Masyarakat ditelikung akhirnya, hanya dengan memberi seratus sampai dua ratus rupiah, nasib masyarakat selama lima tahun diabaikan. Rumusnya, politisi mereka tidak lagi berhutang budi pada masyarakat, karena suara dukungan yang diberikan itu bagian dari belanja politik. Politik menjadi semacam pasar modal.
Tak ada ikatan moral dan perasaan kebersamaan. Politisi memposisikan konstituen sekadar objek yang diolah atau ditindas, sehingga cara licik digunakan politisi demi mendapatkan dukungan. Selepasnya, urusan kepentingan publik tidak lagi diperhatikan sang politisi.Â
Politik pragmatis merupakan senjata paling ampuh untuk membunuh harapan masa depan masyarakat. Karena hanya bersifat jangka pendek.
Sejatinya, kita mengajak masyarakat menolak secara bersama praktik politik pragmatis tersebut. Tak ada alasan yang membenarkan praktik kotor dalam politik dilanggengkan. Politik transaksional lebih banyak keburukannya, ketimbang kebaikan. [**]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI