Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Obituary Demokrasi, Sekuens Sejarah yang Patah

22 Mei 2023   12:17 Diperbarui: 23 Mei 2023   11:24 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silahkan memilih (Dok. Muslimahnews.net)

Para politisi harus meluruskan niatnya dalam mengabdi pada publik. Titik berangkat Indonesia harus dari jalan sejuk, jalan damai, dalam merajut sejarah peran politisi amatlah penting. Rasanya tidak tepat Pemilu sekedar dimanfaatkan sebagai sekedar election. Lalu orientasi jangka panjangnya dilupakan.

Politik elektoral harus diikat kuat, dibarengi dengan politik nilai. Politik yang erat kaitannya, menyatu dengan gerakan moral. Dilain sisi, tidak politisi memang senang mengambil jalan pintas dengan berpolitik secara jurang. Tapi, masih ada politisi yang melestarikan cara-cara kotor politik transaksional.

Dahulu kita menyaksikan dan mendengarkan cerita adanya kasus pemidanaan aktivis oleh rezim, sekarang tren itu berpindah. Para aktivis, terlebih mereka yang ''ngaku'' menjaga idealisme malah dikepung, dibeli para pemilik modal untuk dijadikan sekedar boneka. Walau tidak semua.

Pola penjajahan dan perbudakan di ruang politik lebih halus, juga lebih mematikan. Mereka yang dianggap vokal, kritis pada kebijakan kekuasaan tidak lagi dipenjara. Melainakn dirangkul, dibujuk rayu untuk mendapatkan kekuasaan. Atau paling tidak punya jatah bulanan. Kemudian menjadi bungkam.

Banyak hal yang terdistorsi. Mereka yang mengkritik sistem dan praktek politik yang menguntungkan satu dua orang, dituding anti demokrasi. Kita menghendaki ada titik balik sejarah. Kebiasaan buruk dalam regenerasi politik harus dibenahi. Perlu dilakukan tata ulang.

Pemikiran produktif dari para politisi jangan dibuat mangkrak. Atau jangan pula dikerdilkan. Entitas masyarakat yang kritis menyuarakan keadilan juga jangan dianggap sebagai musuh. Mereka sejatinya elemen dan mitra dalam pembangunan peradaban bangsa di republik Indonesia ini.

Dalam transisi menuju kesadaran bersama membangun budaya demokrasi yang konstruktif itu, Presiden Jokowi kita harapkan hadir sebagai oase politik. Jokowi sekaligus menjadi destinasi dan rujukan bagi para politisi yang akan datang. Kepemimpinan sebagai teladan merupakan kunci yang diharapkan.

Pemilu Bukan Pesta Politik

Jangan lagi dipersepsikan Pemilu sebagai pesta politik. Yang menempatkan pemilih (masyarakat) hadir memenuhi undangan di TPS, lalu menunaikan tugas memilih, setelah itu pulang. Sepantasnya menjadi momen penghakiman bagi politisi.

Bagi pemimpin publik yang telah diberikan kekuasaan tapi tidak amanah menjalankan kepercayaan publik tersebut. Evaluasi besar-besaran layak dilakukan masyarakat saat Pemilu 2024 nanti. Jauhkan pikiran menempatkan Pemilu sebagai ajang mencari uang. Mendapatkan siraman atau serangan fajar.

Kebiasaan mengkapitalisasi Pemilu yang dipelihara masyarakat sebagai ''ritual'' mencari uang membuat negara kita mengalami pelambatan dalam pembangunan. Membuat lahirnya para pemimpin politik yang korup. Cara itu hanya mendorong masyarakat pada kemiskinan struktural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun