Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Komorbid Korupsi, Budaya Flexing Menggerogoti

30 Mei 2023   11:53 Diperbarui: 16 Juni 2023   17:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korupsi jadi momok, ilustrasi (Dok. Kompas.com)

Operasi membungkam, mematikan karir, dan memukul kelompok oposisi digunakan begitu efektif dengan memperalat Lembaga penegak hukum. Ya, tentu orang-orangnya telah dipersiapkan untuk menjadi babu. Samapi-sampai Indonesia dipandang sebagai negara yang tidak kuat secara moral.

Kita terlampau bersikap permisif terhadap penyimpangan moral. Tidak ada sikap tegas melawan perilaku korupsi. Memori kolektif rakyat kita juga kerap kali tidak tersimpan dengan baik. Buktinya, tak sedikit yang terlibat korupsi, setelah bebas dipilih lagi sebagai pimimpin politik dalam proses elektoral.

 Politisi Femes, Hopeless, dan Perilaku Flexing

Ciri umum dari para politisi koruptor adalah mereka yang senang pamer ''flexing''. Gaya hidup yang tinggi membuat mereka lupa diri. Berpikir dan bersikap materialistik. Dalam benaknya bagaimana mengkapitalisasi sesuatu untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Visinya menjadi kapitalis.

Pada bagian lainnya, politisi kita sangat plural. Baik dari latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Mereka acapkali menampilkan sikap anomali. Seperti adanya pemikiran antipati terhadap keberagaman. Padahal kita sejak lahir sudah beragam. Ada yang murka dengan politik identitas.

Lalu cenderung berkompromi dengan praktek money politic atau praktek politik transaksional. Itulah realitas panggung politik kita di Indonesia yang kontradiktif. Menariknya, ada politisi femes ''populer''. Yakni politisi terkenal yang sebagian diantara mereka juga membangun citra tapi hopeless, atau tanpa harapan.

Dari raham dan ramainya perilaku politisi. Kita menemukan budaya politisi flexing. Yaitu politisi yang berperilaku pamer. Tidak mau tampil dengan jati diri yang sebenarnya. Namun hadir dengan sikap palsu. Ini yang menjebak rakyat. Mereka hadir di tengah rakyat dengan berpura-pura menjadi dermawan.

Sudah pasti, setelah momentum politik, merka politisi flexing ini akan menjadi kikir. Masa bodoh dengan kepentingan rakyat. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana mengembalikan modal yang dikeluarkan atau dibagi-bagi saat kampanye politik. Model politisi seperti ini adalah politisi karbitan.

Politisi yang tidak sungguh-sungguh mengabdi pada rakyat. Mereka memandang realitas politik sebagai lahan untuk mencari uang. Memperbanyak dan memonopoli kekayaan. Kekuasaan dimanfaatkan sekedar sebagai alat legitimasi untuk memuluskan bisnisnya. Berbahaya bila rakyat memilih politisi seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun