Kurangnya kontrol dan pengawasan dari orangtua dalam beberapa hal terkait pembatasan jam malam khususnya pada anak perempuan, kurang memperhatikan pergaulan anaknya (tidak melihat dengan siapa anaknya berteman), serta terlalu membebaskan pilihan anaknya untuk melakukan hal - hal yang disukai tanpa membuat batasan yang jelas dalam bergaul dengan lingkungan sosialnya.
Faktor penyebab married by accident selain dari kurangnya pengawasan dan kontrol orang tua adalah disebabkan dengan peran teman sebaya yang mempengaruhi pemuda dalam menjadikan peristiwa married by accident menjadi hal yang biasa. Seperti yang kita tahu bahwa lingkungan pertemanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku individu.Â
Pertemanan juga menjadi salah satu tahap sosialisasi nilai setelah melewati tahap internal di dalam keluarga. Peranan teman sebaya terutama berkaitan dengan sikap, perkataan, minat, penampilan, dan perilaku seseorang dapat  berdampak negatif yang menyebabkan terjadinya married by accident. Pemuda biasanya melakukan perilaku konformitas pada perilaku teman sebayanya.Â
Dalam melakukan konformitas tersebut, terkadang remaja tidak dapat menganalisis perilaku yang baik dan buruk dan cenderung menjadi terjerumus. Remaja dapat terlena oleh perkataan dan perilaku teman sebaya yang sudah lebih dulu melakukan married by accident dan mempromosikan itu kepada lingkungan pertemanannya, sehingga perilaku married by accident ditetapkan sebagai hal yang biasa dan umum pada kalangan pemuda perkotaan.
Selain itu, kurangnya penyuluhan ataupun sosialisasi terkait sex education (edukasi seksual) yang ditanamkan kepada kalangan anak muda di Indonesia. Sex Education dianggap jorok, tabu, dan menyimpang dari nilai masyarakat Indonesia.Â
Padahal, sex education merupakan suatu usaha untuk mencerdaskan muda -- mudi terkait penyakit sex yang akan timbul ketika berganti pasangan serta memberikan pengetahuan tentang dampak negatif yang akan dirasakan anak muda khususnya perempuan setelah melakukan seks bebas dan married by accident.Â
Edukasi seksual yang diberikan pada generasi muda berbentuk tayangan film seperti "dua garis biru" "dibalik jendela SMP" dan film "married by accident". Namun, sulit untuk mengeluarkan film yang bertemakan edukasi seksual, karena biasanya akan diprotes oleh masyarakat konvensional yang merasa film tersebut terlalu tabu.
Terakhir, penyebab eksternal yang menyumbang kasus married by accident adalah karena konten -- konten porno yang tersebar di internet dan media sosial. Situs porno dan konten -- konten percintaan yang disebarkan di internet akan merusak mental anak-anak muda sehingga berfikiran bahwa hubungan seks yang dilihat di internet merupakan hal yang wajar dilakukan di dalam hubungan pacaran.
Peristiwa married by accident yang terjadi di kalangan pemuda akhir -- akhir ini menimbulkan dampak negatif bagi pelaku maupun bagi orang lain disekitarnya. Married by accident adalah kasus hamil di luar nikah yang dimana kedua orang tua terpaksa menikahkan anaknya dikarenakan untuk menutupi aib keluarga. Namun, setelah dinikahkan biasanya terjadi berbagai masalah yang timbul akibat married by accident tersebut. Married by accident merupakan pernikahan yang tidak direncanakan. Dengan demikian pernikahan yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan secara tergesa akan menghasilkan berbagai ketidaksiapan.
Dampak yang dirasakan oleh pelaku married by accident biasanya merugikan pihak perempuan, meskipun pihak lelaki juga mendapat kerugian. Dampak yang dirasakan berdasarkan aspek sosial yaitu pelaku MBA akan mendapatkan cemooh serta dikucilkan di dalam lingkungan sekitar dan kemungkinan akan menarik diri dari lingkungan. Kemudian dari aspek psikologis, pelaku kemungkinan merasa malu dan merasa rendah diri.Â
Dalam hal ini dikarenakan kurangnya kesiapan mental dalam berumah tangga pada masa remaja sehingga dapat menyebabkan KDRT atau perceraian dini yang disebabkan oleh ketidakmampuan pelaku menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi di dalam rumah tangga.Â