Mohon tunggu...
bunga kambodja
bunga kambodja Mohon Tunggu... -

just another anak bangsa yang easy going..

Selanjutnya

Tutup

Politik

[2] Belajar Dari Kesalahan Amerika Serikat Dalam Masalah Israel-Palestina : Integritas dan Independensi

24 Juni 2010   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:19 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini adalah sambungan dari tulisan pertama berjudul [1] Belajar Dari Kesalahan Amerika Serikat Dalam Masalah Israel-Palestina : Integritas dan Independensi. Mohon dibaca dulu jika belum membacanya. Berikut lanjutannya:

The 1940 Nationality Act Section 401 (e) of the 1940 Nationality Act provides that a U.S. citizen, whether by birth or naturalization, "shall lose his [U.S.] nationality by...voting in a political election in a foreign state."

Pasal 401 (e) dari Undang-Undang Kewarganegaraan 1940 menyatakan bahwa seorang warga negara AS, baik karena kelahiran atau naturalisasi, "akan kehilangan [US] kenasionalannya oleh karena ... ikut memilih dalam pemilihan politik di negara asing." This law was tested many times. In 1958, for instance, an American citizen namedPerez voted in a Mexican election. The case went to the Supreme Court, where the majority opinion held thatPerez must lose his American nationality. The court said Congress could provide for expatriation as a reasonable way of preventing embarrassment to the United States in its foreign relations.

Hukum ini telah teruji berkali-kali.Pada tahun 1958, misalnya, warga negara Amerika bernama Perez memberikan suara dalam pemilu Meksiko.Kasus ini dibawa ke Mahkamah Agung, di mana mayoritas berpendapat bahwaPerez harus kehilangan kewarganegaraan Amerika-nya.Pengadilan mengatakan Kongres dapat menyediakan mekanisme pengusiran sebagai cara yang masuk akal untuk mencegah malu Amerika Serikat dalam hal hubungan luar negerinya. But then something very odd happened.

Tapi kemudian sesuatu yang sangat aneh terjadi. In 1967 an American Jew,Beys Afroyimreceived an exemption that set a precedent exclusively for American Jews. Afroyim, born in Poland in 1895, emigrated to America in 1912, and became a naturalized U.S. citizen in 1926. In 1950, aged 55, he emigrated to Israel and became an Israeli citizen. In 1951 Afroyim voted in an Israeli Knesset election and in five political elections that followed. So, by all standards he lost his American citizenship -- right? Wrong.

Pada tahun 1967 seorang Yahudi Amerika ,Beys Afroyimmenerima pengecualian yang mengatur preseden khusus untuk Yahudi Amerika.Afroyim, lahir di Polandia pada tahun 1895, berimigrasi ke Amerika pada tahun 1912, dan menjadi warga negara AS pada tahun 1926 melalui  naturalisasi.Pada tahun 1950, di usia 55, ia berimigrasi ke Israel dan menjadi warga negara Israel.Pada tahun 1951 Afroyim ikut memberikan suara dalam pemilu Knesset Israel dan dalam lima pemilihan politik yang dia pernah ikuti.Jadi, berdasarkan semua aturan yang ada seharusnya  dia kehilangan kewarganegaraan Amerika-nya - kan? Ternyata Salah. After living in Israel for a decade, Afroyim wished to return to New York. In 1960, he asked the U.S. Consulate in Haifa for an American passport. The Department of State refused the application, invoking section 401 (e) of the Nationality Act -- the same ruling that had stripped the American citizen named Perez of his U.S. citizenship.

Setelah tinggal di Israel selama satu dekade, Afroyim ingin kembali ke New York.Pada tahun 1960, ia meminta Konsulat AS di Haifa sebuah paspor Amerika.Departemen Luar Negeri menolak aplikasi, merujuk  bagian 401 (e) UU Kewarganegaraan - hukum yang sama yang telah menanggalkan kewarganegaraan US seorang warga negara Amerika bernama Perez. Attorneys acting for Afroyim took his case to a Washington, DC District Court, which upheld the law. Then his attorneys appealed to the Court of Appeals. This court also upheld the law. The attorneys for Afroyim then moved the case on to the Supreme Court. Here, with Supreme Court Justice Abe Fortas, Lyndon Johnson's former attorney and one of the most powerful Jewish Americans, casting the swing vote, the court voted five to four in favor of Afroyim. The court held that the U.S. government had no right to "rob" Afroyim of his American citizenship!

Pengacara yang bertindak mewakili Afroyim membawa kasusnya ke Pengadilan Negeri Washington, DC, yang mengikuti hukum yang berlaku.Kemudian pengacaranya mengajukan banding ke Pengadilan Banding.Pengadilan ini juga menjunjung tinggi hukum yang berlaku.Para pengacara untuk Afroyim kemudian mempindahkan kasus ke Mahkamah Agung.Di sini, dengan Hakim Agung Fortas Abe, mantan pengacara Lyndon Johnson dan merupakan salah satu orang Yahudi Amerika paling kuat, melalui voting, pengadilan memberikan suara 5-4 yang mendukung Afroyim.Pengadilan menyatakan bahwa pemerintah AS tidak punya hak untuk "merampok" kewarganegaraan Amerika Afroyim ! The court, reversing its previous judgment as regards the Mexican American, ruled that Afroyim had not shown "intent" to lose citizenship by voting in Israeli elections. Huh?

Pengadilan, membalikkan keputusan sebelumnya yang terkait dengan orang Meksiko Amerika, memutuskan bahwa Afroyim tidak menunjukkan "niat" untuk kehilangan kewarganegaraan dengan memberikan suara dalam pemilu Israel.Huh? While Washington claims it has a "good neighbor" policy with Mexico, the U.S. does not permit Mexicans to hold dual nationality. The US makes them become either U.S. or Mexican -- you can't be both. But the U.S., in its special relationship with Israel, has become very sympathetic to allowing Israeli-Americans to retain two nationalities and allowing U.S. citizens not only to hold public office in Israel, but to hold US government positions as well! No other country holds this special exception to our laws of citizenship.

Sementara Washington mengklaim bahwa AS memiliki kebijakan negara tetangga "baik" dengan Meksiko, Amerika Serikat tidak mengizinkan orang Meksiko untuk memegang kewarganegaraan ganda.AS membuat mereka menjadi AS atau Meksiko - Anda tidak dapat keduanya.Tapi Amerika Serikat, dalam hubungan istimewanya dengan Israel, telah menjadi sangat simpatik untuk memungkinkan orang Israel-Amerika bisa mempertahankan berkewarganegaraan ganda dan memungkinkan warga negara AS tidak hanya unboleh memegang jabatan publik di Israel, tetapi juga boleh memegang posisi pemerintah AS juga!Tidak ada negara lain mempertahankan pengecualian khusus ini seperti undang-undang kewarganegaraan kita. So, you might ask, are there any other dual Israel-American citizens who hold US government positions that could compromise American security? Yes. Consider the following list that I obtained on the web:

Mungkin Anda akan bertanya, apakah ada warga Israel-Amerika berkewarganegaraan ganda yang memegang posisi pemerintah AS yang dapat membahayakan keamanan Amerika?Ya.Perhatikan daftar berikut ini yang saya peroleh di web:

Michael Mukasey Recently appointed as US Attorney General. Mukasey also was the judge in the litigation between developer Larry Silverstein and several insurance companies arising from the destruction of the World Trade Center on 9/11/2001.

Baru-baru ini ditunjuk sebagai Jaksa Agung.Mukasey juga hakim di pengadilan kasus antara pengembang Larry Silverstein dengan beberapa perusahaan asuransi, yang timbul karena adanya penghancuran World Trade Center pada 2001/09/11. Michael Chertoff Former Assistant Attorney General for the Criminal Division, at the Justice Department; now head of Homeland Security.

Mantan Asisten Divisi Kriminal Jaksa Agung, di Departemen Kehakiman, sekarang kepala Keamanan Dalam Negeri. Richard Perle One of Bush's foreign policy advisors, he is the chairman of the Pentagon's Defense Policy Board. A very likely Israeli government agent, Perle was expelled from Senator Henry Jackson's office in the 1970's after the National Security Agency (NSA) caught him passing Highly-Classified (National Security) documents to the Israeli Embassy. He later worked for the Israeli weapons firm, Soltam. Perle came from one the above mentioned pro-Israel thinktanks, the AEI. Perle is one of the leading pro-Israeli fanatics leading this Iraq war mongering within the administration and now in the media.

Salah satu penasihat kebijakan luar negeri Bush, dia adalah ketua Dewan Kebijakan Pertahanan Pentagon.Sangat mungkin seorang agen pemerintah Israel, Perle diusir dari kantor Senator Henry Jackson di tahun 1970-an setelah National Security Agency (NSA) menangkapnya memberikan dokumen sangat ahasia ke Kedutaan Besar Israel. Dia kemudian bekerja di perusahaan senjata Israel, Soltam.Perle datang dari salah satu thinktanks pro-Israel yang disebutkan di atas, AEI.Perle adalah salah satu fanatik pro-Israel terkemuka yang menyebabkan perang Irak  didalam pemerintahan dan sekarang melalui media. Paul Wolfowitz [caption id="attachment_176092" align="alignright" width="129" caption="(viewzone.com/ dualcitizen.html)"][/caption] Former Deputy Defense Secretary, and member of Perle's Defense Policy Board, in the Pentagon. Wolfowitz is a close associate of Perle, and reportedly has close ties to the Israeli military. His sister lives in Israel. Wolfowitz came from the above mentioned Jewish thinktank, JINSA. Wolfowitz was the number two leader within the administration behind this Iraq war mongering. He later was appointed head of the World Bank but resigned under pressure from World Bank members over a scandal involving his misuse of power.

Mantan Deputi Sekretaris Pertahanan, dan anggota Dewan Kebijakan Pertahanan Perle di Pentagon.Wolfowitz adalah kolega dekat Perle, dan dilaporkan memiliki hubungan dekat dengan militer Israel.Adiknya tinggal di Israel.Wolfowitz datang dari thinktank Yahudi tersebut di atas, JINSA.Wolfowitz adalah pemimpin nomor dua dalam pemerintahan di balik perang Irak.Ia kemudian diangkat menjadi kepala Bank Dunia namun mengundurkan diri karena tekanan dari anggota Bank Dunia atas skandal yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaannya.

Lawrence (Larry) Franklin The former Defense Intelligence Agency analyst with expertise in Iranian policy issues who worked in the office of Undersecretary of Defense for Policy Douglas Feith and reported directly to Feith's deputy, William Luti, was sentenced January 20, 2006, "to more than 12 years in prison for giving classified information to an Israeli diplomat" and members of the pro-Israel lobbying groupAmerican Israel Public Affairs Committee (AIPAC).

Mantan analis Badan Intelijen Pertahanan dengan keahlian dalam masalah-masalah kebijakan Iran yang bekerja di kantor Wakil Pertahanan untuk Kebijakan Douglas Feith dan melaporkan secara langsung ke deputi Feith, William Luti, dijatuhi hukuman 20 Januari 2006, "lebih dari 12 tahun penjara karena memberikan informasi rahasia kepada seorang diplomat Israel " dan dia anggota kelompok lobi pro- Israel American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Franklin will "remain free while the government continues with the wider case" and his "prison time could be sharply reduced in return for his help in prosecuting" former AIPAC members Steven J. Rosen and Keith Weissman, [who] are scheduled to go on trial in April [2006]. Franklin admitted that he met periodically with Rosen and Weissman between 2002 and 2004 and discussed classified information, including information about potential attacks on U.S. troops in Iraq. Rosen and Weissman would later share what they learned with reporters and Israeli officials." (source:sourcewatch.com).

Franklin akan "tetap bebas sementara pemerintah terus kasus yang lebih luas" dan waktunya penjara "bisa tajam dikurangi dengan imbalan bantuan dalam menuntut" mantan anggota AIPAC Steven J. Rosen dan Keith Weissman, [yang] dijadwalkan untuk melanjutkan persidangan pada bulan April [2006].Franklin mengakui bahwa ia bertemu secara berkala dengan Rosen dan Weissman antara 2002 dan 2004 dan membahas informasi rahasia, termasuk informasi tentang potensi serangan terhadap pasukan Amerika di Irak.Rosen dan Weissman kemudian akan berbagi apa yang mereka pelajari dengan wartawan dan para pejabat Israel (. "Sumber:sourcewatch.com). Douglas Feith Under Secretary of Defense and Policy Advisor at the Pentagon. He is a close associate of Perle and served as his Special Counsel. Like Perle and the others, Feith is a pro-Israel extremist, who has advocated anti-Arab policies in the past. He is closely associated with the extremist group, the Zionist Organization of America, which even attacks Jews that don't agree with its extremist views. Feith frequently speaks at ZOA conferences. Feith runs a small law firm, Feith and Zell, which only has one International office, in Israel. The majority of their legal work is representing Israeli interests. His firm's own website stated, prior to his appointment, that Feith "represents Israeli Armaments Manufacturer." Feith basically represents the Israeli War Machine. Feith also came from the Jewish thinktank JINSA. Feith, like Perle and Wolfowitz, are campaigning hard for this Israeli proxy war against Iraq.

Wakil Menteri Pertahanan dan Penasihat Kebijakan di Pentagon.Dia adalah kolega dekat Perle dan menjabat sebagai Penasehat Khususnya.Seperti Perle dan lainnya, Feith adalah ekstremis pro-Israel, yang telah menganjurkan kebijakan anti-Arab di masa lalu.Beliau memiliki hubungan erat dengan kelompok ekstremis, Organisasi Zionis Amerika, yang bahkan menyerang orang Yahudi yang tidak setuju dengan pandangan ekstremis nya.Feith sering berbicara di konferensi ZOA.Feith menjalankan sebuah firma hukum kecil, Feith dan Zell, yang hanya memiliki satu kantor Internasional, di Israel.Mayoritas pekerjaan hukum mereka adalah mewakili kepentingan Israel.situs web perusahaan nya menyatakan bahwa, sebelum diangkat, Feith "mewakili Produsen Peralatan Perang Israel."Feith pada dasarnya merupakan Mesin Perang Israel.Feith juga datang dari thinktank Yahudi JINSA .Feith, seperti Perle dan Wolfowitz, yang berkampanye keras untuk perang terhadap Irak. Feith was investigated by the FBI under suspicion of leaking classified information to Israel, being that he was Larry Franklin's boss when Franklin leaked those documents to Rosen and Weissman of AIPAC. For that he was forced to leave the National Security Council. Feith was also investigated by the Senate Intelligence Committee for sexing up 'intelligence' that was used to justify invading Iraq.

Feith diselidiki oleh FBI karena dicurigai membocorkan informasi rahasia ke Israel, dia adalah bos Larry Franklin ketika Franklin membocorkan dokumen-dokumen ke Rosen dan Weissman dari AIPAC.Untuk itu dia dipaksa untuk meninggalkan Dewan Keamanan Nasional. Feith juga diselidiki oleh Komite Intelijen Senat karena mengemas data 'intelijen' yang digunakan untuk membenarkan invasi Irak. Edward Luttwak Member of the National Security Study Group of the Department of Defence at the Pentagon. Luttwak is reportedly an Israeli citizen and has taught in Israel. He frequently writes for Israeli and pro-Israeli newspapers and journals. Luttwak is an Israeli extremist whose main theme in many of his articles is the necessity of the U.S. waging war against Iraq and Iran.

Anggota Kelompok Studi Keamanan Nasional Departemen Pertahanan di Pentagon.Luttwak dilaporkan sebagai warga negara Israel dan pernah mengajar di Israel.Ia sering menulis untuk surat kabar dan jurnal pro-Israel.Luttwak adalah ekstrimis Israel yang utama dimana dibanyak tema artikelnya itu menyatakan perlunya AS melancarkan perang terhadap Irak dan Iran. Henry Kissinger One of many Pentagon Advisors, Kissinger sits on the Pentagon's Defense Policy Board under Perle. For detailed information about Kissinger's evil past, read Seymour Hersch's book (Price of Power: Kissinger in the Nixon White House). Kissinger likely had a part in the Watergate crimes, Southeast Asia mass murders (Vietnam, Cambodia, Laos), Installing Chilean mass murdering dictator Pinochet, Operation Condor's mass killings in South America, and more recently served as Serbia's Ex-Dictator Slobodan Milosevic's Advisor. He consistently advocated going to war against Iraq. Kissinger is the Ariel Sharon of the U.S. Unfortunately, President Bush nominated Kissinger as chairman of the September 11 investigating commission. It's like picking a bank robber to investigate a fraud scandal. He later declined this job under enormous protests.

Salah satu dari banyak Penasehat Pentagon, Kissinger duduk di Dewan Kebijakan Pertahanan Pentagon di bawah Perle.Untuk informasi rinci tentang masa lalu Kissinger yang jahat, baca buku Seymour Hersch berjudul (Harga Power: Kissinger dalam Gedung Putih era Nixon). Kissinger mungkin ikut berperan dalam kejahatan Watergate, pembunuhan massal Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Laos), Menggerakkan massa Chili untuk membunuh diktator Pinochet, Operasi pembunuhan massal Burung Kondor di Amerika Selatan, dan paling terakhir menjabat sebagai Penasihat Ex-Dictator Slobodan Milosevic Serbia.Dia secara konsisten menganjurkan perang melawan Irak.Kissinger adalah Ariel Sharon dari US. Sayangnya, Presiden Bush menominasikan Kissinger sebagai ketua komisi yang menyelidiki 11 September.Ini seperti memilih seorang perampok bank untuk menyelidiki skandal penipuan.Dia kemudian menolak proyek ini karena adanya protes besar-besaran. Dov Zakheim Dov Zakheim is an ordained rabbi and reportedly holds Israeli citizenship. Zakheim attended Jew's College in London and became an ordained Orthodox Jewish Rabbi in 1973. He was adjunct professor at New York's Jewish Yeshiva University. Zakheim is close to the Israeli lobby.

Dov Zakheim adalah rabi yang ditahbiskan dan dilaporkan memegang kewarganegaraan Israel. Zakheim kuliah di Yahudi's College London dan menjadi Rabbi Yahudi Ortodoks yang  ditahbiskan pada tahun 1973.Dia dosen di Uniersitas Yeshiva New York Yeshiva.Zakheim dekat dengan lobi Israel. Dov Zakheim is also a member of the Council on Foreign Relations and in 2000 a co-author of the Project for the New American Century's position paper, Rebuilding America's Defenses, advocating the necessity for a Pearl-Harbor-like incident to mobilize the country into war with its enemies, mostly Middle Eastern Muslim nations.

Dov Zakheim juga anggota Dewan Hubungan Luar Negeri dan pada tahun 2000 menjadi salah seorang penulis dari Proyek penulisan dokumen yang menjelaskan posisi (position paper) New American Century, Membangun kembali Pertahanan Amerika, mengadvokasi pentingnya insiden seperti  Pearl-Harbor untuk memobilisasi negara kedalam perang dengan musuh-musuhnya, yang sebagian besar adalah negara-negara Muslim Timur Tengah. He was appointed by Bush as Pentagon Comptroller from May 4, 2001 to March 10, 2004. At that time he was unable to explain the disappearance of $1 trillion dollars. Actually, nearly three years earlier, Donald Rumsfeld announced on September 10, 2001 that an audit discovered $2.3 trillion was also missing from the Pentagon books. That story, as mentioned, was buried under 9-11's rubble. The two sums disappeared on Zakheim's watch. We can only guess where that cash went.

Ia diangkat oleh Bush sebagai Pengawas Keuangan Pentagon sejak 4 Mei 2001 sampai 10 Maret 2004.Pada saat itu ia tidak mampu menjelaskan hilangnya $ 1 triliun dolar.Sebenarnya, sekitartiga tahun sebelumnya, Donald Rumsfeld mengumumkan pada tanggal 10 September 2001 bahwa audit menemukan $ 2,300,000,000,000 juga hilang dari buku Pentagon.Cerita tersebut, sebagaimana disebutkan, "dikubur" di bawah reruntuhan 9-11's.Kedua jumlah uang yang menghilang ada pada pengawasan Zakheim.Kita hanya bisa menebak kemana uang itu pergi. Despite these suspicions, on May 6, 2004, Zakheim took a lucrative position at Booz Allen Hamilton, one of the most prestigious strategy consulting firms in the world. One of its clients then was Blessed Relief, a charity said to be a front for Osama bin Laden. Booz, Allen & Hamilton then also worked closely with DARPA, the Defense Advanced Research Projects Agency, which is the research arm of the Department of Defense.

Meskipun ada kecurigaan ini, pada 6 Mei 2004, Zakheim mengambil posisi yang menguntungkan di Booz Allen Hamilton, salah satu perusahaan konsultan strategi yang paling bergengsi di dunia. Salah satu klien nya adalah Blessed Relief, organisasi amal yang merupakan ujung tombak Osama bin Laden. Booz, Allen & Hamilton kemudian juga bekerja erat dengan DARPA, Defense Advanced Research Projects Agency, yang merupakan kepanjangan riset Departemen Pertahanan. Judicial Inc's bio of Dov tells us Zakheim is a dual Israeli/American citizen and has been tracking the halls of US government for 25 years, casting defense policy and influence on Presidents Reagan, Clinton, Bush Sr. and Bush Jr. Judicial Inc points out that most of Israel's armaments were gotten thanks to him. Squads of US F-16 and F-15 were classified military surplus and sold to Israel at a fraction of their value.

Bio Dov Yudisial Inc memberitahu kita bahwa Zakheim berkewarganegaraan ganda Israel Amerika dan telah masuk ke sudut-sudut pemerintahan AS selama 25 tahun, berperan dalam kebijakan pertahanan dan berpengaruh pada era Presiden Reagan, Clinton, Bush Sr dan Bush Jr. Yudisial Inc menunjukkan bahwa sebagian persenjataan Israel didapat berkat dirinya. Armada pesawat F-16 dan F-15 digolongkan sebagai surplus militer dan dijual ke Israel dengan nilai lebih rendah dari nilai seharusnya.

Kenneth Adelman One of many Pentagon Advisors, Adelman also sits on the Pentagon's Defense Policy Board under Perle, and is another extremist pro-Israel advisor, who supported going to war against Iraq. Adelman frequently is a guest on Fox News, and often expresses extremist and often ridiculus anti-Arab and anti-Muslim views. Through his racism or ignorance, he actually called Arabs "anti-Semitic" on Fox News (11/28/2001), when he could have looked it up in the dictionary to find out that Arabs by definition are Semites.

Salah satu dari banyak Penasehat Pentagon, Adelman juga duduk di Dewan Kebijakan Pertahanan Pentagon di bawah Perle, dan ekstremis lain yang menjadi penasehat pro-Israel, yang mendukung perang melawan Irak.Adelman sering menjadi tamu di Fox News, dan sering mengekspresikan keekstremisannya dan mengekspresikan pandangan anti-Arab dan anti-Islam yang konyol.Melalui rasisme nya atau pengabaiannya, dia benar-benar menyebut orang Arab "anti-Semit" di Fox News (2001/11/28), padahal dia bisa mencarinya di kamus untuk mengetahui bahwa orang-orang Arab secara definisi adalah Semit. I. Lewis "Scooter" Libby Vice President Dick Cheney's ex-Chief of Staff. As chief pro-Israel Jewish advisor to Cheney, it helps explains why Cheney is so gun-ho to invade Iran. Libby is longtime associate of Wolfowitz. Libby was also a lawyer for convicted felon and Israeli spy Marc Rich, whom Clinton pardoned, in his last days as president. Libby was recently found guilty of lying to Federal investigators in the Valerie Plame affair, in which Plame, a covert CIA agent, was exposed for political revenge by the Bush administration following her husband's revelations about the lies leading to the Iraq War.

Mantan Kepala Staf Wakil Presiden Dick Cheney.Sebagai kepala penasihat Yahudi pro-Israel untuk Cheney, itu membantu menjelaskan mengapa Cheney begitu gun-ho (berkobar-kobar) untuk menyerang Iran.Libby adalah rekan lama Wolfowitz.Libby juga seorang pengacara bagi penjahat mata-mata Israel Marc Richdi yang dihukum dan, yang diampuni Clinton pada saat hari-hari terakhirnya sebagai presiden.Libby baru-baru ini ditemukan bersalah karena berbohong kepada penyidik federal pada masalah Valerie Plame, di mana Plame, seorang agen rahasia CIA, dibuka penyamarannya untuk membalas dendam politik  pemerintahan Bush karena suaminya membongkar kebohongan-kebohongan yang menyebabkan terjadinya Perang Irak. Robert Satloff U.S. National Security Council Advisor, Satloff was the executive director of the Israeli lobby's "think tank," Washington Institute for Near East Policy. Many of the Israeli lobby's "experts" come from this front group, like Martin Indyk.

Penasihat Dewan Keamanan Nasional AS, Satloff adalah direktur eksekutif dari "think tank," lobi Israel: Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat.Banyak dari pakar "lobi Israel" berasal dari grup ini, seperti Martin Indyk. Elliott Abrams National Security Council Advisor. He previously worked at Washington-based "Think Tank" Ethics and Public Policy Center. During the Reagan Adminstration, Abrams was the Assistant Secretary of State, handling, for the most part, Latin American affairs. He played an important role in the Iran-Contra Scandal, which involved illegally selling U.S. weapons to Iran to fight Iraq, and illegally funding the contra rebels fighting to overthrow Nicaragua's Sandinista government. He also actively deceived three congressional committees about his involvement and thereby faced felony charges based on his testimony. Abrams pled guilty in 1991 to two misdemeanors and was sentenced to a year's probation and 100 hours of community service. A year later, former President Bush (Senior) granted Abrams a full pardon. He was one of the more hawkish pro-Israel Jews in the Reagan Administration's State Department.

Penasihat Dewan Keamanan Nasional.Sebelumnya bekerja di Pusat Kebijakan Publik dan Etika "Think Tank" berbasis di Washington.Selama pemerintahan Reagan, Abrams adalah Sekretaris Asisten Menteri Luar Negeri yang menangani, untuk sebagian besar, urusan Amerika Latin.Dia memainkan peran penting dalam Skandal Kontra Iran, yang terlibat secara ilegal menjual senjata AS ke Iran untuk melawan Irak, dan pendanaan secara ilegal para pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah Sandinista Nikaragua.Dia juga aktif menipu tiga komite Kongres tentang keterlibatannya dan dengan demikian menghadapi tuduhan kejahatan berdasarkan kesaksiannya.Abrams mengaku bersalah pada tahun 1991 untuk dua tuduhan ringan dan dijatuhi hukuman masa percobaan satu tahun dan 100 jam pelayanan masyarakat.Setahun kemudian, mantan Presiden Bush (Senior) memberikan Abrams pengampunan penuh.Dia adalah salah satu dari orang-orang Yahudi pro-Israel yang lebih hawkish dalam Departemen Luar Negeri pemerintahan Reagan. Marc Grossman Under Secretary of State for Political Affairs. He was Director General of the Foreign Service and Director of Human Resources at the Department of State. Grossman is one of many of the pro-Israel Jewish officials from the Clinton Administration that Bush has promoted to higher posts.

Wakil Sekretaris Negara untuk Urusan Politik.Dia adalah Direktur Jenderal Dinas Luar Negeri dan Direktur Sumber Daya Manusia di Departemen Luar Negeri.Grossman adalah salah satu dari banyak pejabat Yahudi yang pro-Israel dari pemerintahan Clinton yang telah dipromosikan Bush ke pos yang lebih tinggi. Richard Haass Director of Policy Planning at the State Department and Ambassador at large. He is also Director of National Security Programs and Senior Fellow at the Council on Foreign Relations (CFR). He was one of the more hawkish pro-Israel Jews in the first Bush (Sr) Administration who sat on the National Security Council, and who consistently advocated going to war against Iraq. Haass is also a member of the Defense Department's National Security Study Group, at the Pentagon.

Direktur Kebijakan Perencanaan di Departemen Luar Negeri dan Duta besar.Ia juga Direktur Program Keamanan Nasional dan Senior Fellow di Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR).Dia adalah salah satu dari orang-orang Yahudi pro-Israel yang lebih hawkish dalam Pemerintahanpertama Bush (Sr) yang duduk di Dewan Keamanan Nasional, dan yang secara konsisten mendukung perang terhadap Irak.Haass juga merupakan anggota Kelompok Studi Keamanan Nasional Departemen Pertahanan, di Pentagon. Robert Zoellick U.S. Trade Representative, a cabinet-level position. He is also one of the more hawkish pro-Israel Jews in the Bush (Jr) Administration who advocated invading Iraq and occupying a portion of the country in order to set up a Vichy-style puppet government. He consistently advocates going to war against Iran.

Perwakilan dagang AS, posisi setingkat kabinet.Ia juga salah satu dari orang-orang Yahudi pro-Israel yang lebih hawkish didalam PemerintahanBush (Jr) yang menganjurkan invasi Irak dan menduduki sebagian wilayahnya dalam rangka membentuk pemerintahan boneka ala Vichy.Dia secara konsisten menganjurkan perang terhadap Iran. Ari Fleischer Ex- White House Spokesman for the Bush (Jr) Administration. Prominent in the Jewish community, some reports state that he holds Israeli citizenship. Fleischer is closely connected to the extremist Jewish group called the Chabad Lubavitch Hasidics, who follow the Qabala, and hold very extremist and insulting views of non-Jews. Fleischer was the co-president of Chabad's Capitol Jewish Forum. He received the Young Leadership Award from the American Friends of Lubavitch in October, 2001.

Mantan Juru Bicara Gedung Putih untuk Pemerintahan Bush (Jr).Menonjol di komunitas Yahudi, beberapa laporan menyatakan bahwa ia memegang kewarganegaraan Israel.Fleischer, sangat terkait dengan kelompok ekstremis Yahudi yang disebut Chabad Lubavitch Hasidics, yang meniru Qabala, beranggotakan orang-orang yang sangat ekstremis dan memiliki pandangan menghina terhadap non-Yahudi. Fleischer adalah co-presiden Forum Capitol Yahudi Chabad.Ia menerima Penghargaan Kepemimpinan Muda dari American Friends of Lubavitch pada bulan Oktober 2001. James Schlesinger One of many Pentagon Advisors, Schlesinger also sits on the Pentagon's Defense Policy Board under Perle and is another extremist pro-Israel advisor, who supported going to war against Iraq. Schlesinger is also a commissioner of the Defense Department's National Security Study Group, at the Pentagon.

Salah satu dari banyak Penasehat Pentagon, Schlesinger juga duduk di Dewan Kebijakan Pertahanan Pentagon di bawah Perle dan dia adalah penasihat ekstrimis lain pyang ro-Israel, yang mendukung perang melawan Irak.Schlesinger juga merupakan komisaris dari Kelompok StudiKeamanan Nasional Departemen Pertahanan, di Pentagon. David Frum White House speechwriter behind the "Axis of Evil" label. He lumped together all the lies and accusations against Iraq for Bush to justify the war.

Penulis pidato Gedung Putih di balik label "Axis of Evil".Dia menyatukan semua kebohongan dan tuduhan terhadap Irak untuk Bush dalm rangka membenarkan perang. Joshua Bolten White House Deputy Chief of Staff, Bolten was previously a banker, former legislative aide, and prominent in the Jewish community.

Wakil Kepala Staf Gedung Putih, Bolten sebelumnya seorang bankir, mantan asisten legislatif, dan terkemuka dalam masyarakat Yahudi. John Bolton Former UN Representative and Under-Secretary of State for Arms Control and International Security. Bolton is also a Senior Advisor to President Bush. Prior to this position, Bolton was Senior Vice President of the above mentioned pro-Israel thinktank, AEI. He recently (October 2002) accused Syria of having a nuclear program, so that they can attack Syria after Iraq. He must have forgotten that Israel has 400 nuclear warheads, some of which are thermonuclear weapons (according to a recent U.S. Air Force report).

Mantan Perwakilan PBB dan Wakil Sekretaris Negara untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional.Bolton juga merupakan Senior Advisor Presiden Bush. Sebelum posisi ini, Bolton adalah Senior Vice Presiden thinktank pro-Israel tersebut di atas, AEI. Dia baru-baru ini (Oktober 2002) menuduh Suriah memiliki program nuklir, sehingga mereka dapat menyerang Suriah setelah Irak.Dia pasti lupa bahwa Israel memiliki 400 hulu ledak nuklir, beberapa di antaranya senjata termonuklir (menurut sebuah laporan US Air Force baru-baru ini). David Wurmser Special Assistant to John Bolton (above), the under-secretary for arms control and international security. Wurmser also worked at the AEI with Perle and Bolton. His wife, Meyrav Wurmser, along with Colonel Yigal Carmon, formerly of Israeli military intelligence, co-founded the Middle East Media Research Institute (Memri),a Washington-based Israeli outfit which distributes articles translated from Arabic newspapers portraying Arabs in a bad light.

Asisten Khusus John Bolton (di atas), wakil sekretaris untuk pengawasan senjata dan keamanan internasional.Wurmser juga bekerja di AEI bersama dengan Perle dan Bolton.Istrinya, Meyrav Wurmser, bersama dengan Kolonel Yigal Carmon, mantan intelijen militer Israel, adalah salah satu pendiri Middle East Media Research Institute (Memri), baju Israel yang berbasis di Washington yang mendistribusikan artikel-artikel terjemahan dari surat kabar Arab untuk menggambarkan buruknya orang Arab. Eliot Cohen Member of the Pentagon's Defense Policy Board under Perle and is another extremist pro-Israel advisor. Like Adelman, he often expresses extremist and often ridiculus anti-Arab and anti-Muslim views. More recently, he wrote an opinion article in the Wall Street Journal openly admitting his rascist hatred of Islam claiming that Islam should be the enemy, not terrorism.

Anggota Dewan Kebijakan Pertahanan Pentagon dibawah Perle dan penasihat ekstrimis pro-Israel.Seperti Adelman, ia sering mengungkapkan keekstrimisannya dan sering mengekspresikan pandangan anti-Arab dan anti-Islam nya yang konyol. Terakhir kali, ia menulis sebuah artikel opini di Wall Street Journal yang secara terbuka mengakui kebencian rasisnya tentang Islam dan  mengklaim bahwa Islam harus menjadi musuh, bukan terorisme. Mel Sembler President of the Export-Import Bank of the United States. A Prominent Jewish Republican and Former National Finance Chairman of the Republican National Committee. The Export-Import Bank facilitates trade relationships between U.S. businesses and foreign countries, specifically those with financial problems.

Presiden Bank Ekspor-Impor Amerika Serikat.Seorang yahudi Republik terkemuka dan Mantan Ketua Komite Nasional Keuangan Partai Republik.Bank Ekspor-Impor memfasilitasi hubungan perdagangan antara perusahaan AS dan negara-negara asing, khususnya mereka yang memiliki masalah keuangan. Steve Goldsmith Senior Advisor to the President, and Bush's Jewish domestic policy advisor. He also served as liaison in the White House Office of Faith-Based and Community Initiatives (White House OFBCI) within the Executive Office of the President. He was the former mayor of Indianapolis. He is also friends with Israeli Jerusalem Mayor Ehud Olmert and often visits Israel to coach mayors on privatization initiatives.

Penasihat Senior Presiden, dan penasihat kebijakan domestik yahudi untuk Bush.Dia juga menjabat sebagai penghubung di Office Faith-Based Community Initiatives (White House OFBCI) Gedung Putih di Kantor Eksekutif Presiden.Dia adalah mantan walikota Indianapolis.Ia juga berteman dengan Walikota Yerusalem Israel Ehud Olmert dan sering mengunjungi Israel untuk membantu walikota dalam maslaah inisiatif privatisasi. Adam Goldman White House's Special Liaison to the Jewish Community.

Penghubung Khusus Gedung Putih untuk Masyarakat Yahudi. Joseph Gildenhorn Bush Campaign's Special Liaison to the Jewish Community. He was the DC finance chairman for the Bush campaign, as well as campaign coordinator, and former ambassador to Switzerland.

Penghubung Khusus Kampanye Bush ke Masyarakat Yahudi.Dia adalah ketua keuangan DC untuk kampanye Bush, serta koordinator kampanye, dan mantan duta besar untuk Swiss. Christopher Gersten Principal Deputy Assistant Secretary, Administration for Children and Families at HHS. Gersten was the former Executive Director of the Republican Jewish Coalition, Husband of Labor Secretary.

Sekretaris Asisten Deputi Utama, Administrasi untuk Anak dan Keluarga di HHS.Gersten adalah mantan Direktur Eksekutif Koalisi Yahudi Partai Republik, Suami Sekretaris Buruh Mark Weinberger Assistant Secretary of Housing and Urban Development for Public Affairs.

Sekretaris Asisten Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan untuk Urusan Umum. Samuel Bodman Deputy Secretary of Commerce. He was the Chairman and CEO of Cabot Corporation in Boston, Massachusetts.

Sekretaris Deputi Menteri Perdagangan.Dia adalah Ketua dan CEO Cabot Corporation di Boston, Massachusetts. Bonnie Cohen Under Secretary of State for Management.

Wakil Sekretaris Negara untuk Manajemen. Ruth Davis Director of Foreign Service Institute, who reports to the Office of Under Secretary for Management. This Office is responsible for training all Department of State staff (including ambassadors).

Direktur Lembaga Layanan Luar Negeri, yang melapor kepada Kantor Wakil Sekretaris Manajemen.Kantor ini bertanggung jawab untuk melatih semua staf Departemen Luar Negeri (termasuk duta besar). Daniel Kurtzer Ambassador to Israel.

Duta Besar untuk Israel. Cliff Sobel Ambassador to the Netherlands.

Duta Besar untuk Belanda. Stuart Bernstein Ambassador to Denmark.

Duta Besar untuk Denmark. Nancy Brinker Ambassador to Hungary

Duta Besar untuk Hungaria Frank Lavin Ambassador to Singapore.

Duta Besar untuk Singapura. Ron Weiser Ambassador untuk Slovakia.

Duta Besar ke Slovakia. Mel Sembler Ambassador to Italy.

Duta besar untuk Italia. Martin Silverstein Ambassador to Uruguay.

Duta Besar ke Uruguay. Lincoln Bloomfield Assistant Secretary of State for Political Military Affairs.

Asisten Sekretaris Negara untuk Urusan Militer Politik. Jay Lefkowitz Deputy Assistant to the President and Director of the Domestic Policy Council.

Asisten Deputi Presiden dan Direktur Dewan Kebijakan Domestik. Ken Melman White House Political Director.

White House Direktur Politik. Brad Blakeman White House Director of Scheduling.

Gedung Putih Direktur Penjadwalan. I don't know about you, but dual citizenship is fine with me for an ordinary citizen. But if you hold an official position that demands that you put American interests above all else -- if you should look transparent and fair to the rest of the world regarding your formation of Middle East foreign policies, then this is a dangerous trend. Even if there were no pro-Israeli agenda, the fact that decision makers have a bias or an allegiance to one of the parties involved in the current conflict should have raised red flags long before now.

Saya tidak tahu bagaimana pendapat Anda, tapi bagi saya, kewarganegaraan ganda sebetulnya baik-baik saja untuk warga biasa.Tetapi jika Anda memegang posisi resmi yang menuntut bahwa Anda harus menempatkan kepentingan Amerika di atas segalanya - dimana Anda harus transparan dan adil ke seluruh dunia tentang pembentukan kebijakan luar negeri Timur Tengah, maka ini adalah tren yang berbahaya.Bahkan sekalipun bukan agenda yang pro-Israel, kenyataan bahwa para pengambil keputusan memiliki bias atau kesetiaan kepada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik saat ini seharusnya mengangkat bendera merah jauh (catatan: mungkin maksudnya berhenti) sebelum sekarang. (viewzone.com/ dualcitizen.html)

If you think we're being unfair here, ask yourself:How you would react to the Head of Homeland Security if he or she were a dual national with citizenship in Iran, Lebanon or Saudi Arabia?Ask yourself why you don't feel the same about Israeli dual citizenship. Then you will understand how powerful the Israeli lobby has been in "adjusting" your acceptance of their special status.

Jika Anda berpikir bahwa kita tidak fair, tanyakan pada diri sendiri:Bagaimana Reaksi Anda Terhadap Kepala Keamanan Dalam Negeri jika dia adalah seorang berkewarganegaraan ganda  dengan kewarganegaraan di Iran, Lebanon atau Arab Saudi?Tanyakan kepada diri sendiri mengapa Anda tidak merasakan hal yang sama terhadap kewarganegaraan ganda dengan Israel. Nanti Anda akan memahami bagaimana kuat lobi Israel telah "menyesuaikan/merubah" diri Anda untuk bisa menerima status khusus mereka. Hey, I could be way off on this. Let's hear from you.

Hei, saya bisa saja menjauh dari permasalahan ini.Mari dengarkan pendapat Anda. FBI arrests US scientist on spying charges In Jerusalem, Israeli government officials had no immediate comment.A scientist credited with helping discover evidence of water on the moon has been arrested on charges of attempting to pass on classified information to an FBI agent posing as an Israeli intelligence officer.The US justice department said Stewart David Nozette, 52, was charged with attempting to communicate, deliver and transmit classified information to an individual he believed to be an Israeli intelligence officer.The criminal complaint against Nozette does not allege that Israel's government or anyone acting on its behalf violated US law. In Jerusalem, where the story broke late at night, Israeli government officials had no immediate comment.Nozette, from Maryland, was arrested yesterday by FBI agents. He is expected to appear in federal court in Washington today.

In an affidavit supporting the complaint, Leslie Martell, a FBI agent, said that on 3 September, Nozette received a telephone call from an individual purporting to be an Israeli intelligence officer. The caller was an undercover FBI agent.Nozette agreed to meet with the agent later that day at a hotel in Washington. During the meeting the two discussed Nozette's willingness to work for Israeli intelligence. The scientist allegedly said that he had, in the past, held top security clearances and had access to US satellite information, the affidavit said.Nozette also was alleged to have said he would be willing to answer questions about this information in exchange formoney. According to the affidavit, the agent explained that the Israeli intelligence agency, Mossad, would arrange for a communication system so Nozette could pass on information in a post office box.Nozette agreed to provide regular, continuing information and asked for an Israeli passport, the government alleged.The affidavit then alleged the following sequence of events:

Seorang ilmuwan yang berjasa membantu menemukan bukti air di bulan telah ditangkap atas tuduhan berusaha untuk menyampaikan informasi rahasia kepada seorang agen FBI yang menyamar sebagai seorang petugas intelijen Israel. Departemen kehakiman AS mengatakan Stewart David Nozette, 52, dituduh mencoba untuk berkomunikasi, menyampaikan dan mengirimkan informasi rahasia kepada orang pribadi yang dia yakini sebagai seorang perwira intelijen Israel. Pengaduan pidana terhadap Nozette tidak menyatakan bahwa pemerintah Israel atau orang yang bertindak atas nama perusahaan telah melanggar hukum AS.Di Yerusalem, di mana cerita pecah saat larut malam, para pejabat pemerintah Israel tidak memiliki komentar segera. Nozette, dari Maryland, kemarin ditangkap oleh agen FBI.Dia diperkirakan akan muncul di pengadilan federal di Washington hari ini.

Dalam sebuah pernyataan tertulis yang mendukung pengaduan itu, Leslie Martell, seorang agen FBI, mengatakan bahwa pada tanggal 3 September, Nozette menerima panggilan telepon dari seseorang yang mengaku menjadi agen intelijen Israel.Penelepon adalah seorang agen FBI yang menyamar. Nozette setuju untuk bertemu dengan agen itu dikemudian hari di sebuah hotel di Washington. Selama pertemuan keduanya, dibahas kesediaan Nozette untuk bekerja bagi intelijen Israel. Ilmuwan itu  mengatakan bahwa ia, di masa lalu, mendapatkan kelonggaran keamanan dan memiliki akses ke informasi satelit AS, begitu bunyi kesaksiannya. Nozette juga diduga telah mengatakan ia akan bersedia menjawab pertanyaan tentang informasi ini dengan imbalanuang.Menurut keskasian yang disumpah itu, agen menjelaskan bahwa badan intelijen Israel, Mossad, akan mengatur sistem komunikasi sehingga Nozette bisa menyampaikan informasi didalam kotak kantor pos. Nozette setuju untuk memberikan informasi terus menerus secara reguler dan meminta sebuah paspor Israel. Pernyataan dibawah sumpah itu menjelaskan urutan peristiwa berikut:
  • Sept. 4: Nozette and the agent met again in the same hotel. The scientist allegedly said that while he no longer had legal access to any classified information at a US government facility, he could, nonetheless, recall classified information by memory. He allegedly asked when he could expect to receive his firstsettlement funding, saying he preferred cash amounts "under ten thousand" so he didn't have to report it. (Anti-money laundering laws require that all transactions of $10,000 (£6,000) or more must be reported to the US tax authorities).Nozette allegedly told the agent, "Well, I should tell you my first need is that they should figure out how to pay me ... They don't expect me to do this for free."
  • September 4: Nozette dan agen bertemu lagi di hotel yang sama.Ilmuwan itu mengatakan meski dia tidak lagi memiliki akses hukum untuk setiap informasi rahasia di fasilitas pemerintah AS, ia bisa, namun, mengingat informasi yang diklasifikasikan dalam memori.Dia bertanya kapan dia bisa mengharapkan untuk menerima pembayaran pertamanya, mengatakan ia lebih suka jumlah kas "di bawah sepuluh ribu" sehingga ia tidak perlu melaporkannya.(Hukum Anti pencucian uang mengharuskan semua transaksi sebesar $ 10.000 (Â £ 6.000) atau lebih harus dilaporkan kepada otoritas pajak AS). Nozette mengatakan kepada agen, "Yah, aku harus memberitahu Anda bahwa kebutuhan pertama saya adalah bahwa mereka harus memikirkan cara untuk membayar saya ... Mereka jangan mengharapkan saya untuk melakukan ini secara gratis."
  • Sept. 10: Undercover FBI agents left a letter in the designated post office box, asking Nozette to answer a list of questions about US satellite information. The agents provided a $2,000cash payment. Serial numbers of the bills were recorded.
  • September 10: Agen FBI yang menyamar, meninggalkan surat di kantor pos yang di kotak yang ditunjuk, meminta Nozette untuk menjawab pertanyaan tentang daftar informasi satelit AS.Para agen memberikan $ 2.000pembayaran tunai. namun nomor urut uang dicatat.
  • Sept. 16: Nozette was captured on videotape leaving a manila envelope in the post office box. The next day, agents retrieved the sealed envelope and found, among other things, a one-page document containing answers to the questions and an encrypted computer thumb drive.One answer contained information, classified as secret, that concerned capabilities of a prototype overhead collection system.
September 16: Nozette terekam dalam rekaman video meninggalkan amplop manila di kotak pos.Keesokan harinya, agen mengambil amplop tertutup dan menemukan, antara lain, dokumen satu halaman yang berisi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dan sebuah drive komputer yang terenkripsi. Salah satu informasi yang terkandung di jawaban, diklasifikasikan sebagai rahasia, yang berhubungan dengan kemampuan prototipe sistem koleksi overhead.
  • Sept. 17: Agents left a second letter in the post office box with another list of questions about US satellite information. TheFBI also left a cash paymentof $9,000. Nozette allegedly retrieved the questions and the money the same day.
  • 17 September: Agen meninggalkan surat kedua dalam kotak kantor pos dengan daftar pertanyaan lain tentang informasi satelit AS.TheFBI juga meninggalkan uang tunai sebesar $ 9,000.Nozette diduga mengambil pertanyaan dan uang di hari yang sama.
  • Oct. 1: Nozette was videotaped leaving a manila envelope in the post office box. FBI agents retrieved it and found a second set of answers. The responses contained information classified as top secret and secret, involving US satellites, early warning systems, means of defence or retaliation against large-scale attack, communications intelligence information, and major elements of defence strategy.
  • 1 Oktober: Nozette terekam meninggalkan sebuah amplop manila di kotak pos. Agen FBI, membukanya dan menemukan satu set jawaban kedua.Responnya berisi informasi yang diklasifikasikan sebagai sangat rahasia dan rahasia, yang berhubungan dengan satelit AS, sistem peringatan dini, mekanisme pertahanan atau pembalasan terhadap serangan besar-besaran, informasi komunikasi intelijen, dan unsur-unsur utama dari strategi pertahanan.
Nozette had worked in varying jobs for the department of energy, the national aeronautics and space, and in the national space council in the president's office in 1989 and 1990.The scientist developed the Clementine bistatic radar experiment that purportedly discovered water on the south pole of the moon. He worked from approximately 1990 to 1999 at the department of energy's Lawrence Livermore National Laboratory in California, where he designed highly advanced technology.At the department of energy, Nozette held a special security clearance equivalent to the defence department top secret and "critical nuclear weapon design information" clearances. Department of energy clearances apply to access to information specifically relating to atomic or nuclear-related materials.Nozette also held top offices at the Alliance for Competitive Technology, a nonprofit company that he organised in March 1990. Between January 2000 and February 2006, Nozette, through his company, had several agreements to develop advanced technology for the US government.He performed some of the research and development at the US Naval Research Laboratory in Washington, the Defence Advanced Research Projects Agency in Arlington, Virginia, and at Nasa's Goddard Space Flight Centre in Greenbelt, Maryland.
Nozette telah bekerja dalam berbagai pekerjaan untuk departemen energi, ruang angkasa dan aeronautika nasional, dan di dewan ruang angkasa nasional di kantor presiden pada tahun 1989 dan 1990. Ilmuwan mengembangkan percobaan radar bistatic Clementine yang konon dapat menemukan air di kutub selatan bulan.Dia bekerja dari sekitar 1990-1999 di  Laboratorium Lawrence Livermore National Departemen Energi di California, di mana ia merancang teknologi yang sangat canggih. Di departemen energi, Nozette memiliki status clearance setara dengan keamanan khusus untuk rahasia departemen pertahanan dan atas "informasi kritis desain senjata nuklir". Clearence di Departemen  Energi berlaku untuk akses informasi khusus yang berkaitan dengan bahan atom atau nuklir yang terkait. Nozette juga menduduki posisi atas di Aliansi untuk Teknologi Kompetitif, sebuah perusahaan nirlaba yang ia organisaskan Maret 1990.Antara Januari 2000 dan Februari 2006, Nozette, melalui perusahaannya, memiliki beberapa perjanjian untuk mengembangkan teknologi canggih bagi pemerintah AS. Dia melakukan beberapa riset dan pengembangan di US Naval Research Laboratory di Washington, Defense Advanced Research Projects Agency di Arlington, Virginia, dan di NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland.
March 2010Four-fifths of the U.S. House and Senate recently declared in correspondence to Secretary of State Hillary Clinton that the U.S. must reaffirm its "unbreakable bond" with Israel. What persuaded our Congress to proclaim their loyalty to Israel while our military is waging war in the Middle East based on fabricated intelligence? Any sober assessment of this bond must concede a need to reappraise its cost in blood and treasure. Yet the Congress - our Congress - opposed that reassessment even as our commander-in-chief seeks to end a brutal Israeli occupation of Palestine that has provoked worldwide outrage for more than six decades. The Congress and the president are sworn to the same oath of office. That oath obliges them to protect the U.S. from all threats, both foreign and domestic. The facts confirm a common pro-Israeli source of the phony intelligence that took our military to war in Iraq. All the evidence points to Israel or its surrogates, including those in the Congress. Is that why the Israel lobby pressed the Congress for a pledge of allegiance to Israel?

Empat-perlima dari DPR dan Senat AS baru-baru ini menyatakan dalam korespondensinya kepada Sekretaris Negara Hillary Clinton bahwa AS harus menegaskan kembali "ikatan yang tidak bisa dipecahkan" dengan Israel.Apa yang mendorong Kongres untuk menyatakan kesetiaan mereka kepada Israel, padahal militer kita berperang di Timur Tengah berdasarkan intelijen yang dibuat-buat?  Setiap penilaian ini harus mengakui adanya kebutuhan untuk menaksir ulang biaya dalam bentuk darah dan dana yang sudah dikeluarkan.Namun Kongres - Kongres kami - menentang penilaian ulang tersebut bahkan saat komandan-in-chief  kami sedang berusaha mengakhiri pendudukan brutal Israel terhadap Palestina yang telah menimbulkan kemarahan di seluruh dunia selama lebih dari enam dekade. Kongres dan  presiden disumpah dengan sumpah oleh kantor yang sama.sumpah itu mewajibkan mereka untuk melindungi AS dari semua ancaman, baik asing dan domestik.Fakta mengkonfirmasi bahwa intelijen militer palsu dari sumber pro-Israel yang telah membawa kami berperang di Irak.Semua bukti mengarah ke Israel atau kaki tangannya, termasuk orang-orang di Kongres.Itulah kenapa lobi Israel menekan Kongres untuk suatu janji kesetiaan kepada Israel

Kesimpulan Kalau membaca penjelasan tulisan yang saya kutip itu, tampaknya jaringan zionis Israel sudah lama masuk kedalam pemerintahan Amerika Serikat sejak lama minimal sejak 1967 pada saat pemerintahan Lyndon Johnson. Sudah menggurita. Sungguh menakutkan karena tidak tahu pasti siapa lawan dan siapa kawan. Dalam perspektif perang, sebetulnya zionis boleh dibilang sudah menguasai AS. Yang patut dikasihani adalah warga AS lainnya termasuk warga negara AS keturunan Yahudi yang tidak zionis. Untuk informasi tambahan, pada saat itu terjadi perang besar Arab - Israel dan ada satu kapal Angkatan Laut AS yang sengaja diserang Israel untuk mengadu domba AS dengan Negara Arab agar AS ikut berperang dipihak Israel. Penyerangan itu menyebabkan banyak tentara Angkatan Laut AS yang tewas namun peristiwa itu dianggap Pemerintah AS hanya suatu insiden yang tidak disengaja. Nanti saya coba buatkan tulisan kesaksian tentang masalah tersebut dari beberapa tentara yang berhasil selamat. Diluar keakuratan detil contoh-contoh yang diberikan, masalah kewarganegaraan ganda adalah masalah yang serius jika yang bersangkutan bekerja untuk suatu pemerintahan dan negara tertentu terlebih bila yang bersangkutan menduduki posisi penting dan strategis. Memang negara kita tidak menganut 2 kewarganegaraan alias kita disuruh memilih apakah kita mau jadi warga negara Indonesia atau tidak. Lalu hikmah apa yang bisa kita ambil ? Adalah sangat wajar ketika Paul Wolfowitz menjadi Duta Besar Amerika untuk Indonesia pada waktu yang lalu, kita bertanya-tanya kapan Paul Wolfowitz bersikap dan bertindak untuk Amerika Serikat dan kapan dia bersikap dan bertindak untuk Israel mengingat dia berkewarganegaraan Israel dan Amerika Serikat sekaligus ? Mungkin akan lebih tepat jika negara kita mempunyai policy yang tegas untuk menolak Calon Duta Besar Negara Lain yang memiliki lebih dari satu kewarganegaran. Kebijakan itu merupakan pendekatan secara sistem agar kita merasa pasti bahwa Duta Besar tersebut memang mewakili kepentingan negara yang mengangkatnya menjadi Duta Besar untuk negara kita. Tentunya agar tidak menimbulkan gejolak, kebijakan tersebut harus diformalkan dan diberitahukan ke semua negara-negara sahabat. Dan ketika ada peristiwa penggantian Duta Besar, pihak Kementrian Luar Negeri sudah seharusnya mengkomunikasikan kebijakan tersebut kepada negara sahabat sehingga tidakterjadi keributan karena ada seorang Duta Besar untuk Indonesia yang terlanjur ditunjuk secara resmi padahal dia memiliki kewarganegaraan lebh dari satu. Bagaimana pendapat Kementrian Luar Negeri kita ya ?? Penutup Kembali lagi, saya persilahkan Anda untuk membaca dan memahaminya dengan seksama dan silahkan simpulkan sendiri.. You Decide Folks ! Salam Kompasiana (We don’t have to be a nazi or a revisionist or a Jew-hater to be critical of Israel)

Jangan lupa baca juga :

  1. [1] Belajar Dari Kesalahan Amerika Serikat Dalam Masalah Israel-Palestina : Integritas dan Independensi
  2. Ini Dia, Perang Email Antara Israel dengan Asosiasi Wartawan PBB !
  3. Kapal Israel Diboikot di AS! Pertamakali dalam Sejarah! Ekonomi Israel Bisa Terganggu!
  4. Israel Ketahuan Bohong Lagi !? Apa Iya !?
  5. Canadian Jewish Conggress Marah Atas Sumbangan United Church of Canada
  6. Pertemuan Nasional Pertama Yahudi Amerika Serikat Anti-Zionis !!
  7. Pssst! Ini Isi Surat Beberapa Anggota Konggres Kepada Presiden Amerika Soal Israel!
  8. Ini Pidato Rachel Corrie Ketika Masih Kelas 5 !
  9. Ada Kapal Mavi Marmara Palsu! Israel Ketahuan Bohongnya?! Masak Sih ?!
  10. Aktivis Merawat Tentara Israel yang Luka Tapi 9 Aktivis Ditembak Mati!
  11. Kartu Kredit Sudah Disita Israel, Tapi Ada yang Menggunakannya untuk Belanja!
  12. Ada Video Flotilla (1 Jam) Yang Lolos Dari Israel !
  13. Respon Dr Huwaida Arraf Terhadap Israel (1)
  14. Israel Menemukan Senjata Sangat Berbahaya di Kapal Mavri Marmara!
  15. Rachel Corrie Tewas Mengenaskan Karena Buldozer Israel
  16. Pernah Adakah Pembersihan Etnik Palestina !?
  17. Propaganda Negatif Terhadap Israel !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun