Misalnya, sebagai seorang sarjana, kita dapat mengembangkan kebiasaan membaca, berpikir kritis, berdiskusi dengan cara yang sehat, dan memperlakukan orang lain dengan adil. Kebiasaan-kebiasaan ini akan membentuk karakter kita dan membawa kita lebih dekat kepada kebahagiaan sejati.
2. Mencari Keseimbangan (Doctrine of the Mean)
Salah satu prinsip utama dalam etika Aristoteles adalah doctrine of the mean, yaitu gagasan bahwa kebajikan terletak di antara dua ekstrem: kekurangan dan berlebihan. Misalnya, keberanian adalah kebajikan yang terletak di antara pengecut dan nekat.Â
Dalam kehidupan seorang sarjana, kita harus mencari keseimbangan antara ambisi dan kesederhanaan, antara kerja keras dan waktu untuk bersantai. Dengan menemukan keseimbangan ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih harmonis.
3. Merenungkan Tindakan dan Tujuan Hidup
Sebagai sarjana, sering kali kita terjebak dalam rutinitas akademis dan karier tanpa merenungkan tujuan akhir dari tindakan kita. Aristoteles mengajarkan pentingnya refleksi dalam mencapai kebahagiaan. Dengan meluangkan waktu untuk merenungkan tindakan kita, kita dapat memastikan bahwa kita tidak hanya mengejar tujuan-tujuan material, tetapi juga tujuan moral yang lebih tinggi.Â
Sebagai contoh, seorang sarjana dalam bidang hukum dapat merenungkan bagaimana ilmu yang dipelajarinya dapat digunakan untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat.
4. Berkontribusi dalam Masyarakat
Aristoteles percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial, dan kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai dalam konteks kehidupan sosial. Sebagai sarjana, kita memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada masyarakat. Etika kebahagiaan Aristoteles mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam isolasi, tetapi dalam hubungan kita dengan orang lain dan kontribusi kita untuk kebaikan bersama.Â
Ini bisa diwujudkan melalui pengabdian masyarakat, penelitian yang bermanfaat bagi kesejahteraan publik, atau sekadar menjadi individu yang peduli dan berempati terhadap orang lain.
5. Mengembangkan Kebajikan Intelektual