Mohon tunggu...
Bunga Arista Rahayu
Bunga Arista Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Mercu Buana

NIM: 42321010028_Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak_Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Efektif oleh Martin Buber

24 September 2022   22:41 Diperbarui: 24 September 2022   22:44 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.media-amazon.com/images/I/41Tr+Mt2wSL._SY346_.jpg

Nama : Bunga Arista Rahayu

NIM : 42321010028

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Universitas Mercu Buana

Pengertian Komunikasi Secara Umum

Di dalam hidup ini, tentunya komunikasi sangat penting karena kita merupakan makhluk sosial yang setiap hari pastinya melakukan komunikasi baik itu kepada sesama manusia, benda, maupun kepada Tuhan dengan melalui doa. Secara umum, komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk bertukar informasi, dari satu tempat ke tempat, orang, atau ke kelompok yang lainnya. Berikut merupakan pengertian atau definisi komunikasi menurut beberapa ahli:

  • Menurut James A.F. Stoner, seorang profesor sistem manajemen, komunikasi merupakan suatu proses pada seseorang yang berusaha untuk memberikan pengertian dan informasi dengan cara menyampaikan pesan kepada orang lain. 
  • Menurut Everett M Rogers, komunikasi adalah proses pengalihan ide dari satu sumber ke satu penerima atau lebih dengan tujuan agar mengubah tingkah laku.
  • Menurut William F. Glueck, pengertian dari komunikasi terbagi menjadi 2 yaitu komunikasi Antarpribadi (Interpersonal communications), yaitu proses saling bertukar informasi serta pemindahan pengertian antara dua individu atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. Dan komunikasi Dalam Organisasi (Organization Communications), yaitu proses di mana pembicara memberikan informasi secara sistematis dan memindahkan pengertian kepada orang-orang di dalam organisasi dan juga kepada orang-orang dan lembaga-lembaga di luar organisasi namun masih terkait dengan organisasi tersebut.

Komunikasi juga dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan cara penyampaiannya yaitu ada komunikasi verbal (lisan) dan komunikasi non verbal (tertulis), kemudian berdasarkan maksud dan tujuannya yaitu seperti pidato wawancara, dan lain-lain, kemudian yang terakhir berdasarkan ruang lingkupnya yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal.

Ada seorang filsafat yang bernama Martin Buber meneliti mengenai komunikasi yang dilakukan manusia kepada sesama. Martin Buber memiliki peran yang besar dalam bisang filsafat dan teologi, dan salah satu pemikiran milik Buber yang paling berpengaruh adalah filsafat dialogisnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Stephen Pako, selain memberikan pengaruh di dalam bidang filsafat dan teologi, Martin Buber juga memberikan pengaruh di bidang-bidang yang lainnya seperti psikologi, sosiologi, biblical criticism atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah kritik alkitabiah, dan yang terakhir yaitu pendidikan. Sebelum membicarakan mengenai pemikirannya, kita perlu terlebih dahulu mengenal lebih dekat lagi siapakah Martin Buber itu.

Latar Belakang atau Biografi Martin Buber 

Martin Buber merupakan seorang filsafat kelahiran Wina, Austria pada tanggal 8 Februari 1878. Ketika ia berumur 3 tahun, kedua orang tuanya bercerai kemudian Martin Buber menghabiskan masa kecilnya di Galicia, di rumah kakeknya yang merupakan seorang pengusaha dan sarjana sastra rabbi terkenal yang bernama Solomon Buber yang berasal dari Ibrani. Sejak kecil Buber sudah diperkenalkan dengan karya penulis-penulis Jerman yang terkenal oleh kakek dan neneknya. Ayah Buber menikah lagu pada saat ia berusia 14 tahun, kemudian ia kembali tinggal bersama orang tuanya di Lemberg. Ia menyelesaikan studinya pada usia 17 tahun kemudian ia mempelajari filsafat dan sejarah dunia di universitas Wina, Leipzig, Berlin, dan Zrich dari 1896-1900. Buber merupakan profesor filsafat agama dan etika Yahudi di Frankfurt, satu-satunya ketua agama Yahudi di universitas Jerman. Ia mendirikan Freies Jdisches Lehrhaus bersama dengan Franz Rosenzweig pada tahun 1920,yaitu sebuah institut untuk pendidikan Yahudi. Ia diangkat sebagai profesor sosiologi agama di Universitas Ibrani, ketika ia berangkat ke Palestina. Karena ketertarikannya terhadap Hasidisme, ia kemudian mempelajari Hasidisme dengan sungguh-sungguh, serta ia memutuskan untuk mundur dari semua aktivitas menulis dan mengajarnya selama 5 tahun. Pada tahun 1951, ketika Buber menginjak umurnya yang ke-73 (tujuh puluh tiga), ia memutuskan untuk pensiun dari Hebrew University kemudian tinggal di Yerusalem.

Penelitian yang Dilakukan oleh Buber

Martin Buber meneliti mengenai hubungan antar manusia, yang kemudian pandangan filsafat dialogisnya itu ia tuangkan dalam bukunya yaitu yang berjudul "Ich und Du" (I and Thou atau aku dan engkau) yang diterbitkan di tahun 1923. Menurutnya, manusia pada dasarnya hidup dalam sebuah relasi yaitu adanya timbal balik antar manusia dan sekitarnya, seperti antara "aku" dengan "kau" dan "itu". Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri-sendiri atau terisolir. Martin Buber menakankan pemikirannya kepada fusion atau penyatuan, yaitu manusia yang saling bertemu harus menyatu atau melebur, sehingga tercipta hubungan sosial yang baik pula. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh mistisisme atau suatu paham yang serba mistis. 

https://m.media-amazon.com/images/I/41Tr+Mt2wSL._SY346_.jpg
https://m.media-amazon.com/images/I/41Tr+Mt2wSL._SY346_.jpg

Ich-Es atau I-It atau Aku dan Itu

Ich-Es atau I-It yang dalam bahasa Indonesia adalah Aku dan Itu menurut Martin Buber merupakan Erfahrung dalam bahasa Jerman, yaitu dunia ini yang berkaitan dengan benda-benda. Dalam hal ini manusia tidak bergantung pada kebebasan benda-benda tersebut, berarti manusia dapat dengan penuh kebebasan mengatur benda-benda yang ada di sekelilingnya. Benda tersebut berarti memiliki kontribusi di dalam relasi hidup manusia. Bagi Buber manusia selalu memiliki relasi atau hubungan timbal balik (mutual), sehingga relasi ini tidak dapat dipakai dalam hubungan antar manusia. Karena jika manusia memakai relasi ini, maka manusia tersebut dapat memiliki kebiasaan mengatur dan menguasai manusia yang lainnya. 

Ich-Du atau I-Thou atau Aku dan Engkau

Ich - Du atau I - Thou yang dalam bahasa Indonesia adalah Aku dan Engkau yaitu manusia bukanlah makhluk asing,atau yang lebih kita kenal sebagai manusia merupakan makhluk sosial. Bagi Buber, hidup manusia terbagi menjadi dua (2) wilayah yang besar yaitu institusi dan perasaan. Institusi merupakan wilayah luar dari diri manusia, sedangkan perasaan atau feeling merupakan yang ada pada dalam diri manusia. Hubungan timbal balik manusia bukan kita yang membangun, melainkan berjalan seiring waktu karena kita tidak dapat menghindari relasi tersebut. Bagi Buber, satu hal yang harus dimiliki manusia yaitu, relasi dengan institusi dan perasaan agar relasi tersebut tetap utuh atau berhubungan dengan baik. 

Hubungan Manusia Dengan Eternal Thou

Bagi Buber, ada hubungan yang relasinya sangat kuat yaitu hubungan manusia dengan Allah. Buber menegaskan bahwa Thou dan Eternal Thou berbeda, walaupun hubungan Eternal Thou berada di dalam relasi I-Thou. Ia menyatakan bahwa manusia tidak boleh memperlakukan Allah sebagai objek, karena manusia dan Allah memiliki relasi atau hubungan saling membutuhkan. Allah membutuhkan manusia dan manusia juga membutuhkan Allah. Mengutip dari pernyataan Schleiermacher, Buber berpendapat bahwa manusia harus memiliki feeling of dependence atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu perasaan ketergantungan yang lebih tepatnya creature-feeling. Itu merupakan kesadaran penuh sebagai manusia, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki ketergantungan kepada Allah sang Penciptanya. Pertemuan atau relasi manusia dengan Eternal Thou bersifat spontan sama dengan relasi atau hubungan manusia dengan Thou. 

Lingkup Relasi di Dalam Hidup Manusia

Terdapat tiga (3) lingkup relasi di dalam hidup manusia, yaitu:

  • Pertama yaitu, hidup bersama dengan alam: dalam lingkup relasi ini berada di bawah wilayah bahasa bagi Buber
  • Kedua yaitu, hidup bersama dengan manusia yang lain: dalam lingkup relasi ini sudah memasuki wilayah bahasa bagi Buber, serta nyata dan jelas, dan
  • Ketiga yaitu, hidup bersama dengan makhluk spiritual (spiritual beings) dalam lingkup relasi ini tidak memiliki bahasa namun kita dapat menciptakannya.

Dari ketiga lingkup relasi diatas, manusia memiliki 2 relasi yang paling mendasar (penting) atau fundamental. Yang pertama adalah  adalah I - It, dalam relasi yang kedua ini hal-hal yang lainnya diperlakukan sebagai objek oleh manusia, yaitu kebalikan dari relasi yang kedua yaitu I - Thou. Relasi atau hubungan I-Thou yaitu jika manusia memiliki relasi ini maka ia dapat menjadi pribadi yang utuh serta dapat menemukan jati dirinya dan tujuan dalam hidupnya. Relasi I-Thou dapat dilihat dalam hubungan sesama manusia, maupun hubungan antara manusia dengan alam dan makhluk spiritual (spiritual beings). Relasi I-Thou yang dapat terlihat paling jelas bagi Buber yaitu di dalam hubungan pernikahan, karena sebagai pasangan suami istri mereka menunjukkan rasa kasih kepada pasangannya.

Hubungan I-It dengan I-Thou

Namun, menurut Buber sendiri manusia juga memerlukan hubungan I-It, karena relasi tersebut tidak selamanya jahat jika manusia dapat memanfaatkan hubungan tersebut dengan benar, seperti tidak memanipulasi atau memperalat hubungan atau relasi tersebut. Ia pernah mengatakan "and in all seriousness of truth, listen: without It a human being cannot live. But whoever lives only with that is not human." Yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah "dan dengan segala keseriusan kebenaran, dengar: tanpanya manusia tidak bisa hidup. Tapi siapa pun yang hidup hanya dengan itu bukanlah manusia."

Dalam perspektif Buber, tanggung jawab kita sebagai sesama manusia adalah saling bertanggung jawab jika saling bertemu. Karena, sebuah objek atau pihak lain yang kita temui menginginkan respon dan juga perhatian dari kita. Buber menuliskan manusia sebagai "anak kecil" yang ingin dipegang, dibantu, serta membutuhkan perhatian, sentuhan, dan respon dari kita. Arti dari Buber menerangkan seseorang sebagai "anak kecil" yaitu bahwa Buber ingin manusia menyadari bahwa seluruh umat manusia juga menginginkan sebuah relasi atau hubungan atau perjumpaan yang baik. Karena itu kita memiliki tanggung jawab sebagai sesama manusia bahwa kita bisa membuat setiap orang atau pihak lain menjadi "dewasa".

Manusia yang lebih cenderung memperlakukan sesamanya manusia sebagai sebuah benda bukan manusia bisa saja terjadi dengan cara menjelaskan relasi manusia oleh Buber. Salah satu hal yang dapat mengubah hidup manusia agar memperlakukan manusia sebagai manusia, bukan sebagai benda adalah manusia sadar bahwa hidupnya berada di keabadian bersama dengan Sang Pencipta. 

Kesimpulan / Penutup

Manusia memiliki kuasa untuk menaklukan benda-benda yang ada di sekitarnya, karena benda yang berada di sekitarnya tidak bisa bergerak untuk pertahankan keberadaannya di hadapan para manusia. Berbeda dengan relasi manusia dengan manusia yang lainnya, manusia tidak memiliki kekuasaan penuh terhadap manusia yang lainnya karena manusia memiliki kekuatan untuk berelasi sehingga manusia bisa melawan manusia yang lain saat diperlakukan tidak adil. Relasi terkuat manusia adalah pertemuan manusia dengan Penciptanya yaitu Tuhan atau Allah. Bagi Buber manusia dan Allah memiliki sifat relasi yang sama seperti hubungan manusia dengan manusia lainnya yaitu spontan, yang berarti terjadi begitu saja tanpa ada persiapan atau rencana sebelum terjadinya relasi tersebut. Berbeda dengan hubungan manusia dengan benda yang masih bisa dipersiapkan atau direncanakan, seperti "apa tindakan yang akan dilakukan terhadap benda tersebut". Martin Buber yang merupakan seorang panentheisme percaya bahwa Allah dapat ditemui dimana pun, kapan pun, dan dalam bentuk apa pun, seperti hewan, tumbuh -tumbuhan, dan benda- benda lain di sekitar, namun   bukan berarti seorang penganut panentheisme memandang bahwa Allah sama dengan segala hal atau sesuatu.

Sumber :

http://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/32/4.%20Pancha%20Yahya%20Martin%20Buber.pdf?sequence=3&isAllowed=y

https://journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/view/1448/1390

https://feelsafat.com/2022/02/martin-buber.html

https://mediaindonesia.com/humaniora/441010/apa-sih-yang-dimaksud-dengan-komunikasi#:~:text=Menurut%20James%20AF%20Stoner%2C%20pengertian,menyampaikan%20pesan%20kepada%20orang%20lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun