Bulan Ramadhan pun tiba, kali ini dia mengajak ku untuk pergi marathon di pagi hari, namun kali ini aku sangat bersemangat untuk menerima ajakannya, tapi aku tak pergi berdua saja dengan nya, aku mengajak sepupuku Wawah dan Sabahatku Wiwow. Akhirnya aku, Wawah dan Wiwow pun pergi ke suatu tempat yang aku dan ka jingga sepakati untuk bertemu. Â
Pagi itu, hujan rintik-rintik membasahi kami, sepupuku Wawah dan sahabatku Wiwow meninggalkan aku dan ka Jingga, mereka membiarkan aku dan dia bersandingan tanpa kata, hanya malu yang kurasakan saat itu. Aku sangat kesal pada sepupu dan sahabatku, yang sengaja meninggalkan aku dan dia. Karena hujannya semakin deras akhirnya kami berteduh disuatu tempat, menikmati dinginnya udara dan membuat percakapan kamipun semakin seru.
Setelah hujan sedikit reda, kamipun memutuskan untuk pergi pulang melalui jalan pintas yang disarankan ka jingga. Hujannya semakin reda, hanya ada genangan yang selalu kami lalui. Diperjalanan ini aku, wawah dan wiwow dibuat tertawa karena leluconnya ka jingga, dia selalu membuat kita tertawa bahkan karena hal sepele.
Akhirnya dipertigaan jalan, kamipun saling berpamitan dan mengucapkan salam.
***
Hubungan aku dengannya akhirnya kembali asing, lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mengirim pesan padaku. San namanya, dia adalah laki-laki kelahiran tahun 2003, ternyata dia adalah Kaka kelas sepupuku nana, sekaligus temennya ka jingga, aku tidak percaya ini, yang jelas San adalah laki-laki yang sedang ingin mendekatiku, aku bersikap biasa saja padanya, karena sedang menjaga hati untuk ka jingga. Hari-hari pun terus berlalu, dan akhirnya San berhasil mendapatkan hatiku, karena aku wanita mudah baper dan pada saat itu hubungan ku dengan ka jingga sedang tidak baik, dan aku cemburu padanya yang seringkali memposting teman wanitanya di sosmed. Â
Setelah sekian lama sepertinya ka jingga pun tahu, bahwa aku dekat dengan temannya, mungkin ka jingga kecewa dengan ku. Aku merasa sangat bersalah, dan akhirnya kuputuskan hubungan
Â
ku dengan San, dengan alasan ingin hijrah dan memperbaiki diri. Dan dengan lapang hati aku dan san pun tidak lagi berkomunikasi. Kini ka jingga memutuskan berpindah pondok di sekolah Tahfiz, karena ingin menjadi seorang Hafidz Qur'an.
Setelah satu tahun lamanya, aku hanya bisa stalking akun facebooknya, dan mendengar cerita Nana tentang ka jingga dipondok, sementara aku sibuk memperbaiki diri, berdakwah disosmed, menghapus foto-fotoku di sosmed, dan membuat kata motivasi. Kuputuskan membuat fanspage yang ku beri nama Langit Biru, di fanspage itu aku selalu membuat kata-kata motivasi, kadang juga suka bucin tentangnya, aku pun suka membuat puisi langit biru. Dan ku posting juga di Facebook ku, lalu ka jingga pun berkomentar.
"Aku Langit Senja sastra, bukan Langit Biru wkwk.." Komentar Ka Jingga.
Aku tak membalas komentarnya. Tapi aku merasa senang walau hanya sebuah komentarnya.
***
Hari raya Idhul Fitripun tiba, aku, dan kedua sepupuku Nana dan Wawah, yang setiap tahun merasa bahagia karena bisa bersenang-senang menikmati kebersamaan malam takbiran. Tibatiba ka jingga mengirim pesan pada Wawah yang berisi mengucapkan 'Minal aidzin' padaku, tapi aku mencoba menahan rasa baperku di depan kedua sepupu ku yang terus saja meledekku. Aku berpikir ingin sekali membalas tapi karena malu dan takut ada fitnah jadi ku tahan keinginanku ini.
Dua bulanpun berlalu, akhirnya di Hari raya Idhul Adha aku memutuskan membalas pesannya.
Aku mengirim stiker, lalu aku menghapusnya kembali karena merasa malu.
"Kenapa de??". Balas Ka Jingga.
"Cuman mau ngucapin Minal Aidzin juga ka, waktu lebaran Idhul fitri kan Kaka chat melalui Wawah. Tapi sekarang udah lebaran Idhul Adha.. maafin sastra yah ka, kalau punya salah..". Kataku. Dengan rasa bersalah.