Parade busana pun selesai dan kami dibubarkan untuk melakukan persiapan Pentas Seni alias Pensi di barak. Lanjut dengan shalat maghrib dan makan malam ga ikhlas pt.2. Waktu Pensi telah tiba. Setiap kelompok bergantian menampilkan yel-yel kelompok dan tampilan dari setiap kelompok. Yang termasuk paling populer adalah tampilan bernyanyi dan gombal. Ada juga yang menampilkan musikalisasi puisi, menari, drama dan membaca puisi.
Pas kakak OSIS nya tampil main gitar dan beberapa yang lainnya bernyanyi, tau-tau dimatiin lampunya. Yeu, pas lagi enak-enaknya seperempat tidur (emang aku bukan adek kelas panutan...), kita disuruh duduk siap. Singkat cerita, kita ditanyain seraya diteriakkan "Kalian solid gaa?!". Kami menjawab serentak "Siap, iya. Kak!" "SAKSI capek ga?!" tanyanya lagi. Ada yang menjawab "Siap iya kak!", ada yang menjawab "Siap tidak kak!" dan banyak yang golput dan tak menjawab.Â
Tiba-tiba kita kena hujatan kakak kelas. "Mana suaranyaa?!" "Katanya paling solid, mana solidnya?!" "Kalian ngerti bahasa Indonesia gasi?!" "SAKSI aja capek!" dan lain-lain. Ini baru beberapa contoh teriakkan yang terdengar di telinga (sebenernya di telinga kedengerannya agak berdengung gitu sih gara-gara suaranya kenceng banget).
Saat keadaan diam, sebuah lampu sorot menerangi dua kursi didepan hadapan kami. Kedua kursi itu diduduki Kak Azriel yang memegangi sebuah gitar dan Kak Dinara yang memegang sebuah mic. Lantunan suara Kak Dinara dan genjrengan (bahasa paan dah) gitar Kak Azriel berpadu dengan sangat baik. Kami semua menyimak dengan saksama penampilan itu. Saat lantunan musik itu berakhir, kak Azriel beranjak dari tempat duduknya dan memberikan kita ceramah singkat tentang OSIS nya minta maaf, sebenernya mereka sayang ama adek kelasnya inih, dan sebagainya.
Setelah kultum yang ga sampai tujuh menit itu selesai, kami kembali ke barak untuk beristirahat. Rasanya lega karena besok kami akan pulang, tapi aku sebenarnya ingin SAKSI lagi. Saat kedua mataku mulai terpejam, terdengar teriakkan dari siswi-siswi lainnya yang sedang meributkan tentang segerombolan tawon yang berterbangan sekeliling barak. Akhirnya, krisis tawon telah selesai dengan bantuan Pak Kasdi yang berhasil mengusirnya. Alhamdulillah bisa tidur juga.
Besoknya, kami senam, sarapan seperti biasa alias makan komando, membereskan semua bawaan kami kemudian paling serunya adalah melihat para guru-guru menembak di lapangan tembak. Lebih seperti waktu bebas gitu karena aku malah mengobrol dengan temen alih-alih melihat kearah lapangan tembak. Hanya sesekali tersentak karena seuara tembakannya. Disusul dengan pengumuman kelompok dengan yel-yel terbaik, tongkat terbaik, siswa dan siswi terbaik SAKSI 2019, dan ya gitu-gitulah. Setelah itu kami fotbar per kelas dan otw pulang ke Labschool.
Saat bus menyusuri jalanan hingga gerbang tol, aku sadar kalo aku udah SAKSI, acara yang kata kakak-kakak kelas termasuk paling memorable selama di bersekolah Labschool. Terselip diantara rasa bangga, senang, dan semangat yang masih membara, terdapat rasa rindu (ashiaap) yang bikin pengen SAKSI lagi. Insya Allah taun depan ke sangga buana lagi tapi pake jas sama tali komando biar kece gituu (okei penyakit tijelnya kambuh nih). Tetep aamiin sih.
Nah, gini nih yang namanya SAKSI. Kayaknya seru ya ga? Dijamin nyesel kalo ga ikut, tau. Ayo, tahun depan jangan lupa nih daftarin anaknya, adeknya, ato siapa aja kek ke SMP Labschool! tahun ini tesnya udah selesai dan tinggal menunggu hasil, so, tahun depan aja yaa... Okei sekian dari saya, kurang lebihnya mohon dimaafkan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H