KOALISI Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIB) yang santer dikabarkan akan menyatu. Begitulah interaksi politik yang dinamis.
Pada entitas yang lain, partai NasDem sebagai pengusung Capres Anies Baswedan akan menjadi musuh bersama. Ancaman bakal pecahnya Koalisi Perubahan otomatis terbuka. Lain halnya dengan Ganjar Pranowo yang cukup kewalahan karena terus dicueki Megawati.
Belum lagi safari politik Presiden Jokowi yang kian ekstra. Kemudian, kasus Sambo yang divonis hukum mati. Ini menjadi rantai, rentetan yang ramai, dan mewarnai percakapan politik kita akhir-akhir ini.Â
Bagi saya, peta politik KIB dan KKIB berpotensi melakukan fusi merupakan hal yang biasa. Kedua kutub ini merupakan jelmaan "tangan raksasa". Tidak mengejutkan lagi. Bagaimana tidak, sejak awal KIB dibentuk memang menjadi sekoci bagi Ganjar Pranowo.
Setelahnya, apa kepentingannya KKIB? Tentu, Prabowo dan Cak Imin hanya melakukan tes ombak. Mengecek kepastian infrastruktur politik lawan.Â
Sudah sejauh mana kekuatan kelompok di luar Istana membangun sekutu politiknya. KKIB melakukan injeksi, sekaligus menjukkan dimana posisi lawan, dan menjadi pemecah ombak.
Konstalasi politik di republik ini memang begitu kecenderungannya. Sulit mengalahkan kekuatan pemerintah yang sedang memimpin.Â
Maka, rangkai-merangkai kepentingan untuk jalan menuju koalisi yang kuat akan dirintis. Pembacaan peta politik dibuat menjadi mudah bagi faksi pro pemerintah.
Di luar kekuatan itu pasti gelagapan. Peta politik akan menjadi kabur, samar-samar dibacanya. Koalisi Perubahan makin menjadi sorotan, terima ataupun tidak begitulah faktanya. Surya Paloh menjadi pusat perhatian. Dalam situasi seperti ini biasanya selalu ada emergency exit yang diambil.
Kompromi tingkat elit akan dibangun. Menyusun ulang agenda politik dilakukan. Jika ada kekuatan yang tidak terakomodir kepentingannya, pasti skema politik menuju Pemilu 2024 berubah lagi.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!