Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menabrak Bara Covid-19, Jalan Terjal Menuju Pilkada 9 Desember 2020

14 April 2020   20:52 Diperbarui: 17 April 2020   00:22 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari perspektif sosial, kondisi seperti pelaksanaan kampanye calon Kepala Daerah nantinya akan tidak maksimal. Boleh jadi kedepan, bila Pilkada dipaksakan 9 Desember 2020, maka akan terlahir Kepala Daerah yang abal-abal. 

Sosialisasi visi misi para calon Kepala Daerah tidak berjalan dengan baik nantinya karena ketakutan terhadap penyebaran Covid-19. Bagaimana pun itu, Pilkada di muslim Covid-19 ini baru pertama terjadi di Indonesia. Jika pemerintah akhirnya menetapkan hal itu.

Idealnya, penyelenggara Pemilu berfikir holistik. Memastikan bahwa nasib dan keselamatan rakyat adalah prioritas. Jangan dilangkahi abaikan hal ini. Kalau mau disurvey, rakyat kebanyakan memilih Pilkada ditunda sampai Tahun 2021. 

Harapan kita, rakyat yang positif Covid-19 tidak lagi bertambah. Jangan kemudian, atas keputusan stakeholder soal Pilkada 9 Desember 2020 malah meningkatkan jumlah penderita Covid-19.

Indonesia dalam situasi abnormal, karena gelombang Covid-19 yang begitu kencang. Penyelenggara Pemilu, DPR RI, dan Mendagri perlu berfikir jernih dalam mengambil keputusan. 

Bijaksana dan ariflah pemerimtah kita dalam memutuskan penetapan waktu Pilkada Serentak. Sebab, Covid-19 yang akan menyasar nyawa manusia ini tidak memilih kawan maupun lawan. Kita harus berfikir bersama dan serius. Ikhtiar demokrasi yang dilakukan sekarang cukup riskan. Mari kita menitipkan semua upaya ini dalam doa, agar wabah badai Covid-19 segera berakhir.

Perhatikanlah, pemerintah meminta rakyatnya jauh dari kerumunan. Tak boleh standar ganda. Anjuran itu kalau pun diinterupsi dengan dilaksanakannya Pilkada 9 Desember 2020, itu berarti tak ada keteladanan. Berarti juga pikiran panik, kegundahan, kerisauan dan ketakutan rakyat tentang Covid-19 akan dapat teratasi, kita bukan berada dalam bahaya Covid-19. Minimal, ada tanda dan isyarat bahwa percepatan penyebaran Covid-19 mulai terhenti. Rakyat akan aman, terhindar dari Covid-19. Pilkada 9 Desember 2020, memerlukan sosialisasi yang ekstra maksimal.

Analoginya, publik seperti diajak menabrak bara Covid-19 karena kini jumlah rakyat positif Covid-19 di Indonesia makin meningkat. Sedangkan, penyelenggara Pemilu bersama DPR RI, dan Mendagri tengah menyediakan impian tentang kejayaan demokrasi. 

Hemat saya, rakyat akan diajak naik dalam jalan terjal mencari-cari cahaya dan kejayaan demokrasi. Itu semua tidak sulit dalam situasi saat ini. Covid-19 yang merupakan senjata biologis ini mematikan, tidak terdeteksi kasat mata kita, perlu meningkatkan kewaspadaan. Melawannya butuh mental, imunitas dan keberanian yang kuat.

Untuk diketahui, sesuai data yang dipaparkan, Achmad Yurianto juru bicara penanganan Covid-19 melalui siaran pers BNPB Indonesia, Selasa 14 April 2020 total kasus ada 4.839 kasus positif Covid-19 di Indonesia. 426 orang yang sembuh, total yang meninggal 456 orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun