Hari masih belum terlalu terang ketika aku mulai menapaki jalanan untuk menghitung langkah. Dengan setelan Olah Raga yang baru datang kemarin sore dengan diantar kurir, menambah semangatku di pagi yang segar ini. Dimulai dari hitungan 0 di smartwatch, kakiku melangkah sedikit cepat, ditemani senandung musik melalui headset.
Jalanan kota kecil ini sudah cukup ramai dengan aktifitas orang-orang yang berangkat mencari nafkah. Aku terus melangkah tanpa terpengaruh dan terganggu oleh aktifitas mereka.
Hitungan sudah mencapai 4000 langkah ketika seseorang menepuk dan memanggil namaku,"Sofi..!"
Sontak aku menoleh, keningku mengkerut ketika aku melihat seorang wanita yang tersenyum ke arahku.
"Leti ?"
Wanita itu mengangguk dan tersenyum.
"Hei, apa kabar ?" aku menyalami dan memeluknya tanpa ragu.
"Baik, kamu ?" dia balik nanya.
"Alhamdulillah baik, mau kemana sepagi ini ?" aku menatapnya dengan sedikit perasaan heran, karena melihat kostumnya yang tak biasa. Ia memakai celana kulot warna putih, dan atasan kemeja warna putih juga. Tak lupa sepatu kets warna putih juga.
"Olah raga dong kayak kamu," jawabnya.
Aku manggut-manggut,"Ya udah, ayok bareng,"
Lalu kami berdua berjalan berdampingan. Dan segudang cerita pun keluar dari mulut kami.Â
Leticia adalah temanku waktu kami sama-sama aktif di komunitas senam aerobic. Kami sering berangkat janjian, dan pulang keluyuran dulu sesuka hati kami. Teman-teman kami yang lain kerap menjuluki kami sebagai kembaran, karena kekompakan kami dalam segala hal. Padahal aku baru mengenalnya di sanggar senam tersebut.
Hingga pada suatu hari, dia mengalami kecelakaan dan terluka parah, dan kemudian dirujuk ke rumah sakit besar di ibu kota. Hingga akhirnya di antara kami pun putus komunikasi, ditambah lagi ponsel aku hilang, jadi mesti ganti nomor baru.Â
Dan kini, sekitar 6 bulan berlalu, tiba-tiba ia muncul lagi di depanku dengan penampilan yang fresh. Tak terlihat ada tanda-tanda bekas kecelakaan. Ia masih terlihat seperti Leticia yang dulu, cantik dan ceria. Aku pikir, mungkin ia melakukan perawatan diri yang super ketat, atau mungkin juga menjalani operasi plastik. Wajar, karena dia anak orang kaya.
"Kita istirahat dulu yuk, lumayan capek nih," ajak Leticia. Tampaknya ia mulai kelelahan.
"Ayok, tuh di sana aja, sambil sarapan bubur." Aku menuntunnya ke arah tukang jualan bubur yang berada di sekitaran tempat kami berolah raga.
"Bang, bubur ayamnya 2, makan di sini," aku memesan 2 porsi bubur ayam.
Si abang tukang bubur ayam memandangku dengan tatapan kebingungan, namun ia tetap melayani kami.Â
Setelah bubur ayam hangat terhidang, aku dan Leti segera menyantapnya, sambil sesekali berbincang. Si abang tukang bubur ayaam masih mencuri-curi pandang ke arah kami dengan sorot mata yang aneh.
Ah, aku tak peduli. Mungkin dia kagum kali sama kecantikan Leti.
Setelah selesai, dan merasa istirahatnya cukup, kami memutuskan untuk pulang saja, karena hari sudah beranjak siang. Ketika aku meminta untuk saling tukar nomor ponsel, dia tidak memberi dengan alasan tidak hapal nomor dan ponselnya lupa tidak dibawa.Â
Ya sudah, aku hanya memintanya untuk main-main ke rumahku. Ia setuju. Lalu, kami pun berpisah. Entahlah kemana dia arahnya, tau-tau sudah hilang aja dari pandanganku.
**
Jam 10 pagi, mama menyuruhku untuk berbelanja ke mini market terdekat. Tanpa membantah, aku segera memenuhi permintaan mama. Setelah selesai membeli semua pesanan mama, aku keluar menuju parkiran. Bertepatan dengan sebuah sepeda motor yang baru saja tiba.Â
"Sofi..!"
Pengendara sepeda motor itu memanggil namaku, seraya turun dari motornya. Ah, aku langsung mengenalinya. Dia adalah Sherin, temanku waktu di komunitas senam aerobic, sama seperti Leticia.
"Hai, Sherin..apa kabar ?" kami cipika cipiki.
"Baik, eh udah selesai belanjanya ?" tanya Sherin.
"Iya nih, baru aja selesai, sekarang mau pulang."Â
"Oh iya, kamu masih ingat sama Leticia gak ? kembaran kamu di sanggar."
"Tentu saja, baru aja tadi pagi kami ketemu dan olah raga bareng."
"Olah raga apa ?" tanya Sherin dengan dahi mengernyit.
"Jalan kaki," jawabku.
"Jangan becanda kamu," tukasnya dengan raut wajah tegang.
"Apanya yang becanda ? Wong aku serius kok."
"Emang kamu belum tau kabar tentang Laticia ?"
"Maksud kamu ?" tanyaku heran.
"Sejak kecelakaan itu, dia lumpuh total. Separuh badannya tidak berfungsi, dan sekitar 1 minggu yang lalu, dia meninggal !"
Sesaat tubuhku mematung, tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Jika Leticia sudah meninggal, lalu tadi pagi ????
"Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun,"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H