Dalam pemikiran mereka, yang paling utama adalah restu pimpinan partai politik dan para pemodal agar mereka dapat memenangkan kompetisi. Restu rakyat belakangan. Karena mereka mengerti bahwa rakyat gampang dibodohi. Cukup diberi uang, diberi paket bantuan, maka pilihan rakyat akan diarahkan kepada mereka para binaan dan boneka kaum penjajah gaya baru ini.
Sampai pada hal teknis, cara bicara, tema atau visi, dan isu yang diangkat kandidat boneka ketiga kekuatan ini telah disetting. Pendekatan ke rakyat digunakan penuh dengan kamuflase. Tidak ada yang bisa dipegang rakyat. Kerja mereka setelah menang bertarung di Pilkada Serentak 2024 yakni mengabdi pada big bos mereka.Â
Mereka akhirnya menjadi budak pemodal. Begitu menjijikan. Berbagai kenyataan yang menyayat hati itu harusnya segera direspon rakyat secara serius. Lalu ambil langka tidak memilih mereka. Disogok apapun itu tolak, dan pilih kandidat Kepala Daerah yang tidak menjadi agen atau binaan para mafia tersebut.
Rakyat sejatinya sudah punya keberanian. Jangan ditunda-tunda lagi, perlawanan itu diambil saat hari H pencoblosan di bilik suara, dan jangan memilih mereka yang bermental merusak. Rakyat harus mengasah akal sehat dan nurani untuk tidak terjebak dengan pilihannya sendiri. Pilih pemimpin yang tulus membangun untuk rakyat.
Pemimpin yang tidak menjadikan rakyat sebagai alas kaki. Pemimpin yang marah dan berani melawan kaum pemodal yang memperbudak rakyat. Bukan pemimpin yang diam, menuruti apa yang diharapkan atau diperintahkan para cukong pemilik modal yang rakus itu. Kedaulatan rakyat semestinya dimanfaatkan secara baik oleh rakyat. Jangan disia-siakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H