Mohon tunggu...
Ernita Desyanti
Ernita Desyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bundoku

..hanya Insan Sederhana, namun ada..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siluet Pagi Hadirkan Kekuatan Sejati Dari Ketulusan Hati

22 Desember 2024   06:05 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

~~~

Hari-hari berlalu, dan kehidupan mereka tetap berjalan dengan penuh kasih sayang dan perjuangan. Paman Aisyah juga ikut membantu ibunya di ladang. Mengerjakan apa yang ia bisa.

Namun suatu hari, Aisyah mendapati ibunya terjatuh saat bekerja di ladang. Hari itu pamannya tidak bisa datang karena sedang sakit. Nana tak mampu bangkit, tubuhnya kelelahan setelah bertahun-tahun bekerja tanpa henti. 

Dengan cemas Aisyah dan Hadi berusaha membantu ibunya berdiri, mereka duduk sejenak di bawah sebatang pohon. Aisyah menyodorkan segelas air putih untuk ibunya. Nana pun mulai berkeringat dan terasa kekuatan dari dalam dirinya muncul kembali, walau masih sedikit pusing.

Setelah beberapa saat, Aisyah dan Hadi membawa ibu mereka ke rumah. Sepanjang perjalanan mereka memegang tangan Nana erat-erat. Dengan perlahan dan sabar Aisyah dan Hadi membantu ibu mereka. Sesekali langkah mereka terhenti, beristirahat, karena keadaan ibu yang mengharuskan duduk sejenak, untuk menghilangkan rasa pusing yang menyerang.

Seharian Nana terbaring lemah di tempat tidur. Adiknya, Paman Aisyah datang membawakan obat dan beberapa vitamin untuk Nana. Baru tiga hari tidak ke ladang, Nana merasa seolah waktu berjalan sangat pelan, berkali-kali Nana memperhatikan jarum jam di dinding rumahnya.

Aisyah duduk di sisi ibu, tak tahu harus berbuat apa demi bisa membantu ibunya segera sembuh dan sehat lagi. Ia ingin berbuat, tapi ia merasa tak cukup kuat. Hadi, sang adik hanya diam di sudut ruangan, merasa bingung dan takut. Mereka berusaha mengambilkan makan, air minum atau apa saja yang ibu inginkan, untuk ibu dan menemani ibunya yang terlelap sepanjang hari agar segera pulih.

Nana membuka matanya perlahan. Melihat Aisyah yang duduk di sampingnya, ia meraih tangan anaknya dan memeluk dengan lembut. Mengetahui ibunya terbangun, Hadi bangkit dan mendekat. 

"Gimana keadaan ibu sekarang, apakah masih terasa pusing?" kata Hadi sambil memegang tangan ibunya.

"Alhamdulillah sudah tidak pusing lagi Hadi, hanya mungkin masih perlu istirahat," jawab Nana. 

Sambil memperbaiki selimut, Hadi berkata, "Syukurlah, Bu. Sebaiknya ibu banyak istirahat dan penenangan ya." Nana tersenyum mendengar kata-kata Hadi dan mengangukkan kepalanya. Sementara Aisyah mulai merasa iba melihat kondisi ibu dan meneteskan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun