Mohon tunggu...
BUNGA DEA RANIA RIZKI
BUNGA DEA RANIA RIZKI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010147

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB | Dosen Pengampu: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak | Universitas Mercu Buana Jakarta | Prodi S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 1 - Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Menurut Aristoteles

9 Oktober 2024   22:35 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, sebagai seorang sarjana, kita dapat mengembangkan kebiasaan membaca, berpikir kritis, berdiskusi dengan cara yang sehat, dan memperlakukan orang lain dengan adil. Kebiasaan-kebiasaan ini akan membentuk karakter kita dan membawa kita lebih dekat kepada kebahagiaan sejati.

2. Mencari Keseimbangan (Doctrine of the Mean)

Salah satu prinsip utama dalam etika Aristoteles adalah doctrine of the mean, yaitu gagasan bahwa kebajikan terletak di antara dua ekstrem: kekurangan dan berlebihan. Misalnya, keberanian adalah kebajikan yang terletak di antara pengecut dan nekat. 

Dalam kehidupan seorang sarjana, kita harus mencari keseimbangan antara ambisi dan kesederhanaan, antara kerja keras dan waktu untuk bersantai. Dengan menemukan keseimbangan ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih harmonis.

3. Merenungkan Tindakan dan Tujuan Hidup

Sebagai sarjana, sering kali kita terjebak dalam rutinitas akademis dan karier tanpa merenungkan tujuan akhir dari tindakan kita. Aristoteles mengajarkan pentingnya refleksi dalam mencapai kebahagiaan. Dengan meluangkan waktu untuk merenungkan tindakan kita, kita dapat memastikan bahwa kita tidak hanya mengejar tujuan-tujuan material, tetapi juga tujuan moral yang lebih tinggi. 

Sebagai contoh, seorang sarjana dalam bidang hukum dapat merenungkan bagaimana ilmu yang dipelajarinya dapat digunakan untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat.

4. Berkontribusi dalam Masyarakat

Aristoteles percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial, dan kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai dalam konteks kehidupan sosial. Sebagai sarjana, kita memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada masyarakat. Etika kebahagiaan Aristoteles mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam isolasi, tetapi dalam hubungan kita dengan orang lain dan kontribusi kita untuk kebaikan bersama. 

Ini bisa diwujudkan melalui pengabdian masyarakat, penelitian yang bermanfaat bagi kesejahteraan publik, atau sekadar menjadi individu yang peduli dan berempati terhadap orang lain.

5. Mengembangkan Kebajikan Intelektual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun