Kebajikan intelektual berkaitan dengan kemampuan rasional kita untuk berpikir dan membuat keputusan yang bijaksana, sementara kebajikan moral berkaitan dengan karakter dan tindakan kita sehari-hari.
Lebih lanjut, Aristoteles menekankan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui tindakan yang konsisten dan kebiasaan yang baik. Dalam kata lain, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, tetapi sesuatu yang dibangun melalui upaya yang terus menerus untuk menjadi lebih baik dan lebih bijaksana.
 Aristoteles juga menolak ide bahwa kekayaan, kekuasaan, atau kenikmatan material dapat menjadi sumber kebahagiaan yang sejati. Menurutnya, kebahagiaan tidak ditemukan di luar diri kita, tetapi dalam kualitas moral dan intelektual yang kita kembangkan.
WHY
MENGAPA ETIKA KEBAHAGIAAN ARISTOTELES PENTING BAGI SARJANA?
Sebagai seorang sarjana, kita tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang akademis yang kita pelajari, tetapi juga untuk mengembangkan karakter dan etika. Di sinilah pentingnya etika kebahagiaan Aristoteles.Â
Pendidikan tinggi, selain menawarkan pengetahuan teknis dan keterampilan, juga menjadi tempat bagi individu untuk mengasah pemikiran kritis, refleksi moral, dan pengembangan karakter yang baik.
1. Pendidikan untuk Kebajikan
Aristoteles percaya bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam pengembangan kebajikan. Pendidikan tinggi bukan hanya tentang keterampilan intelektual, tetapi juga tentang mengasah kebajikan moral.
 Sebagai seorang sarjana, kita ditantang untuk menjadi individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga berintegritas, jujur, dan adil. Pendidikan membantu kita untuk memahami bagaimana kita seharusnya hidup dan berperilaku sebagai individu yang baik.