Siapa yang tak kenal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mantan Presiden Indonesia dua periode. Beliau mahfum dalam hal strategi. Setelah pelantikan Kabinet Indonesia Maju (KIM) banyak yang rupanya menilai SBY kalah. Partai Demokrat kalah, bisa saja. Tapi SBY menang.
Jangan dikira SBY kalah langkah. Menurut hemat saya, SBY cenderung mengutamakan pertemanan 'geng merah'. Ketimbang Partai Demokrat. Ketika kader-kader Demokrat tidak terakomodir dalam KIM. SBY diam saja. Ada apa?. Kita tengok berapa banyak koneksi SBY yang masuk KIM.
 Mari kita lihat satu persatu. Mahfud MD, yang dibangga-banggakan kader HMI juga kawan SBY. Beliau yang menjabat Menteri Koordinator (Menko) Politik Hukum dan HAM ini tak bisa dinafikkan relatif akrab dengan SBY. Mahfud pernah jadi Ketua Mahkamah Konstitusi di era SBY.
Bahkan, santer terdengar AHY putra SBY, dikorbankan dari kursi Menpora hanya karena posisi Menko Polhukam. AHY akhirnya harus mengalah. Posisi Menko lebih strategis ketimbang Menpora memang. Ada juga satu Menko yang dijabat orang dekat SBY.
Yaitu Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan (LBP). Diluar embel-embel LBP sebagai senior Partai Golkar, beliau gengnya SBY. Sama-sama korps militer. Sungguh SBY masih tangguh. Ada juga 'Kaka Pembina'Â Moeldoko yang punya posisi puncak sebagai Kepala Staf Presiden.
Jika ditelisik lagi, SBY ternyata tidak kalah. Beliau lihai memainkan strategi politik. Jangan ragulah pada beliau. Publik mungkin berfikir hanya Prabowo yang menang kali ini. Buktinya, Prabowo dikoordinir 'orangnya SBY' dalam Kabinet yaitu Prof Mahfud. Ada Sri Mulyani, Menteri Keuangan.
Menteri Sri tentu begitu dekat dengan SBY. Boleh diperiksa jejak digital keakraban mereka. Masih segar dalam ingatan kita, di era SBY Presiden, Sri pernah menjadi Menkeu. Setelahnya pernah juga berkarir di Bank Dunia. Tentu pertemanan politik mereka cukup kuat.
Tak boleh diremehkan begitu saja. Mengawati menang dengan banyaknya kader PDIP dijajaran Menteri. Sampai posisi SP di Kejaksaan Agung tergeser dan diganti figur yang diinformasikan punya hubungan kerabat dekat kader PDIP. Tapi, kemenangan SBY juga luar biasa.
Dua Menko dan satu Menteri yang strategis, bukan maneuver yang main-main. Sampai saat ini coba kita saksikan di media massa, SBY masih tenang-tenan saja. Dalam psikologi politik, bahasa tubuh dan reaksi SBY memang mudah terbaca publik.
Apalagi, beliau yang dikenal 'dikit-dikit curhat'. Kali ini beliau tenang, tak mau bereaksi macam-macam. Kalau tidak salah di Kabinet Indonesia Maju bercokol kurang lebih enam Jenderal (purnawirawan). Masuknya mereka, ya tentu kita harapkan dapat memajukan Indonesia.
Bergerak dan meninggalkan kemiskinan. Menatap keberlanjutan, menyelamatkan Indonesia dari hutang. Tidak kita harapkan mereka menciptakan oligarki. Melanggengkan kekuasaan, lalu berbuat sekedar memenangkan kepentingan gerbong. Hal tersebut tentu tidak diharapkan rakyat Indonesia.