Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gelombang Pragmatisme Politik dan Tercerabutnya Demokrasi

26 Desember 2019   21:58 Diperbarui: 27 Desember 2019   07:57 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat ditelikung akhirnya, hanya dengan memberi seratus sampai dua ratus rupiah, nasib masyarakat selama lima tahun diabaikan. Rumusnya, politisi mereka tidak lagi berhutang budi pada masyarakat, karena suara dukungan yang diberikan itu bagian dari belanja politik. Politik menjadi semacam pasar modal.

Tak ada ikatan moral dan perasaan kebersamaan. Politisi memposisikan konstituen sekadar objek yang diolah atau ditindas, sehingga cara licik digunakan politisi demi mendapatkan dukungan. Selepasnya, urusan kepentingan publik tidak lagi diperhatikan sang politisi. 

Politik pragmatis merupakan senjata paling ampuh untuk membunuh harapan masa depan masyarakat. Karena hanya bersifat jangka pendek.

Sejatinya, kita mengajak masyarakat menolak secara bersama praktik politik pragmatis tersebut. Tak ada alasan yang membenarkan praktik kotor dalam politik dilanggengkan. Politik transaksional lebih banyak keburukannya, ketimbang kebaikan. [**]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun