"Kita bagi-bagi tugas dulu, kamu, Parto, dan Wandi keliling duluan. Saya, sama Engkus nunggu di sini," ujar Gimin, selaku ketua ronda malam itu.
"Boleh, ya sudah ayok kita jalan sekarang," sahut Wandi.
Lantas ketiganya mulai keliling sambil membawa senter dan pentungan. Ketika mereka sudah mendekati rumah salah satu warga, tiba-tiba Dadang menahan langkah rekan-rekannya. Sambil mengendap, dia menajamkan telinganya.
"Ada apa ?" tanya Parto pelan.
"Psssttttttt...kalian dengar suara tawa anak-anak kecil, gak ?" jawab Dadang dalam tanya.
"Wah, masak, ada anak kecil bermain tengah malam gini ?" seloroh Parto.
Tiba-tiba Dadang melihat sekilas ada makhluk kerdil tak berbaju, berjalan ke arah selatan.
Dengan isyarat, Dadang mengajak kedua rekannya untuk mengikuti makhluk kerdil itu. Dengan mengendap-endap, akhirnya mereka menyadari bahwa makhluk itu terus melenggang ke arah rumah Komala. Dan kemudian lenyap dari pandangan ketiganya.
Ketiganya lantas saling bertukar pandang.
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H