Paradigma terbalik yang dipakai dalam Pilkada darurat ini, jika dahulu pengawasan dilakukan ekstra lebih dianjurkan, kini malah dilarang. Tentu karena alasan pembatasan sosial. Walau Polri telah mencabut 'Maklumat Kapolri', namun pengawasan ketat dan mengikat tetap dilaksanakan Polri.
Lantas apakah Pilkada ini tidak mengancam integritas penyelenggara Pilkada?, tentu akan sangat mengancam. Situasi sekarang malah rentan terjadi ragam pelanggaran. Di saat pengawasan publik melemah sejumlah kesempatan untuk berbuat curang akan diperoleh penyelenggara Pemilu.
Sengketa Pilkada pun diperkirakan nantinya akan menyeruak, integritas para penyelenggara Pilkada diuji. Mereka punya tantangan besar, apalagi sebagian mereka yang integritasnya memang diragukan sejak awal.
Pilkada di era pandemi menjadi gerbang emas penyelenggara Pilkada yang terbiasa dengan menggadaikan idealismenya. Tidak sedikit penyelenggara Pilkada yang tumbang dan bisa saja dijadikan tumbal dalam proses berdemokrasi.
Kinerja mereka tentu yang menjadi indikatornya, bila bekerja tidak cermas, tidak kerja tuntas dan inkonsisten dengan aturan perundang-undangan, maka sudah pasti sengketa Pilkada akan melilit mereka para penyelenggara Pilkada. Singkatnya integritas yang dibanggakan itu ujiannya ada pada kinerja yang professional. Â
Bayangkan saja apa jadinya jika penyelenggara dan masyarakat tidak terkonsolidasi dengan baik. Saling support melalui partisipasi demokrasi tidak dibangun, maka otomatis hasilnya adalah Pilkada menjadi jauh dari kualitas yang diharapkan bersama.
Ketika kita menjelajahi dan melacak marwah kehadiran penyelenggara Pilkada itu bukan untuk membuat nyaman elit dan kelompok berkepentingan, tapi sebagai mediator yang dipercaya karena dinilai independen dan lain sebagainya.
Walau dalam prakteknya, kadang inflitrasi dan penyelundupan kepentingan dari kelompok tertentu masih berseliweran. Setidaknya integritas harus dibumikan, agar trust (kepercayaan) publik hadir. Ketika kemewahan itu tergadaikan, maka trust publik pun tentu menghilang.
Jangan bermimpi masyarakat percaya terhadap kerja-kerja penyelenggara Pilkada, bila kalian menjadi agen, boneka, pion dan budak para pemburu kepentingan. Trust itu memang tidak mudah dijaga, sekali saja tercoreng, hancurlah karir dan kesungguhan kerja yang dibangun selama ini.Â
Demokrasi Nyaris Mati Prematur