Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wajah Politik, Pelayanan, dan Ketamakan

25 September 2020   17:50 Diperbarui: 25 September 2020   18:50 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merasa paling benar dalam ranah politik juga tak baik. Sebab kebenaran melalui kaca mata politik itu relatif dan subyektif. Saling mengingatkan agar kita semua tidak over menganggungkan calon atau sebaliknya mencaci dan menjatuhkan lawan politik. Diakhir dari pertarungan Pilkada, elit-elit politik kita saling berangkulan.

Jangan sampai kita malu sendiri dengan sikap-sikap kita yang berlebihan itu. Kita masyarakat lapis bawah, yang agak jauh dari akses para penentu kebijakan harusnya saling saying. Menghormati antara sesama, berbeda pilihan itu biasa. Perbedaan itu ibadah, hal yang melekat pada diri kita. Pada tubuh kita pun berbedaan itu sudah ada. Semua itu membuat kita terintegrasi, saling menguatkan, berkolaborasi. Bukan saling mereduksi peran antara satu dengan yang lain.

Kalau kita semua elemen masyarakat mengerti, memahami dan tuntas memaknai praktik politik, tak aka nada permusuhan. Seperti itulah sebab tidak ada yang abadi dalam politik. 

Perbedaan kepentingan di tahun 2020 bukan berarti menjadi prharaha dalam kehidupan kita di tahun ini pula. Politik itu dinamis, tidak mematikan, sehingga menjalankannya harus dengan kegembiraan dan memegang prinsip persatuan. Saling menghargai posisi sebagai kawan maupun lawan. Kepentingan atau musuh kita bersama adalah kesejahteraan serta kebodohan.

Jangan sampai masyarakat sebagai pemilih dibohongi. Terlampau serius mengurusi suara para calon Kepala Daerah, menghajar entitas masyarakat lainnya yang berbeda haluan politik. Tapi pada akhirnya menjadi tumbal dalam perjuangan. 

Tidak dihargai, tidak diapresiasi kerja dan dedikasinya terhadap kandidat Kepala Daerah yang telah mati-matian ia perjuangkan. Untuk mengantisipasi itu, masyarakat jadilah masyarakat cerdas berpolitik, dan santun. Jangan terlalu fanatik berlebihan, tunjukkan militansinya dengan kerja edukatif.

Terkadang kita menemukan di lapangan politik penuh citra menampilkan sisi kesalehan pribadi. Sedangkan dari sisi aktualisasi tidak semua yang berpenampilan saleh itu memberi jaminan kesejahteraan dan kebaikan bagi masyarakat dibumikan. 

Politisi saleh memang amat banyak, terlihat dengan ragam karakternya. Ada yang berpenampilan saleh tapi korupsi, ada yang saleh tapi kikir. Artinya, tidak semua politisi berpenampilan saleh adalah orang baik. Kesalehan sering diperalat untuk mendatangkan simpati publik semata.

Begitu pun masyarakat agar tidak terburu-buru memberi vonis penilaian. Kebanyakan masyarakat kita tanpa sadar terbius atas penampilan, perawakan para politisi kita. 

Apalagi disaat momentum Pilkada, bantuan sosial diberikan tiba-tiba. Senyum dan tegur sapa ditampilkan, dipentaskan, begitu cepat berlalu. Ketika menang dalam Pilkada, keakraban itu lantas lenyap. Ketika masyarakat merindukan dan mencari kebersamaan itu, mereka kesulitan mencarinya kembali. Tidak mudah menjadi masyarakat yang pandai membawa diri dalam interaksi politik.

Adakalanya masyarakat begitu cepat percaya dengan mulut politisi. Setelahnya, mereka menyesal. Begitu pula sebaliknya, ada yang cepat melaknat, memarah-marahi sekejab, sesudahnya mereka menyesali sikap tersebut. Politik memang begitu berkembang, tidak statis. Perubahan-perubahan itu membuat wajah politik kita terasa begitu kompleks, berwajah ganda dan heterogen.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun