Silahkan dicek, berapa banyak parpol yang mampu menjaga konstituennya. Disaat parpol itu bersama pemerintah?. Paling santer 5 sampai 10 tahun, terhitung setelah reformasi. Sudah pasti tidak mampu bertahan lama. Itu juga sudah tergolong di dalamnya praktek pelibatan sumber daya eksternal.
Kekuatan PDI Perjuangan, misalkan yang saat ini menguasai Indonesia. Tentu secara politik, dan kepentingan parpol mereka diuntungkan. Lalu bagaimana dengan kerabat koalisinya?. Apakah mereka akan melewati kesuksesan PDI Perjuangan?, diperlukan hitung-hitungan matang. Rasanya, oposisi diperlukan.
Dalam sejarah, lahirnya parpol menandai adanya kesadaran nasional. Kehadiran parpol pada masa permulaan merupakan manifestasi kesadaran nasional untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sekarang apakah kita tidak curiga, kemerdekaan parpol itu akan diberangus penguasa?.
Dari masa penjajahan Belanda (1908), masa penjajahan Jepang (1941). Sampai masa setelah Kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru, masa Reformasi rata-rata parpol kita dihadapkan dengan dinamika. Tidak semua berjalan atas dasar penyeragaman. Artinya bahwa, menghargai pluralitas pikiran dibutuhkan.
Jangan elit parpol seperti alergi dengan kritik dari kader-kadernya. Parpol yang baik seharusnya mampu menjaga batas, jarak dengan pemerintah. Agar tetap menjaga keseimbangan, oposisi dan penilaiannya yang objektif terhadap pemerintah. Tidak ikut bungkam, disaat pemerintah melakukan kesalahan.
Parpol idealnya tak boleh menjelma menjadi mesin kekuasaan. Melainkan hadir menyeimbangkan nalar publik. Hadir dengan kritik-kritik bermutu. Berani menunjukkan sikap berbeda untuk mengingatkan ketidakberesan dan belum maksimalnya kerja-kerja pemerintah. Darisitulah parpol menjalankan tugas mulianya.
Elit parpol tak boleh membunuh kader-kadernya yang pemberani. Kader yang wawasannya luas, kemudian berani mengajukan pikiran memperjuangkan kebenaran. Parpol mestinya melindungi mereka. Memberi penghargaan, posisi dan peluang untuk berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H