Mohon tunggu...
Markus Kristiyanto
Markus Kristiyanto Mohon Tunggu... Sales - Anak Bangsa

Membaca jadi tahu Menulis jadi paham Bertindak jadi terampil ...

Selanjutnya

Tutup

Money

Kondisi Ekonomi dan Pertanian di Tengah Badai Wabah Virus Corona

1 Mei 2020   11:46 Diperbarui: 1 Mei 2020   12:10 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana sebagian besar angkatan kerjanya bergerak pada sektor pertanian.. Sektor pertanian di Indonesia selama ini telah  menjadi tulang punggung dari perekonomian dan pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan sebagai sumber penyediaan bahan baku industri lainnya. Sektor pertanian juga berperan dalam memeratakan pembangunan melalui upaya pengentasan kemiskinan dan perbaikan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian selama ini mempunyai peranan penting bagi perekonomian khususnya dan ikut berperan dalam menjaga stabilitas pangan  nasional.

Sektor pertanian menyerap 28,79 % dari total angkatan kerja di Indonesia (BPS, 2018) dan menyumbang 13.53% terhadap ekonomi nasional (BPS, 2017).   Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian  sejak 2013-2018 secara konsisten menunjukkan tren positif.  Pada 2013 PDB sektor pertanian sebesar Rp 847,8 triliun, dan terus meningkat masing-masing menjadi Rp 880,4 triliun pada 2014, dan Rp 906,8 triliun pada 2015. Pada 2016 menjadi Rp 936,4 triliun, pada 2017 menjadi Rp 969,8 triliun dan pada 2018 menjadi Rp 1005,4 triliun.

Selain tumbuh positif, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. Pada 2014 sektor pertanian berkontribusi sekitar 13,14% terhadap ekonomi nasional, dan 2017 meningkat menjadi 13,53%.

Salah satu faktor yang mendongkarak peningkatan PDB pertanian Indonesia adalah meningkatnya ekspor produk-produk pertanain. Pada kurun waktu  yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9-10 juta ton. Jika pad 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton.

Dari nilai ekspor juga meningkat pesat. Nilai ekspor 2018 mencapai 499,3 triliun atau meningkat 29,7% dibandingkan 2015.  Total ekspor yang dihimpun selama kurun waktu  waktu 2015- 2018 adalah Rp 1.764 triliun.

Berdasarkan catatan BPS, neraca perdagangan hasil pertanian Indonesia pada 2018 mengalami surplus senilai US$10 miliar atau setara Rp 139,6 triliun. Nilai ekspor sebesar US$29 miliar sedangkan nilai impor hanya US$19 miliar.

Namun belakangan ini dengan berkembangnya virus Corona di seluruh dunia telah menyebabkan kekuatiran akan dampak yang lebih jauh terhadap ekonomi, sosial dan keamanan tak terkecuali juga pada sektor pertanian.

Wabah virus Corona diawali dari Wuhan, China pada bulan Desember 2019.  Pada Bulan Maret 2020 WHO telah mengumumkan bahwa virus Corona ini merupakan pandemik global yang harus diselesaikan bersama-sama karena sudah meluas di setiap negara.

Di sektor perekonomian, wabah  virus Corona salah satunya telah menyebabkan kurs dollar terhadap rupiah meninggi hingga mencapai Rp 16.000/$US. Bahkan laporan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan terjadi penurunan dalam beberapa waktu yang lalu..

Ada banyak lini bisnis yang terkena dampak wabah virus Corona salah satunya adalah di sektor pariwisata terutama hotel dan restoran yang merupakan sektor yang terkena dampak langsung dan pertama kali dari wabah Corona ini.  Demikian juga dengan sektor transportasi seperti penerbangan, taksi dan ojek online juga terkena imbas yang luar biasa. 

Kegiatan perdagangan terutama yang berlokasi di pusat-pusat perbelanjaan baik mall maupun pusat-pusat grosir menjadi sepi bahkan banyak yang tutup..  Dampak dari merosotnya kegiatan bisnis di sektor-sektor tersebut adalah terjadinya pengurangan pekerja. Menurut data terakhir , di bulan April yang lalu telah terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mencapai 1,24 juta pekerja dari sektor formal.  Sementara di sektor informal mencapai 265 ribu pekerja.

Dari informasi yang didapat pertumbuhan ekonomi di Triwulan I (Kuartal I) adalah sebesar 4,9 persen dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada Triwulan II dan III 2020. Secara umum pertumbuhan ekonomi akan menurun , ini merupakan imbas dari penurunan ekonomi global akibat wabah virus Corona yang menjangkiti berbagai negara. Perekonomian nasional diperkirakan kembali membaik mulai kuartal IV 2020.  Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diprakirakan dapat menuju 2,3 %.

Sementara menurut perkiraan Analyst Moody’s pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3 persen pada tahun ini dan akan kembali membaik menjadi 4,3 persen pada 2021.  Sedangkan menurut perkiraan Bank Indonesia (BI) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diperkirakan menyentuh angka 4,2 hingga 4,6 persen, lebih rendah dari prediksi awal sebesar 5,2 hingga 5,6 persen. Hal ini seiring juga penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,5 persen dari prediksi awal 3 persen. Diperkirakan ketika penyebaran virus Corona sudah mereda 2021, ekonomi dunia akan bangkit kembali. Pada 2021 mendatang jika prakiraan virus Corona sudah mereda, pertumbuhan ekonomi akan pulih menjadi 3,7 persen, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,4 persen.

Selama ini wabah Corona di Indonesia masih berkonsentrasi mayoritas di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta banten.  Jika dilihat dari penyebarannya, Pulau Jawa menjadi tempat terbesar dari penularan virus tersebut.  Selama ini Pulau Jawa menjadi wilayah yang memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian Indonesia, lebih 57 persen. Apapun kondisi wilayah ini akan memberikan pengaruh besar dari sisi prospek ekonomi dan kegiatan ekonomi masyarakat.

Di sisi lain selama ini diyakini bahwa sektor pertanian dinilai sebagai  sektor non migas yang paling bertahan dari berbagai gejolak dan krisis, termasuk dengan  terjadinya wabah Corona saat ini.  Sektor pertanian menjadi pengaman dan memiliki peluang bertahan dalam menghadapi wabah virus Corona.

Sektor pertanian memiliki nilai ekonomi yang dapat membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global, termasuk krisis yang diakibatkan wabah virus Corona saat ini. Hal tersebut karena sektor pertanian selalu menjadi kebutuhan sehari-hari dan pengerjaannya tidak terlalu sulit dan hanya memakan waktu yang relatif singkat. Kondisi yang terjadi saat ini justru harusnya dijadikan momentum untuk menggenjot produksi pertanian seperti buah dan sayur sayuran serta komoditas perkebunan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sekaligus meredam impor.  Jika produksi pertanian mampu meningkat tajam selama 3 kuartal ke depan, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu negara pengeskpor bahan pangan yang mumpuni.

Menurut Mark Stephenson Dan Dr john Shutske dari University of Wisconsin-Madison ada enam hal spesifik yang perlu diperhatikan oleh para petani dan para pemangku kepentingan di sektor pertanian  sehubungan dengan serangan wabah virus Corona ini, yaitu:

1.Harga Pasar dan Pertanian

Dengan diberlakukannya pembatasan “Jarak Sosial” dan juga pembatasan pergerakan barang dan jasa antar daerah yaitu mengurangi perjalanan, menghindari keramaian, penutupan dan praktik perlindungan lainnya untuk memperlambat penyebaran Coron, masyarakat akan membuat pilihan sulit tentang makanan, makan jauh dari rumah dan tidak normalnya pengeluaran keseluruhan. Situasi ini akan mempengaruhi stabilitas supply dan demand barang dan jasa serta harga yang dimungkinkan meningkat.

2. Rantai Pasokan Melambat dan Kekurangan

Peran logistik terganggu dan upaya-upaya dilanjutkan untuk memperlambat penyebaran virus, berbagai sektor industri yang terhubung sudah terkena dampaknya.  Dengan beberapa produk, “Pembelian Panik” menciptakan kekwatiran tambahan

3. Kesehatan Petani

Data dari banyak negara menunjukkan bahwa wabah Corona memiliki tingkat keparahan yang jauh lebih tinggi bagi mereka yang berusia 60-an tahun dan sebagian besar petani memiliki usia yang sudah lanjut usia yang berarti bahwa rekomendasi pencegahan dan perlindungan dari serangan virus Corona sangat penting untuk dilakukan.  Sensus pada tahun 2017 menunjukkan usia rata-rata  pekerja pertanian hampir 58 tahun, setidaknya sepuluh tahun lebih tua dari pekerja di sebagian besar sektor lainnya.

Tidak seperti industri lainnya, operator pertanian 26% berusia 65 tahun keatas, 11,7%persen operator pertanian utama berusia 75 tahun keatas. Jika wabah virus Corona ini tidak terbendung hingga menembus petani maka dampaknya akan menimbulkan kepanikan aktivitas dan akan menyebabkan keterpurukan produksi pangan. Data dari negara lain yang telah melakukan pengujian yang lebih luas menunjukkan bahwa virus Corona memiliki tingkat keparahan yang jauh lebih tinggi bagi mereka yang berusia 60-an dan lebih tua, yang berarti bahwa rekomendasi pencegahan dan perlindungan harus menjadi perhatian serius pemerintah serta kesadaran masyarakat untuk waspada.

4. Tenaga Kerja Pertanian

Jikapun tingkat infeksi populasi secara umum tetap relatif  rendah, kemungkinan kita akan melihat beberapa pekerja yang akhirnya sakit.  Tetapi mungkin yang lebih penting, jika tingkat infeksi tetap rendah (satu digit), sangat mungkin bahwa pekerja harus keluar dari pekerjaan terutama dengan penutupan sekolah dan atau pekerja yang perlu tinggal di rumah untuk merawat orang sakit atau lanjut usia, anggota keluarga. Ketakutan akan kejadian ini dan kurangnya informasi juga dapat menyebabkan tingkat ketidakhadiran yang tinggi  

5. Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD)

Adanya keterbatasan  APD dan peralatan pelindung lainnya yang vital bagi kesehatan dan keselamatan  para pekerja pertanian .

6. Gangguan Lainnya

Populasi yang sedikit dan perjalanan yang jarang dapat memberikan jarak sosial yang alami bagi masyarakat pedesaan tetapi ada tantangan yang mungkin dihadapi penduduk pedesaan  Banyak tempat berkumpul, seperti sekolah dan tempat ibadah ditutup dan dihimbau menghentikan rutinitas dan acara normal. Sebagai gantinya , dibanyak tempat dan untuk para pelajar dan mahasiswa, kelas dan layanan diajarkan secara inline. Hal ini mungkin sulit bagi penduduk pedesaan karena layanan internet berkecepatan tinggi belum tersedia secara merata.

Pemerintah dalam hal ini telah menghimbau dan mendesak masyarakat termasuk juga masyarakat yang ada di pedesaan untuk mengambil tindakan pencegahan yang wajar untuk membatasi penyebaran penyakit dan pengaruhnya terhadap usaha pertanian dan kehidupan.  Menindak adanya penimbunan persediaan pangan dan tidak merekomendasikannya karena akan menyebabkan masalah yang lebih besar untuk sektor pertanian di tengah wabah virus Corona. Ketersediaan input produksi seperti: benih, pupuk, pestisida dan peralatan pertanian, stabilitas harga dan kepastian pasar akan menciptakan keberlangsungan usaha pertanian.

Namun jika perkembangan wabah virus Corona ini makin meluas seiring dengan tidak disiplinnya masyarakat dalam menerima himbauan pemerintah serta keterbatasan pemerintah dalam memaksimalkan pencegahan dan penanganan maka diprediksi wabah virus Corona inipun pada akhirnya akan menghantam eksistensi sektor pertanian. Jika hal itu terjadi maka wabah Corona akan melahirkan anak yang bernama wabah Kelaparan dan jika itu terus berlangsung maka virus Corona akan mempunyai cucu dan cicit yang bernama wabah Kekacauan dan wabah Kehancuran.

Jaya Indonesia !!!

#Dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun