Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Lahirkan Keberkahan

4 November 2024   10:41 Diperbarui: 5 November 2024   07:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya praktek politik dapat melahirkan kedamaian dan keadilan. Politik tidak semata bicara tentang kekuasaan, melainkan lebih dari itu adalah pelayanan prima pada masyarakat. Idealnya politik yang adil, yang dapat memperjuangkan hak-hak semua lapisan masyarakat layak diimplementasikan. Dalam situasi konstalasi politik yang fluktuatif (baca, Pilkada Serentak 2024), maka masyarakat berharap politik yang baik akan ditegakkan.

Para politisi, kontestan politik, dan semua takeholder ketika, maupun setelah kontestasi dapat menciptakan stabilitas, dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Dalam konteks yang universal, politik membawa semangat transformasi. Adanya rebutan dominasi dari satu kekuatan ke kekuatan lainnya. Kebaikan-kebaikan yang disemai para politisi mesti dibumikan, dan diamalkan masyarakat.

Politisi yang memiliki frekuensi yang sama. Yaitu membawa aura dan nilai-nilai kebaikan akan mempu dengan mudah melahirkan transformasi untuk kemajuan daerah, serta negara. Ketika merujuk pada Hadis yang disampaikan Al-Baihaqi, Nabi Muhammad SAW bersabda ''Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia''. Politisi kita dituntut untuk memiliki akhlak yang mulia.

Jangan sekadar menjadikan retorika politik, kepandaian, dan materi sebagai senjata (modal). Lalu kemudian akhlak, etika moralitas, integritas diabaikan begitu saja. Politik mengharamkan cara-cara amoral, praktek menghalalkan segala cara dilakukan. Akhlak mulia yang diteladani Nabi Muhammad SAW wajib ditiru para politisi agar niat baik, kebijaksanaan, serta sikap profetik setidaknya dapat kita ambil.

Ketika politisi memiliki sifat jujur, menyampaikan apa yang benar, dapat dipercaya, kemudian cerdas insya allah tatanan politik kita menjadi berkualitas. Peradaban demokrasi tidak lagi menampilkan sampah. Hujat menghujat, menggunting dalam lipatan, saling menjatuhkan, fitnah, sumpah serapah tidak akan ditemukan lagi. Akal sehat masyarakat tumbuh kembang dengan baik.

Di lain pihak, politisi juga harus mengingat mati. Agar situasi-situasi tersebut sebagai pengingat, dan guidance untuk mereka berbuat baik. Benar-benar bekerja, mengabdi pada masyarakat yang telah memberi mandat kepada politisi tersebut. Karena kerap kali kita masih menemukan politik mengabaikan kedaulatan dan kepercayaan yang telah diberikan konstituen di pundaknya.

Kita tentu tak mau dunia politik dan demokrasi kita berantakan. Tidak sedikit politisi yang berpikiran maju, konsisten mengabdi berbuat untuk publik. Mereka politisi ugal-ugalan, individualis bisa saja ada, tapi sedikit. Kaum cendekiawan seharusnya berani melakukan koreksi sebagai refleksi kritis. Ini sebagai wujud bahwa kita warga Indonesia menghormati cara berfikir yang inklusif, plural, dan berkemajuan.

Masyarakat mesti dibangun mentalnya untuk bisa menjemput perubahan. Tools-nya adalah koreksi dan otokritik, tanpa harus ada yang baper atau mendendam. Kebiasaan agung yang perlu diaktualisasikan politisi diantaranya adalah menghindarkan diri dari adanya skandal politik. Menentukan dan menetapkan posisinya untuk benar-benar berpihak pada masyarakat.

Alam Semesta Mendukung Politisi

Bagi politisi yang terbiasa memikirkan hal baik akan mendatangkan keberkahan dan kemaslahatan. Menimbang adanya distruksi pada ranah politik, kaum intelektual ditantang untuk membereskan masalah yang ada. Itu sebabnya, diperlukan perubahan paradigma. Politisi diajak, atau bahkan dipaksa agar berfikir, dan melakukan hal-hal yang bersifat baik. Jika ada kebiasaan buruk, tinggalkan. Berhijrah dalam kebiasaan-kebiasaan baru yang konstruktif.

Percayalah kemiripan-kemiripan kebiasaan yang dilakoni manusia, termasuk politisi akan kembali tercermin, melahirkan citra yang sama terhadap objek atau lingkungan sekitar. Jadilah arsitektur yang merdeka, tidak terkooptasi, tidak dikendalikan, dan tidak diintervensi kepentingan tertentu. Tak salah bila kemauan kita menjadi individu-individu yang beruntung terafirmasi, dan itu semua bermula dari pikiran kita. Kemudian tertular di lingkungan dimana kita berkiprah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun