Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Diary

My Way

20 Oktober 2023   17:46 Diperbarui: 13 Februari 2024   10:48 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SETIAP orang punya mimpi, dan harapan. Mereka merancang peta jalan, dan melewati ragam tantangan hidup. Cita-cita itu akan mereka tunaikan. Dengan segala resiko pengorbanan yang jawabannya berbeda-beda. Ada yang berproses panjang kemudian menemukan sukses. Namun ada juga yang instan yaitu mereka yang memperoleh privilege.

Seperti itulah realitas hidup di dunia dan di Indonesia. Dalam konteks ini kita semua meminta negara hadir mengintervensi menyiapkan fasilitas berapa lapangan pekerjaan yang layak. Karena itu tanggungjawab negara. Nyatanya berbeda, negara malah abai. Banyak diantara kita yang masih menganggur.

Sebagian kita yang melewati tahapan tangga kehidupan dengan memanfaatkan hal yang tidak etis. Melakukan bypass untuk mencari sukses. Di lain pihak, ada yang berkeringat berjuang berdarah-darah untuk mencapai keberhasilan. Ini fakta yang memilukan.

Proses panjang membawa kita hingga tumbuh dewasa, harus menjadi orang kuat. Kesabarannya tanpa batas, mental juangnya tak pernah habis. Dalam pentas politik, dunia pekerjaan kantor pemerintahan, sebagai pegawai swasta, buruh, dan lainnya pasti diliputi suka duka.

Tidak ada yang mudah. Rotasi kehidupan yang akan mengarahkan, jerih payah dan kerja keras kita akan berbuah manis. Bila semua usaha itu tulus, ikhlas dilalui, biasanya hasilnya menggembirakan. Walau semuanya tidak memberi garansi kesuksesan di dunia. Semua akan terletak pada nasib dan takdir kita.

Pada urusan duniawi tidak semua orang kaya raya, sukses, mapan memiliki dignity. Tidak semua memperoleh kebahagiaan, ketenangan jiwa. Kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Mengejar dunia sekuat apapun, pasti ada cela kekurangan. Ada saja yang bolong.

Bisa saja kemewahan dunia sekadar sebaga menjadi prestise. Hanya mengangkat seseorang menjadi dihormati dalam strata sosialnya. Selebihnya, akan berkembang atau berkurang. Artinya, sudah pasti capaian-capaian dunia tersebut tidak abadi.

Potret terhadap ragam pengalaman hidup di dunia telah kita lihat. Ada yang hidup menjadi musafir, ada yang menetap. Sebagian yang berhijrah dari tempat yang satu ke tempat lain. Itulah pilihan, yang tentu akan diikuti resiko.

Tentukan jalan kita. Usia akan menuntut atau menghakimi kita. Karena itu, setiap manusia akan ada batasnya. Keaktifannya kegesitan maupun obsesi yang menggebu-gebu akan ada batas. Aku dengan jalanku (may way).

Hidup ini penuh dengan perjuangan (struggle), tak bisa berdiam. Apalagi pasrah pada keadaan. Seperti itu pula dalam ikhtiar kita meminta keadilan (justment). Harus mampu dan dapat kita perjuangkan nilai-nilai yang kita yakini itu benar adanya.

Kita juga tidak pantas, tidak etis membanggakan kesuksesan sendiri dan membandingkan dengan kegagalan orang lain. Lalu menghakimi sesukanya, seperti yang lain. Hidup ini sementara, bagai terminal buat kita semua. Merasa bangga dengan keberhasilan kemudian merendahkan pihak lain hanya akan menyulitkan kamu kelak. Tidak boleh kita seperti itu.

Silahkan kamu dengan jalanmu. May way, yang penuh duka dan pilu. Penuh dengan rasa sepi karena berjarak dengan keluarga. Kita tak pernah tau kelak serupa apa. Sedih, tragis, dan serumit apa kompleksitas masalah hidup yang kita hadapi.

Berhenti mengadili yang lain. Bersikap sewenang-wenang. Kita masih sama-sama manusia. Di balik kesulitan, kesusahan kita mungkin ada yang lebih susah. Begitu pula dengan kekayaan berlimpah. Ada yang kaya raya di atas yang kaya. Tapi, semua bisa dibolak-balik sekejap oleh sang khalik.

Masalah dalam hidup memang bersifat never ending. Belum selesai satu problem, kau dibawa bertemu problem yang baru lagi. Selama kita hidup, kita akan mendapati finding atau temuan. Baik itu berupa musibah ataukah berkah. Insya allah kita selalu dipertemukan dengan kebaikan.

Jangan kita selalu merasa besar dan hebat, merasa unggul di hadapan publik. Atau mereka yang mungkin berkekurangan secara materi. Lantas kita berpretensi buruk pada mereka, merendahkan. Kesempatan kerap hanya berganti, ada yang sifatnya delay semata. Dan ada pula yang langsung cepat dan tunai diberikan. Semua akan dimintai pertanggungjawabannya setelahnya.

Bersyukur atas capaianmu. Minta ampun atas salah dan khilaf-mu. Hargai semua mereka yang pernah berjalan menemanimu dalam berjuang menggapai cita-cita. Beri balas jasa, hormati mereka, bantu mereka, apresiasi mereka jika kau punya berkemampuan atas hal itu. Bukan kau ciptakan jarak saat sukses. 

Bukan pula kau menjadi rakus dan jahat kemudian berbalik arah menghina. Menunjukkan kesombongan-mu pada orang lain. Memamerkan keserakahan, ucap syukur pada Allahu Rabbi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun