45,80
45,14
48,83
13
Persentase penduduk yang rawat inap setahun terkahir
2,51
2,10
1,89
2,30
Tabel 2. Indikator Kesehatan Indonesia
Sumber : www.bps.go.id (diakses pada Januari 2015)
Data diatas sedikit menunjukkan kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa masyarakat Indonesia masih cukup banyak yang mengalami gangguan kesehatan kesehatan jika dilihat dari penduduk yang memberikan pengobatan secara sendiri yaitu sebanyak 63% dan penduduk yang mengalami berobat jalan sebanyak 48,84%.
Tingkat kesehatan yang baik akan mempengaruhi secara positif produktivitas pekerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Tjiptoherijanto (1984) memberikan analisa terhadap hubungan antara tingkat kesehatan dan produktifitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia terletak pada keadaan kesehatannya sendiri. Rendahnya tingkat gizi dan kalori bagi penduduk usia muda di perdesaan akan menghasilkan pekerja-pekerja yang kurang produktif dengan tingkat mental yang terbelakang. Saat ini santer terdengar bahwa banyak lulusan dari perguruan tinggi yang gagal dalam menjalankan test masuk instansi negeri atau perusahaan swasta karena terganjal dengan masalah kesehatan, padahal para pelamar dirasa mempunya tingkat kompetensi yang tinggi dan tergolong well educated. Dari beberapa diskursus yang berkembang saat ini, banyak perusahaan ataupun instansi yang menolak pekerjanya yang tergolong tidak sehat karena akan menjadi beban perusahaan. Biaya kesehatan yang tergolong mahal tentu akan memengaruhi pendapatan sebuah perusahaan atau instansi. Selain hal tersebut, produktifitas para pekerja tentu akan menurun karena terkendala gangguan kesehatan. Hal ini memberikan bukti bahwa kesadaran akan kesehatan di Indonesia masih tergolong rendah.
Di Indonesia sendiri permasalahan kesehatan adalah suatu hal yang selalu terjadi. Walaupun ada peningkatan, namun gejala ini masih menjadi ancaman yang cukup serius. Peningkatan akses dan pemerataan kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan berkeadlin harus terus dilakukan agar kedepan sumber daya manusia Indonesia benar-benar siap bersaing di era global. Selain hal fundamental diatas, yang tidak kalah penting dalam pembangunan manusia khususnya dalam bidang kesehatan adalah penerapan budaya hidup sehat untuk segala jenis umur, yaitu balita, pemuda, dewasa, dan lansia. Budaya hidup sehat merupakan sebuah konsep kehidupan yang mengutamakan berbagai kegiatan hidup yang berbasis pada tindakan-tindakan yang menyehatkan. Hal ini harus terus dilakukan karena saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia dirasa belum begitu memikirkan pentingnya kesehatan, baik sejak usia dini hingga usia dewasa.
Epilogue : Generasi Global, Generasi Optimis!
Dua hal diatas, yaitu pendidikan dan kesehatan adalah faktor penentu terhadap kesiapan sumber daya manusia Indonesia dalam menyongsong era global, tatanan kehidupan Masyarakat Ekonomi Asean dimana tingkat persaingan global akan semakin tinggi. Bonus demografi seperti pisau bermata dua, disatu sisi jika Indonesia tidak mampu memaksimalkan perannya sebagai negara untuk membangun sumber daya manusia yang baik, maka patut untuk dikhawatirkan bahwa gelombang besar globalisasi akan menyapu bersih bangsa ini. Namun sebaliknya, jika Indonesia sanggup untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing global dan bermoral maka bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan menjadi bangsa besar dan berdaulat yang mempunyai keberpengaruhan besar di dunia.
Tidak hanya persiapan sumber daya manusia yang harus menjadi underlined issues di Indonesia, ketersediaan lapangan pekerjaan tentu harus menjadi faktor penopang sumber daya manusia. Seperti yang telah banyak penulis paparkan diatas, Indonesia diprediksi akan memiliki 70% penduduk usia produktif pada tahun 2020-2030. Lantas pertanyaannya adalah apakah Indonesia mampu untuk menyiapkan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jumlah tersebut? Berangkat dari ragam permasalahan diatas, kita semua harus sadar bahwa era globalisasi bukanlah suatu keadaan yang mudah. Justru sebaliknya, dibutuhkan pemikiran dan usaha ekstra untuk mempersiapkan Indonesia menyongsong era globalisasi yang sesungguhnya. Dibutuhkan usaha dari dua arah, baik dari pemerintah dan juga masyarakat. Pemerintah sebagai agent of development serta masyarakat sebagai subjek dari segala bentuk upaya yang dimaksud agar dapat menyadari pentingnya pembangunan manusia serta mempersiapkan diri menjadi lebih baik demi menyongsong era global. Generasi global, generasi optimis.
Referensi :
Aloysius Gunadi, Brata (2010). “Financial Inclusion for Youth entrepreneurs in Creative Industry: a case of youth entrepreneurs in clothing industry in Yogyakarta, Indonesia”. MPRA Paper, University Library of Munich, Germany.
Ranis, Gustav (2004). “Human Development: Beyond the HDI," with Frances Stewart and Emma Samman in Journal of Human Development, pp.12-14.
Tjiphoherijanto, Prijono (1984). Ekonomi Indonesia, hubungan dan ketergantungan. Jakarta, Ghalia Indonesia.
Tautan Online :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H