Mohon tunggu...
Bunga Arista Rahayu
Bunga Arista Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Mercu Buana

NIM: 42321010028_Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak_Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Efektif oleh Martin Buber

24 September 2022   22:41 Diperbarui: 24 September 2022   22:44 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari ketiga lingkup relasi diatas, manusia memiliki 2 relasi yang paling mendasar (penting) atau fundamental. Yang pertama adalah  adalah I - It, dalam relasi yang kedua ini hal-hal yang lainnya diperlakukan sebagai objek oleh manusia, yaitu kebalikan dari relasi yang kedua yaitu I - Thou. Relasi atau hubungan I-Thou yaitu jika manusia memiliki relasi ini maka ia dapat menjadi pribadi yang utuh serta dapat menemukan jati dirinya dan tujuan dalam hidupnya. Relasi I-Thou dapat dilihat dalam hubungan sesama manusia, maupun hubungan antara manusia dengan alam dan makhluk spiritual (spiritual beings). Relasi I-Thou yang dapat terlihat paling jelas bagi Buber yaitu di dalam hubungan pernikahan, karena sebagai pasangan suami istri mereka menunjukkan rasa kasih kepada pasangannya.

Hubungan I-It dengan I-Thou

Namun, menurut Buber sendiri manusia juga memerlukan hubungan I-It, karena relasi tersebut tidak selamanya jahat jika manusia dapat memanfaatkan hubungan tersebut dengan benar, seperti tidak memanipulasi atau memperalat hubungan atau relasi tersebut. Ia pernah mengatakan "and in all seriousness of truth, listen: without It a human being cannot live. But whoever lives only with that is not human." Yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah "dan dengan segala keseriusan kebenaran, dengar: tanpanya manusia tidak bisa hidup. Tapi siapa pun yang hidup hanya dengan itu bukanlah manusia."

Dalam perspektif Buber, tanggung jawab kita sebagai sesama manusia adalah saling bertanggung jawab jika saling bertemu. Karena, sebuah objek atau pihak lain yang kita temui menginginkan respon dan juga perhatian dari kita. Buber menuliskan manusia sebagai "anak kecil" yang ingin dipegang, dibantu, serta membutuhkan perhatian, sentuhan, dan respon dari kita. Arti dari Buber menerangkan seseorang sebagai "anak kecil" yaitu bahwa Buber ingin manusia menyadari bahwa seluruh umat manusia juga menginginkan sebuah relasi atau hubungan atau perjumpaan yang baik. Karena itu kita memiliki tanggung jawab sebagai sesama manusia bahwa kita bisa membuat setiap orang atau pihak lain menjadi "dewasa".

Manusia yang lebih cenderung memperlakukan sesamanya manusia sebagai sebuah benda bukan manusia bisa saja terjadi dengan cara menjelaskan relasi manusia oleh Buber. Salah satu hal yang dapat mengubah hidup manusia agar memperlakukan manusia sebagai manusia, bukan sebagai benda adalah manusia sadar bahwa hidupnya berada di keabadian bersama dengan Sang Pencipta. 

Kesimpulan / Penutup

Manusia memiliki kuasa untuk menaklukan benda-benda yang ada di sekitarnya, karena benda yang berada di sekitarnya tidak bisa bergerak untuk pertahankan keberadaannya di hadapan para manusia. Berbeda dengan relasi manusia dengan manusia yang lainnya, manusia tidak memiliki kekuasaan penuh terhadap manusia yang lainnya karena manusia memiliki kekuatan untuk berelasi sehingga manusia bisa melawan manusia yang lain saat diperlakukan tidak adil. Relasi terkuat manusia adalah pertemuan manusia dengan Penciptanya yaitu Tuhan atau Allah. Bagi Buber manusia dan Allah memiliki sifat relasi yang sama seperti hubungan manusia dengan manusia lainnya yaitu spontan, yang berarti terjadi begitu saja tanpa ada persiapan atau rencana sebelum terjadinya relasi tersebut. Berbeda dengan hubungan manusia dengan benda yang masih bisa dipersiapkan atau direncanakan, seperti "apa tindakan yang akan dilakukan terhadap benda tersebut". Martin Buber yang merupakan seorang panentheisme percaya bahwa Allah dapat ditemui dimana pun, kapan pun, dan dalam bentuk apa pun, seperti hewan, tumbuh -tumbuhan, dan benda- benda lain di sekitar, namun   bukan berarti seorang penganut panentheisme memandang bahwa Allah sama dengan segala hal atau sesuatu.

Sumber :

http://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/32/4.%20Pancha%20Yahya%20Martin%20Buber.pdf?sequence=3&isAllowed=y

https://journal.unpar.ac.id/index.php/melintas/article/view/1448/1390

https://feelsafat.com/2022/02/martin-buber.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun