Tak mau mundur sejengkal dalam memerangi kejahatan. Bagi Bang Anies, kesalahan harus diperbaiki. Lihat saja dari sejumlah prestasi yang diraihnya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Ketika menjadi Rektor Paramadina pun, sosok pemimpin cerdas ini meraih sejumlah penghargaan. Beliau menggunakan Al-qur'an dan Al-hadits sebagai rujukan memerintah rakyat.
 Keseriusannya merinci satu per satu mata anggaran di Organisasi Perangkat Daerah atau SKPD dilakukan. Bang Anies dikenal sebagai pemimpin yang mendorong partisipasi. Mengedepankan kerja kolosal. Lebih mengutamakan pendekatan persuasif, mengajak, merangkul, memberi edukasi, kemudian dicontohkan berdasarkan keteladanan.
Disiplin, kerja benar, bijaksana dan professional yang melandasi kerjanya. Sehingga frame kerjanya jelas, terukur dan tepat sasaran. Beliau bukan saja pemimpin yang punya visi besar, melainkan lebih dari itu ia mampu mengeksekusi visi tersebut.
Membaca seni Bang Anies memimpin Jakarta, memang dengan hati. Kelihatannya, Bang Anies yang hebat dalam logika dan teori-teori ilmiah ini tidak mau menyelesaikan semua masalah di Jakarta dengan pendekatan logika semata. Namun juga dengan nurani dan kemanusiaan.
Pengambilan kebijakan yang berdasarkan dialog dilakukannya. Kelihatan, Bang Anies memuliakan human value. Ketimbang menilai atau mengkalasifikasi rakyat dari atribut sosialnya. Keberanian melakukan perubahan di Jakarta, bukan tanpa acuan. Bang Anies bekerja dengan kiblat yang jelas.
Dengan menyusun argument dan memperjuangkan narasi-narasi sejuk, Bang Anies bertekat memajukan Jakarta. Menyatukan rakyatnya. Dalam benaknya, tidak bisa rakyat diporalisasi. Rakyat jangan dibuatkan dikotomi. Jangan hanya politik rakyat diadu.Â
Maju Kotanya, bahagia warganya, bukanlah slogan mainan. Gambaran besar itu mulai dicicil Bang Anies dengan kerja nyata. Rakyat Jakrta tentu mendoakan, memberi support penuh kepada Gubernur yang santun ini. Agar dimudahkan dalam tugas, amanah memajukan Jakarta. Membangun moralitas dan karakter rakyat Jakarta agar lebih baik lagi. Itu semua menjadi aset besar mewujudkan Indonesia bermartabat.Â
Tegas bagi seorang Bang Anies adalah penting. Namun, bukan berarti keras. Pola kepemimpinan itu yang ia internalisasi dalam tugasnya membangun Jakarta. Selain itu, Bang Anies mendorong mobilitas dengan menjadi panutan.[*]