Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budiman dan Fahri Layak Pimpin Indonesia

9 Januari 2021   16:38 Diperbarui: 9 Januari 2021   19:51 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret pemimpin masa depan (Foto Gesuri.id dan Sinarharapan.co)

DUA sosok politisi cerdas juga energik. Terlebih mereka memiliki ide-ide segar. Gagasan untuk membangun Indonesia. Mereka tak lain adalah Budiman Sudjatmiko dan Fahri Hamzah. 

Keuda politisi senior ini memiliki jejak rekam yang mengakar ke kalangan aktivis pergerakan mahasiswa. Pelopor reformasi, dikenal idealis. Pemberani menolak takluk terhadap intervensi. Punya wawasan yang luas.

Sampai saat ini saya masih mengidolakan mereka. Meski Bang Budiman, berada bersama pemerintah. Bang Fahri tetap oposisi di luar pemerintahan, mereka tetap eksis. Mereka menjadi idola aktivis muda. Bang Fahri yang kini sedang giat-giatnya membesarkan Partai GELORA, kita doakan bisa mewarnai konstruksi keindonesiaan kita. Pendek kata, kedua politisi ini menginspirasi rakyat. Punya stok pemikiran yang bernas.

Mereka selalu 'kekal' karena tumbuh dengan gagasan. Tidak anti dialog. Berbeda pandangan politik, bagi mereka berdua merupakan hal lumrah. Dan seperti itulah berdemokrasi yang sebetulnya. Bukan semuanya harus berkoalisi, seragam dan sentralistik. Melainkan harus berbeda. Ada faksi dalam politik itu tandanya demokrasi kita sedang sehat.

Beberapa pidato Bang Budiman menyelipkan spirit yang kuat untuk membangun Indonesia tanpa sekat. Konsolidasi nasional, persatuan nasional intens disuarakan. Tanpa polarisasi, demokrasi tak boleh disandera pada tema-tema sektarian. 

Termasuk politik SARA dan pola penyebaran isu parsial sangat dilawannya. Bang Budiman mendorong kebebasan. Mengharapkan agar demokrasi tumbuh tanpa ada 'penumpang gelap'.

Politisi PDI Perjuangan yang satu ini komit mendorong praktek egaliter. Humanisme dan penegakan hukum yang adil tegas disuarakan. Bang Budiman sebagai politisi senior tampil begitu mencerahkan, cerdas, punya narasi progresif, futuristik. Berbicara dengan landasan teori, rujukan historis, dan berdebat dengan dalil-dalil yang kuat. Bukan sekedar retorika kosong dan kering. Sosok yang satu ini besarnya di jalan, dalam pertumbuhannya sebagai politisi ia besar sebagai aktivis jalanan.

Tak kalah pentingnya juga, Bang Fahri punya segudang pengalaman. Memiliki gen atau DNA sebagai aktivis, tumbuh besar dari kegiatan-kegiatan keagamaan. Aktivis kampus, baik intra maupun ekstra kampus Bang Fahri terlahir disana. Itu sebabnya, politisi senior yang satu ini begitu mahfum dan fasih dalam orasi, debat maupun pidato. Sudah tak perlu diragukan lagi soal kecintaannya terhadap NKRI.

Sama seperti Bang Budiman, walau sedikit berbeda wacana dan metode pembangunan Negara. Kedua tokoh ini punya motivasi yang sama, menginginkan agar Indonesia maju dan rakyatnya sejahtera. Mereka sangat marah jika rakyat miskin dibuat makin melarat. Rakyat dimiskinkan, apalagi hak-hak rakyat dicuri oknum elit Negara. Pasti mereka akan rebut, mereka protes habis-habisan.

Komitmen untuk mendorong pembangunan inilah yang kita harapkan kedepan menjadi modal membangun Indonesia. Rakyat Indonesia yang berharap Indonesia lebih maju, sepertinya dua sosok ini sangat layak direkomendasi menjadi Presiden Indonesia kedepan. Merekalah Presiden masa depan. Dalam benak pikiran mereka, konsepsi pembanguna Indonesia tersusun rapi.

Sukar rasanya teraktualisasi, jika posisi dan eksistensi mereka hanya menjadi oposan dan juga pembantu pemerintah (koalisi). Tidak menjadi pucuk pemimpin. Itu sangat berat rasanya gagasan-gagasan pembangunan dilaksanakan kalau Presidennya bukan mereka. 

Terlebih soal konsep anti korupsi yang berulang kali disuarakan Bang Fahri. Cocok rasanya Bang Fahri ini menjadi Presiden, sangat tepat. Karena Indonesia sedang mengidap bahaya laten korupsi. Indonesia kedepan membutuhkan pemimpin yang bersih, tidak korupsi.

Pemimpin yang punya rekam jejak baik. Kriteria pemimpin paripurna yang diidamkan rakyat ada pada Bang Budiman dan juga Bang Fahri. Terserah, diantara mereka salah satunya kita pilih untuk memimpin Indonesia. Bagi kita rakyat yang berfikir waras, tentu akan memilih pemimpin yang konsisten tak mau diatur-atur siapapun. Termasuk diatur partai politiknya sendiri. Presiden Indonesia harus mandiri dari sejak berfikir.

Sampai pada tindakannya jangan sampai dia didikte. Pemimpin Indonesia harus punya jiwa melawan. Sebab kalau ikut-ikutan saja, itu bukan pemimpin tegas. Bukan pula pemimpin populis, itu boneka namanya. Kita tidak mau ada pemimpin boneka di Indonesia. Karakter melawan, tegas, 'keras kepala' dan futuristik itu ada pada Bang Budiman, juga Bang Fahri. Ruang politik kita yang dikuasi para pemilik modal harus kita lawan.

Berhentilah memberi ruang kepada pemilik modal yang mengganggung, mengambil andil dan mengintervensi praktek politik kita. Stopkan itu yang namanya politik uang. Rakyat harus sadar bahwa politik uang atau politik material akan merusak masa depan kita semua. Demokrasi bukan soal jual beli suara. Tapi bagaimana memilih pemimpin yang amanah. Memilih pemimpin yang tak mengerjakan apa yang dipikirkannya. Bukan pemimpin yang tiba saat tiba akal.

Apalagi pemimpin yang dikuasai para pemilik modal. Jangan sampai itu terjadi, kita lawan neoliberalisme. Kita lawan penjajahan dan penindasan dalam rupa apapun. Dengan kesadaran itu, maka Bang Budimn dan Bang Fahri akan mudah kita pilih sebagai pemimpin nasional kelak. Segeralah para aktivis tulen, bukan aktivis bajakan ini ambil alih panggung kekuasaan. Indonesia butuh Presiden berani, bukan yang penakut.

Rakyat harus kita ingatkan. Kita edukasi agar mengetahui siapa musuh bersama kita. Ya, musuh bersama itu tak lain adalah para pemilik modal (capital). Mereka yang dalam tiap agenda politik menyodorkan kesenangan sesaat pada rakyat. Lalu dalam jangka 5 tahun menyusahkan rakyat. Mereka yang membodohi rakyat dengan menerapkan politik uang, membeli suara rakyat saat Pemilu. Setelahnya, mereka menutup mata dengan derita yang dialami rakyat.

Itulah musuh bersama rakyat Indonesia yang nyata. Jangan lagi mau dibodohi. Segera ambil sikap, tegas berpendirian untuk menolak calon pemimpin boneka. Saya jamin, Bang Budiman dan Bang Fahri bukanlah pemimpin boneka seperti yang kita kutuk itu. Rakyat menghendaki pemimpin yang punya nurani. Pemimpin yang hadir tiap saat ketika rakyat menjerit kelaparan. Bukan pemimpin yang berpesta dengan kesenangannya, padahal rakyat menderita.

Bukan pula pemimpin yang menjadi budak media, lalu sekedar tergila-gila, terbius dengan pencitraan media massa. Bang Budiman dan Bang Fahri paling tepat kita usulkan, kita perjuangkan untuk menjadi pemimpin Indonesia kedepan.

Sebelum menjadi Presiden pun, kontribusi mereka sudah kita rasakan. Minimalnya mereka mendistribusi gagasan konstruktif untuk rakyat. Mereka tampil menjaga kewarasan publik. Mereka tidak anti dialog. Tidak hanya itu, mereka berdua tidak alergi dengan kritik publik.

Presiden Indonesia kedepan harus memperkuat telunjuknya di forum PBB. Tidak menjadi followes. Yang bisa membuat rakyatnya bangga. Membuat rakyatnya tidak terus berbungkuk hilang kepercayaan dirinya di luar sana. 

Presiden yang berani melawan konspirasi global. Melawan perbudakan global, mandiri dan tidak terjajah kekuatan pemodal. Seperti itulah Presiden kebanggan kita kedepannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun