Dari informasi yang didapat pertumbuhan ekonomi di Triwulan I (Kuartal I) adalah sebesar 4,9 persen dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada Triwulan II dan III 2020. Secara umum pertumbuhan ekonomi akan menurun , ini merupakan imbas dari penurunan ekonomi global akibat wabah virus Corona yang menjangkiti berbagai negara. Perekonomian nasional diperkirakan kembali membaik mulai kuartal IV 2020. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diprakirakan dapat menuju 2,3 %.
Sementara menurut perkiraan Analyst Moody’s pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3 persen pada tahun ini dan akan kembali membaik menjadi 4,3 persen pada 2021. Sedangkan menurut perkiraan Bank Indonesia (BI) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diperkirakan menyentuh angka 4,2 hingga 4,6 persen, lebih rendah dari prediksi awal sebesar 5,2 hingga 5,6 persen. Hal ini seiring juga penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,5 persen dari prediksi awal 3 persen. Diperkirakan ketika penyebaran virus Corona sudah mereda 2021, ekonomi dunia akan bangkit kembali. Pada 2021 mendatang jika prakiraan virus Corona sudah mereda, pertumbuhan ekonomi akan pulih menjadi 3,7 persen, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,4 persen.
Selama ini wabah Corona di Indonesia masih berkonsentrasi mayoritas di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta banten. Jika dilihat dari penyebarannya, Pulau Jawa menjadi tempat terbesar dari penularan virus tersebut. Selama ini Pulau Jawa menjadi wilayah yang memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian Indonesia, lebih 57 persen. Apapun kondisi wilayah ini akan memberikan pengaruh besar dari sisi prospek ekonomi dan kegiatan ekonomi masyarakat.
Di sisi lain selama ini diyakini bahwa sektor pertanian dinilai sebagai sektor non migas yang paling bertahan dari berbagai gejolak dan krisis, termasuk dengan terjadinya wabah Corona saat ini. Sektor pertanian menjadi pengaman dan memiliki peluang bertahan dalam menghadapi wabah virus Corona.
Sektor pertanian memiliki nilai ekonomi yang dapat membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global, termasuk krisis yang diakibatkan wabah virus Corona saat ini. Hal tersebut karena sektor pertanian selalu menjadi kebutuhan sehari-hari dan pengerjaannya tidak terlalu sulit dan hanya memakan waktu yang relatif singkat. Kondisi yang terjadi saat ini justru harusnya dijadikan momentum untuk menggenjot produksi pertanian seperti buah dan sayur sayuran serta komoditas perkebunan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sekaligus meredam impor. Jika produksi pertanian mampu meningkat tajam selama 3 kuartal ke depan, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu negara pengeskpor bahan pangan yang mumpuni.
Menurut Mark Stephenson Dan Dr john Shutske dari University of Wisconsin-Madison ada enam hal spesifik yang perlu diperhatikan oleh para petani dan para pemangku kepentingan di sektor pertanian sehubungan dengan serangan wabah virus Corona ini, yaitu:
1.Harga Pasar dan Pertanian
Dengan diberlakukannya pembatasan “Jarak Sosial” dan juga pembatasan pergerakan barang dan jasa antar daerah yaitu mengurangi perjalanan, menghindari keramaian, penutupan dan praktik perlindungan lainnya untuk memperlambat penyebaran Coron, masyarakat akan membuat pilihan sulit tentang makanan, makan jauh dari rumah dan tidak normalnya pengeluaran keseluruhan. Situasi ini akan mempengaruhi stabilitas supply dan demand barang dan jasa serta harga yang dimungkinkan meningkat.
2. Rantai Pasokan Melambat dan Kekurangan
Peran logistik terganggu dan upaya-upaya dilanjutkan untuk memperlambat penyebaran virus, berbagai sektor industri yang terhubung sudah terkena dampaknya. Dengan beberapa produk, “Pembelian Panik” menciptakan kekwatiran tambahan
3. Kesehatan Petani