkap Munir dengan perasaan hati gelisah yang tak bisa di sembunyikan dari ekspresi wajahnya dan bahasa tubuhnya mengisyaratkan demikian.

            " Abi jangan khawatir, ini kan demi keinginan yang baik. Lagi pula, jika ingin melakukan sesuatu hal, harus ada yang dikorbankan". Istrinya meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun